Dokter di Hubei China Diamankan Polisi Lantaran Jual Akta Kelahiran Seharga Rp128 Juta

Akta kelahiran diperlukan di China untuk melakukan registrasi rumah tangga dan diperlukan untuk vaksinasi, pendaftaran asuransi kesehatan, dan pengajuan kartu jaminan sosial.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 10 Nov 2023, 09:05 WIB
Ilustrasi bayi laki-laki. (Photo by Carlo Navarro on Unsplash)

Liputan6.com, Beijing - Direktur sebuah rumah sakit di kota Hubei, China, tengah diseldiki lantaran menjual akta kelahiran sementara dari departemen kebidanan dan ginekologi rumah sakit. 

Kasus ini memicu banyaknya komentar di media sosial dari netizen China yang mengatakan bahwa akta kelahiran tersebut kemungkinan besar akan digunakan untuk mendaftarkan anak-anak yang diculik dan mencegah mereka dapat ditemukan, Global Times melaporkan. 

Dilansir CNA, Jumat (10/11/2023), direktur rumah sakit itu memperoleh lebih dari 60 ribu yuan atau sekitar Rp128 juta untuk setiap akta kelahiran. 

Komisi Kesehatan Xiangyang, sebuah kota setingkat prefektur di barat laut Hubei, mengirim tim khusus ke Rumah Sakit Jianqiao pada hari Senin setelah diberitahu tentang kasus tersebut. Pembaruan lebih lanjut akan diberikan berdasarkan hasil penyelidikan penuh, katanya.

Akta kelahiran diperlukan di China untuk melakukan registrasi rumah tangga dan diperlukan untuk vaksinasi, pendaftaran asuransi kesehatan, dan pengajuan kartu jaminan sosial.

Kasus ini terjadi ketika angka kelahiran di China telah turun ke level terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1949, yaitu hanya 9,56 juta kelahiran pada tahun 2022.


Angka Kelahiran di China Menurun 5 Tahun Terakhir

Anak-anak mendinginkan diri dengan kipas angin listrik saat beristirahat dekat Kota Terlarang pada hari yang panas di Beijing, China, 25 Juni 2023. Beijing meningkatkan level peringatan cuaca panas menjadi level tertinggi, yaitu kode merah. (AP Photo/Andy Wong)

Berdasarkan data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China menunjukkan bahwa pada 2021 di negara berpenduduk 1,4 miliar itu, pertumbuhan populasi bersih hanya 480.000 — dibandingkan 10,1 juta kematian dan 10,6 juta kelahiran.

Sementara itu, angka kelahiran menurun dengan cepat dalam lima tahun terakhir, dari 12,4 kelahiran untuk setiap 1.000 warga pada 2017 menjadi 7,52 kelahiran untuk setiap 1.000 warga pada 2021, terendah dalam hampir 60 tahun, menurut catatan biro statistik.

Rentang waktu ini penting karena Kelaparan Besar China yang dimulai pada 1959 dan berakhir pada 1961, tiga tahun sebelum negara itu melakukan sensus benchmark kedua.

"Sekitar 30 juta orang mati kelaparan, dan jumlah kelahiran yang hilang atau tertunda hampir sama," menurut artikel tentang kelaparan itu dalam arsip National Institutes of Health.

Yi Fuxian, ilmuwan senior dalam bidang kebidanan dan ginekologi di University of Wisconsin-Madison dan penulis Big Country With an Empty Nest, mengatakan kepada VOA bahwa "keajaiban ekonomi China sangat bergantung pada tenaga kerjanya yang tak kunjung habis. Setiap perubahan (perlambatan) dalam populasi, pasti akan berdampak terhadap titik belok dalam model ekonominya."


Pemerintah Lakukan Berbagai Upaya demi Genjot Angka Kelahiran

Wanita yang mengenakan masker berjalan dengan anak-anak mereka di jalan menuju Kota Terlarang di Beijing, Selasa (17/1/2023). Penurunan populasi tersebut lebih dari tiga kali lipat prediksi penurunan sebelumnya pada 2019. (AP Photo/Andy Wong)

Demi menggenjot angka kelahiran, pemerintah China melakukan berbagai upaya termasuk memberikan cuti berbayar kepada pengantin baru selama 30 hari. Langkah itu diharapkan mendorong pernikahan dan meningkatkan angka kelahiran yang menurun.

Cuti menikah berbayar minimum di China adalah tiga hari, tetapi provinsi yang mampu menetapkan tunjangan mereka sendiri memberikan masa cuti lebih panjang sejak Februari.

Yang Haiyang dari Southwestern University of Finance and Economics menilai bahwa memperpanjang cuti menikah adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan tingkat kesuburan.

Yang mengatakan, sejumlah kebijakan pendukung lainnya masih diperlukan, termasuk subsidi perumahan dan cuti melahirkan bagi laki-laki.


Kebijakan Lain

Seorang anak bereaksi terhadap gelombang panas di Beijing, China, Selasa (16/5/2023). Tak cuma di Indonesia, udara panas juga terasa di China dengan sejumlah kota bahkan mencatat suhu tertinggi hingga berdampak pada keseharian masyarakat. (AP Photo/Ng Han Guan)

Kebijakan lain yang juga diterapkan pemerintah China adalah menawarkan perawatan kesuburan gratis kepada warganya di bawah skema asuransi nasional. 

Administrasi Keamanan Kesehatan Nasional mengatakan akan memperluas cakupannya untuk membantu menanggung biaya bagi keluarga yang sedang melakukan program hamil.

Cakupan baru tersebut meliputi teknik teknologi reproduksi berbantu (ART) dan juga analgesia persalinan untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan. Prosedur ART yang paling umum dilakukan adalah In Vitro Fertilization (IVF).

Selain itu, otoritas China juga akan menambahkan obat-obatan pemicu ovulasi ke dalam program tersebut sebagai upaya untuk mengurangi infertilitas. 

Program perawatan kesuburan gratis merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk membujuk lebih banyak orang menikah dan memiliki lebih banyak anak.

Angka Kelahiran Anak di ASEAN pada 2022. (Liputan6/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya