Liputan6.com, Samarinda PT Pertamina Hulu Energi melalui PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) memiliki fasilitas migas di tepi Sungai Mahakam. Dia adalah North Processing Unit (NPU) yang memiliki luas wilayah kerja 1.082 kilometer persegi atau setara dengan 100 ribu hektar.
Area ini setiap hari bekerja memisahkan antara gas, minyak dan air yang keluar dari sumur tambang. Untuk itu, salah satu teknologi yang dimiliki adalah Gathering Terminal Satelite (GTS).
Advertisement
Usai dipisahkan di NPU, minyak dan gas yang dihasilkan akan dialirkan ke bontang untuk diproses lebih lanjut oleh Badak NGL dengan jarak kurang lebih 40KM, dan minyak dialirkan menuju Senipah untuk diproses lebih lanjut.
"Lapangan NPU mengolah gas yang keluar dari sumur-sumur yang ada di area NPU, juga mengelola kiriman gas dari area Tunu dan lapangan Sisi Nubi", ujar Field Manager NPUAndi Suhendra , Kamis (9/11/2023).
Uniknya lagi, NPU ini menjadi fasilitas migas berstatus offshore satu-satunya dan terbesar di Indonesia. Saat ini produksi minyak dari Lapangan NPU mencapai 4.000 Barel Minyak Per Hari (BOPD) dan gas mencapai 60 Juta Kaki Kubik Gas Per Hari (MMSCFD).
"Dalam perjalanannya sumur - sumur yang dioperasikan di lapangan NPU turut menghasilkan minyak, hal ini menjadi tantangan karena keseluruhan desain awal hanya untuk gas, dan bila tidak dilakukan improvement akan menyebabkan emulsi minyak dan menyebabkan permasalahan," tambah Andi.
Inovasi
Dengan adanya tantangan tersebut, lanjut Andi, tim NPU melakukan inovasi yang bertujuan untuk dapat menghilangkan emulsi yang dihasilkan dari produksi minyak sehingga minyak dan air dapat berpisah yaitu dengan metoda Capability for Unlocking Emulsion Oil (Capucino).
"Prinsip sederhananya adalah bila terjadi emulsi maka harus diberikan demulsifier", jelasnya.
Dari inovasi tersebut, pihaknya berhasil memisahkan emulsi dalam liquid yang semula dikisaran 30-80% berhasil turun hingga tersisa 5% dan berhasil meng-unlock potensi produksi senilai Rp 1,5 trilliun.
"Dalam beroperasi, kami senantiasa mendorong terus inovasi untuk dapat menemukan terobosan positif yang dapat mendukung ketersediaan minyak dan gas bumi. Kami senantiasa berkomitmen untuk bisa menyediakan energi dari Kalimantan untuk Indonesia", pungkas Andi.
Konflik Israel-Hamas, Wamen BUMN Pastikan Stok Bahan Bakar Minyak Domestik Aman
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pihaknya menjaga pasokan bahan bakar minyak (BBM) termasuk Pertalite dan Solar. Selain itu, ia memastikan pasokan minyak di dalam negeri aman dari konflik Israel-Hamas.
“Yang pasti PT Pertamina tugasnya memastikan stok untuk berbagai bahan bakar minyak (BBM) ke masyarakat baik Pertalite maupun Solar, ini kita pasti jaga,” ujar Tiko dikutip dari Antara, Jumat (13/10/2023).
Selain itu, pemerintah juga berupaya mencari sumber dangan harga lebih terjangkau. Kini Indonesia mengimpor minyak dari beberapa negara.
“Kita cari sumber-sumber yang beragam, karena kita sekarang impor bukan hanya dari satu negara, ada dari Nigeria, Amerika dan sebagainya,” ujar dia.
Advertisement
Bahan Baku Naik
Pada kesempatan berbeda, Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bobby Gafur Umar menuturkan, konflik di Timur Tengah dan Israel berimbas pada kenaikan harga bahan baku di Indonesia, terutama energi.
Ia menuturkan, tidak semua bahan baku energi antara lain gas dan minyak dapat diproduksi atau jumlahnya terbatas di Indonesia. Bob menuturkan, jika harga kedua bahan baku itu naik dapat menganggu pertumbuhan industri dalam negeri.
“Impact langsung dari krisis di Timur Tengah itu adalah energi. Contohnya, produksi minyak kita 600 ribu barel per hari, kebutuhan energi untuk bahan bakar kita sajak sudah 1,2-1,5 juta barel per hari. Jadi kalau kita harus impor dan harganya naik, otomatis bisa terganggu dari pasokan harga energi yang dibutuhkan Indonesia,” tutur dia, Rabu, 11 Oktober 2023.
Ia menuturkan, kenaikan harga minyak akan berpengaruh besar pada harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Selain menganggu kesehatan keuangan pemerintah juga dapat berimbas pada sektor industri yang membutuhkan sumber energi dari luar negeri.