Liputan6.com, Klaten - Sungai Pusur di daerah Klaten menjadi area wisata tubing. Setiap akhir pekan, sering dijumpai rombongan kecil yang menaiki ban dan mengikuti aliran sungainya, riuh teriakan mereka menghidupkan suasana sepanjang Pusur.
Sebelumnya, sungai ini penuh sampah. Anak-anak muda desa secara sukarela membersihkan sampah-sampah plastik di sepanjang aliran sungai. Jadilah mereka relawan Sampah yang diinisiasi AQUA Klaten . Gerakan bersih sungai ini kemudian diikuti oleh masyarakat sekitar sungai.
Advertisement
Lalu terbentuklah Pusur Institute, sebuah wadah kolaborasi pihak-pihak yang memiliki kesamaan visi terhadap kelestarian Kawasan Sub DAS Pusur dan sekitarnya. Menurut Muslim, sekjen Pusur Institute, sungai Pusur ini sebenarnya salah satu Sub DAS yang berada di kawasan operasional kerja DAS Bengawan Solo. Melewati dua administrasi kabupaten, yaitu Kabupaten Boyolali dan Klaten. Daerah hulu berada di Boyolali yang menjadi kawasan konservasi dan tangkapan air. Sedang kawasan hilirnya berada di Klaten yang saat ini dijadikan sebagai wisata tubing yang dikelola masyarakat setempat.
Tubing Sungai Pusur ini awalnya diinisiasi masyarakat Desa Jragan yang merindukan masa anak-anak ketika bermain di sungai. Oleh karena itu, mereka menjadikan sungai menjadi layak untuk digunakan bermain.
“Dan karena unsur ketidaksengajaan inilah muncul inisiatif untuk membentuk area tubing di Sungai Pusur atau disebut dengan RTPA atau River Tubing Pusur Adventure,” katanya.
Untuk pendanaan berawal dari tiap anggota RTPA yang wajib mempunyai ban sendiri. Kemudian, hasil dari pengunjung digunakan untuk membeli perlengkapan safety serta peralatan yang diperlukan. Sampai saat ini belum adanya bantuan dari pihak luar terkait pendanaan. Artinya, pendanaaan murni dari anggota komunitas.
Melihat kesuksesan RTPA yang merupakan penggagas pertama area tubing di sepanjang aliran Sungai Pusur, kemudian masyarakat di sekitar lintas tubing pun menginginkan untuk membuat hal serupa.
”Membersihkan sungai menjadi kebiasaan masyarakat, bukan karena event. Karena, kalau seumpama arusnya tidak tertata otomatis wisatawan akan tidak nyaman untuk tubing di situ. Oleh karena itu, ketika ada sampah, jalur yang terbawa arus itu harus ditata lagi," katanya.
Salah satu operator tuning, New Rivermoon bahkan melengkapi diri dengan resto bernuansa alam yang berlokasi di Dukuh Pusur, Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Awalnya, New Rivermoon Kali Pusur hanya menyediakan fasilitas wisata river tubing jarak pendek, 300 meter dan outbound. Kemudian, river tubing diperpanjang hingga dua kilometer. Semenjak itu, pengunjung River Moon Kali Pusur bisa mencapai 1.000 hingga 2.000 wisatawan per pekan yang berasal dari Solo, Klaten, Semarang, Jogja hingga mancanegara.
Berdiri di lahan seluas tiga hektar, Prasetyo, pemilik New Rivermoon, juga memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengembangkan wisata Klaten ini, mulai dari jasa catering hingga instruktur river tubing.
“River tubing ada dua pilihan, jarak pendek 400 meter finish di Desa Karanglo, cukup Rp 20.000 per orang. Yang jarak panjang 1,5 km cukup membayar Rp 50.000 finish di Desa Wangen, pulangnya dijemput pick up. Kalau yang jarak pendek tidak dijemput,’’ kata Sukoyo, salah satu pengelola Rivermoon.
Untuk menjaga kelestarian ekosistem air dari hulu hingga hilir Sungai Pusur, Pusur Institute berkolaborasi dengan AQUA Klaten. Rama Zakaria, Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten menyampaikan bahwa Sungai Pusur berada di belakang pabrik AQUA juga melintasi Taman Keanekaragaman hayati (Kehati) Klaten.
”Kami aktif di Pusur Institute untuk mendorong wadah ini menjadi living library yang bisa dijadikan acuan pembelajaran untuk semua,” kata Rama.
Di lokasi ini, menurut Rama, AQUA Klaten juga mengembangkan program Pusur Lestari, dengan mengelola kawasan hulu melalui upaya pengembalian degradasi ekosistem.