Liputan6.com, Jakarta - Omegle tutup setelah beroperasi selama kurang lebih 14 tahun didirikan oleh Lief K-Brooks, ketika dirinya masih berusia 18 tahun.
Kabar Omegle tutup banyak membuat penggunanya terkejut, karena sang pendirinya situs tidak memberikan kabar terkait hal ini.
Advertisement
Informasi, situs video chat populer ini memasangkan penggunanya secara acak di berbagai belahan dunia. Omegle dan sudah beroperasi sejak 25 Maret 2009 hingga 8 November 2023.
Penutupan situs ini terbilang sangat tiba-tiba, di mana Leif K-Brooks menuliskan pesan panjang tentang bagaimana dirinya membangun Omegle dari awal hingga saat ini.
Siapa Leif K-Brooks, Si Pendiri Situs Omegle yang Tutup
Namun siapa Leif K-Brooks ini? Diketahui, dirinya mendirikan Omegle saat berusia 18 tahun di Portland, Oregon, Amerika Serikat (AS).
Mengutip Media Coverge, Kamis (9/11/2023), K-Brooks mengawali minatnya terhadap dunia internet sejak usia muda. Terbukti, dirinya sudah mampu membuat situs Omegle saat berusia 18 tahun.
Sejak peluncuran situs Omegle, K-Brooks terus bekerja di industri internet dengan mengembangkan berbagai platform online dan aplikasi.
Pada 2013, dia bantu mendirikan perusahaan edukasi online bernama Brighten. Adapun situs online ini menawarkan sesi kursus video secara gratis, dan diajar oleh para ahli dibidangnya..
Tidak butuh waktu lama, perusahaan yang dia bantu dirikan langsung diakuisisi oleh Udemy, platform belajar online populer kala itu.
Selain terkenal dalam dunia pengembangan software dan usaha, K-Brooks juga rajin terlibat dalam kegiatan kemanusiaan.
Dirinya terlibat di dalam organisasi edukasi dan teknologi, seperti Raspberry Pi Foundation dan lainnya.
Secara keseluruhan, Leif K-Brooks merupakan sosok terkenal dan dihormati oleh banyak orang yang bekerja di industri teknologi.
Berbeda dari sosok-sosok besar di dunia teknologi, Leif memang jarang tampil di publik dan sepi dari berbagai pemberitaan.
Omegle Tutup Usia
Terkait alasan Omegle tutup, Lief memberikan penjelasan panjang soal hal ini.
"Berat hati memutuskan untuk menutup Omegle dengan beberapa alasan, seperti biaya operasional dan penyalahgunaannya," kata Lief, sebagaimana dikutip dari situs Omegle, Kamis (9/11/2023).
"Saat remaja, saya tidak bisa langsung kuliah dan mengatakan kepada mahasiswa, "ayo debat tentang filosofi moral!". Atau bertemu dengan dosen dan mengatakan, kasih tahu saya hal menarik tentang ekonimi mikro," katanya.
Namun saat online atau terhubung dengan internet, dia dapat bertemu dan ngobrol tentang hal tersebut dengan mereka.
Saat masih "hidup", situs chat ini juga sering terjerat berbagai kontroversi terutama banyak pengguna menyalahgunakan Omegle untuk tindakkan kriminal.
"Karena sering disalahgunakan, Omegle sering menjadi target serangan dan tidak lagi mampu melawan hal tersebut," katanya.
Meski banyak tantangan, Lief juga berbicara tentang sisi positif dari kehadiran situs chat ini di internet.
"Banyak orang yang terhubung, berbicara, dan berinteraksi satu sama lain meski berbeda negara hingga bahasa sekalipun," ucap Lief.
Dia juga berterima kasih kepada pengguna yang memakai layanan video chat bikinannya ini dengan bertanggung jawab, dan sesuai dengan tujuan dibuatnya.
Advertisement
TikTok Bakal Hadirkan Aplikasi Chatting Mandiri,
Terlepas dari tutupnya layanan Omegle, layanan chatting memang tengah populer. Untuk itu, TikTok dikabarkan akan melakukan terobosan besar.
Dilansir The Verge, ByteDance sebagai perusahaan induk TikTok dilaporkan sedang merekrut beberapa posisi untuk tim bernama TikTok Social yang ditugaskan mengubah aplikasi itu menjadi layanan chatting.
Dikutip Axios, Kamis (7/9/2023), TikTok sedang mencari insinyur dan manajer produk untuk bekerja dalam tim baru. Nantinya, tim tersebut akan berfungsi membangun fitur interaksi sosial baru.
Adapun informasi tersebut ditujukan untuk para insinyur Android dan iOS yang berbasis di San Jose, California, Amerika Serikat.
Disebutkan, tim itu akan membangun platform yang memungkinkan pengguna bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman di kehidupan nyata secara lebih mulus di TikTok.
Selain itu, platform media sosial ini disebut juga bisa mendorong para pengguna untuk berbagi kehidupan mereka dan tetap terhubung, terlepas dari lokasi mereka berada.
Untuk manajer produk "TikTok Social" yang berbasis di San Jose, perusahaan mengatakan mereka ingin memperluas batasan TikTok dengan membangun hubungan sosial yang lebih pengguna antar pengguna.
Sementara untuk kepala divisi backend, posisi ini disebut akan berperan dalam melakukan kolaborasi dengan tim di berbagai negara dan wilayah untuk memberikan solusi sosial TikTok yang berbeda, seperti pengiriman pesan.
Meskipun saat ini TikTok telah lama menawarkan pesan langsung, fungsinya masih terbatas. Karenanya, salah satu upaya membantu pengguna terhubung dengan orang lain di dunia nyata adalah dengan meningkatkan fitur chatting di platform ini.
TikTok Mencoba Meniru Platform Lain
Sebagai informasi, di saat platform-platform lain sedang mencoba meluncurkan platform video vertikal semacam TikTok, seperti Instagram Reels atau YouTobe Shorts, perusahaan ternyata memiliki rencana menarik lain untuk platformnya.
Beberapa kemungkinan yang dilakukan perusahaan, seperti TikTok akan menjadi platform yang mendukung unggahan kisah yang sudah lewat, atau fokus pada obrolan grup seperti aplikasi WhatsApp.
Selain itu, ada analisa yang menyebut ada kemungkinan TikTok merambah banyak hal sekaligus. Bahkan sempat dikabarkan, mereka sedang menguji aplikasi musik, serta layanan belanja online.
TikTok juga dikabarkan akan menambahkan postingan berbasis teks seperti pada Instagram Stories. Dengan fitur ini, pengguna dapat menambahkan warna latar belakang, mengedit tampilan teks, dan menambahkan musik serta stiker ke postingan.
Advertisement