Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memberikan apresiasi kepada kemampuan teknologi industri baja Indonesia yang menunjukkan daya saing tinggi. Apresiasi ini diberikan dalam acara Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Business Forum 2023.
"Kesannya setelah iya tadi kemampuan kita enggak kalah. Bahkan Krakatau duluan, saya ingat karena dulu yang bangun pertama itu orang Lampung, saya ingat Pak Maryuni, jadi saya hapal itu mengenai Posco," ujar mendag di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Advertisement
Ketua Umum PAN ini menekankan pentingnya kolaborasi dan ekosistem yang saling mendukung dalam memperkuat industri baja Indonesia.
Acara IISIA Business Forum 2023 dihadiri oleh para pemangku kepentingan utama dari industri baja Indonesia dan pihak terkait lainnya. Mendag telah memberikan dorongan positif dan keyakinan akan potensi besar industri baja Tanah Air.
Dengan kolaborasi yang kokoh dan dukungan yang terus-menerus, industri baja Indonesia dapat terus bersaing di tingkat global dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
“Ekosistemnya harus saling mendukung, kata kerjanya. Kolaborasi memperkuat memperkuat yang melemahkan satu dengan yang lain ya,” pungkasnya.
Aspek Keberlanjutan Bisa Tambah Daya Saing Industri Baja
Penerapan aspek keberlanjutan pada industri baja dinilai sangat penting. Selain mengurangi jejak karbon, aspek keberlanjutan juga berperan besar dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, produktivitas dan daya saing yang kemudian dalam jangka panjang bisa meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional industri baja.
"Terlebih jika bicara ekspor, perdagangan antar negara semakin memperhatikan prinsip hijau. Jadi produk-produk yang memperhatikan aspek keberlanjutan dan ESG, termasuk mengurangi jejak karbon dengan teknologi ramah lingkungan, semakin menjadi prioritas,” kata Faisal.
Sebagai mother of industry, aspek keberlanjutan pada industri baja memang penting. Sebab, lanjut Faisal, industri baja menopang berbagai macam pembangunan industri manufaktur sendiri maupun konstruksi infrastruktur. Artinya, jelas Faisal, ke depan pertumbuhan industri baja tetap sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
“Apalagi kalau bicara dalam jangka lebih panjang, kita akan mencapai Indonesia Emas 2045 dengan industrialisasi,” imbuhnya.
Advertisement
Kontribusi ke Emisi Karbon
Namun Faisal mengingatkan, bahwa kontribusi industri baja terhadap emisi karbon memang besar. Secara nasional misalnya, emisi terbesar disumbangkan industri manufaktur dan sektor transportasi. “Makanya, sumbangannya juga relatif signifikan terhadap emisi,” kata dia.
Dalam konteks inilah Faisal menyebut, penerapan aspek berkelanjutan pada industri baja sangat mendukung visi ekonomi nasional yang berkelanjutan.
“Industri-industri baja yang menerapkan prinsip-prinsip tersebut, akan membantu mengurangi emisi karbon yang merupakan target pemerintah sampai 2030-2045,” tegasnya.
Ekonomi Berkelanjutan
Pada ekonomi berkelanjutan tersebut, pertumbuhan ekonomi tidak hanya menyasar pada pertumbuhan yang tinggi dalam jangka pendek. “Tetapi, imbuh Faisal, juga menyasar pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan daya dukung lingkungan sehingga pertumbuhannya bisa reasonable dalam jangka panjang,” kata dia.
Itu sebabnya, Faisal mendukung penuh industri baja yang concern pada penerapan ekonomi berkelanjutan. Salah satunya PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), industri baja swasta terbesar nasional. “Sangat tepat yang dilakukan (GRP). Bahkan, bisa dijadikan best practise yang bisa dicontoh dan direplikasi oleh industri serupa. Bahkan juga industri-industri selain baja,” tutup Faisal.
Advertisement