Mengenal Desa Tahawa, Kampung Ramah Satwa Pertama di Indonesia

Pada peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2023 yang dilaksanakan di Kalimantan Tengah (Kalteng), Desa Tahawa, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, dinobatkan sebagai Desa Ramah Satwa pertama di Indonesia.

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 09 Nov 2023, 18:00 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya membuka kegiatan Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (8/11/2023). Foto: Marifka Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta Pada peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2023 yang dilaksanakan di Kalimantan Tengah (Kalteng), Desa Tahawa, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, dinobatkan sebagai Desa Ramah Satwa pertama di Indonesia.

Status tersebut disematkan untuk Desa Tahawa, lantaran masyarakat setempat dapat hidup harmonis dan menyatu dengan alam serta berdampingan dengan satwa.

Penetapan Desa Ramah Satwa kepada Desa Tahawa juga dilakukan untuk memberikan contoh bahwa kehidupan antara manusia dan hewan bisa hidup berdampingan atau terkoeksistensi.

"Para leluhur kita dengan kesederhanaan dan kearifannya telah memiliki kesadaran itu dan memberikan begitu banyak teladan bagaimana hidup berharmoni dengan alam," ungkap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, di Palangka Raya, Kateng, Rabu (8/11/2023).

Desa Tahawa sendiri memiliki hutan desa dengan luas lebih kurang 9.000 hektare. Meskipun hutan di desa itu bukan merupakan kawasan konservasi, tetapi Hutan Tahawa juga menjadi rumah bagi satwa liar selama ratusan tahun.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, pernah melepas kucing hutan (Prionailurus bengalensis) dan beruang madu (Helarctos malayanus).

Bahkan, untuk menobatkan sebagai Desa Ramah Satwa, lima burung khas Kalimantan yang dilindungi antara lain seekor burung enggang kalimantan (Rhinoplax vigil), 3 ekor elang brontok (Nisaetus cirrhatus), dan seekor elang tikus (Elanus caeruleus) juga dilepasliarkan di desa tersebut.

Acara dengan tema Hapungkau Himba Kaliho memiliki arti jiwa yang damai dalam harmoni rimba belantara. Diharapkan, hal ini mampu menunjukkan sinergitas antara alam dan manusia.

Dalam peringatan HKAN kali ini, diharapkan dapat menjadi momentum untuk mengingatkan kepada semua pihak akan pentingnya konservasi alam dan lingkungan hidup di Indonesia.

"Kita semua berharap melimpahnya kekayaan keaneka-ragaman hayati Indonesia dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan tentu harus kita kelola dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian," ungkapnya.

Dalam acara tersebut, Siti Nurbaya juga memberikan Anugerah Konservasi Alam kepada 18 penerima yang dinilai telah berperan serta dalam pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan, khususnya bidang konservasi sumber daya alam dan ekosistem.

Para penerima Anugerah Konservasi Alam tersebut berasal dari berbagai unsur baik perorangan, kelompok, pemerintah daerah dan badan usaha.

Selain itu, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga meluncurkan Buku 55 Taman Nasional, Penandatanganan Sampul Perangko Maskot Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, serta Penyerahan Surat Keputusan tentang Penetapan Tahura Isen Mulang Sebangau Berkah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya