Nelangsanya Jemaah Wanita Ini Ketika Melihat Gus Iqdam Sakit

Banyak perilaku jemaah Gus Iqdam ini yang bikin ketawa dan geli. Gaya kocaknya membuat kita tak kuasa menahan tawa.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2023, 04:30 WIB
Gus Iqdam bincang santai dengan salah seorang jemaahnya (Tangkap Layar YouTube)

Liputan6.com, Cilacap - Banyak perilaku jemaah Gus Iqdam yang bikin tertawa dan geli. Gaya kocaknya membuat kita tak kuasa menahan tawa.

Ada juga jemaah Gus Iqdam membuat mata kita berkaca-kaca mendengar penuturannya yang mengisahkan pahit getirnya kehidupan. Ada pula yang membuat takjub.

Kecintaan kepada suami Ning Nila ini, banyak dari jemaahnya yang rela hadir di pengajiannya. Padahal lokasi rumahnya terbilang sangat jauh.

Bahkan ada yang rela hadir lebih karena ingin melihat sosok Gus Iqdam dari dekat.  

Tak terkecuali pula jemaah wanita Gus Iqdam ini yang bernama Eva. Saking cintanya pada sosok Gus yang suka motor vespa ini, sampai-sampai ia nelangsa dan menangis tersedu-sedu ketika mendengar kabar kalau Gus Iqdam sedang sakit.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Menangis Tersedu-sedu

Gus Iqdam berceramah dari dalam mobil Patwal Polisi karena sakit. (Foto: SS Youtube AB Media Entertainment)

Gus Iqdam menanyakan alasan menangis ketika bertemu dengannya.

“Eva dulu itu kenapa kamu itu nagis tersedu-sedu,” tanya Gus Iqdam dikutip dari tayangan YouTube ALBS ST Pusat, Rabu (09/11).

Rupanya yang membuatnya nelangsa alias sedih ini sebab mendengar kabar kalau Gus Iqdam sedang sakit

“Anu itu dengar kabar sampeyan sakit Gus,” jawabnya.

“Kenapa kok nangis?” tanya Gus Iqdam penasaran.

“Ya langsung nelangsa,” jawabnya

“Ya Allah….seperti ini luh,” kata Gus Iqdam mengungkapkan kekaguman akan empati jemaahnya yang satu ini.

Empati terhadap kondisi guru merupakan suatu keharusan. Dalam dunia pendidikan Islam ini masuk ranah etika murid terhadap gurunya.


Empati kepada Guru

Para santri pondok pesantren di Kota Palembang menunjukkan dukungan terhadap Negara Palestina melalui kegiatan doa bersama dan pelatihan desain grafis yang digelar para sukarelawan Santri Dukung Ganjar (SDG) (Istimewa)

Gus Iqdam melanjutkan rasa penasarannya atas perilaku Eva yang berempati terhadap dirinya dengan menanyakan berapa kali ia mengikuti pengajiannya. 

“Lah apa kamu itu sering ikut pengajian saya,” tanya Gus Iqdam lagi.

“2 kali,” jawabnya singkat.

"Baru 2 kali, aku sakit kamu nelangsa?” tandas Gus Iqdam.

“Iya,” jawabnya singkat.

"Seperti ini luh, ini namanya hubungan batiniah antara guru dan murid,” ujar Gus Iqdam.

Jadi jangan sampai seorang murid gurunya sakit tidak merasa simpati dan empati kepada gurunya. Ini sangat keliru, sebab seorang guru sangat besar jasanya kepada seorang murid.

 


Empati Perspektif Islam

Mengutip daaruttauhiid.org, Islam adalah agama yang Rahmatan Lil’alamiin. Segala hal yang diperintahkan dan dilarang dalam Islam adalah kebaikan bagi yang menjalankannya. Kebaikan itu juga sering kali berdampak pada lingkungan sekitarnya.

Menghadapi musibah yang menimpa diri maupun orang lain, Islam mengajarkan pemeluknya untuk simpati dengan ikut berduka, mendoakan, dan menguatkan yang terkena musibah dalam kesabaran, bahwa Allah tidak memberikan ujian yang menimpa melebihi batas kemampuan hamba-Nya.

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam al-Quran: “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan  Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. At-Taghaabun [64] : 11).

Kemudian, Islam juga mengajarkan untuk berempati dengan berusaha memberikan bantuan kepada mereka yang terkena bencana. Ya, memberikan bantuan tanpa terhalangi oleh batas-batas negara.

Apalagi di zaman sekarang, sudah banyak lembaga sosial yang membantu menyalurkan bantuan ke mancanegara. Tinggal kita saja yang harus memaksimalkannya untuk membantu korban bencana, agar mendapat pahala kebaikan dari Allah SWT.

Dari Nu’man bin Basyir RA berkata Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling menyantuni adalah bagaikan satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, niscaya seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya