Hestu Saputra dan Film Syirik, Menyelami Kekayaan Budaya Jawa

Hestu Saputra menjadi sutradara film Syirik.

oleh Aditia Saputra diperbarui 09 Nov 2023, 23:07 WIB
Hestu Saputra (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Hestu Saputra, sutradara yang terlibat dari budaya Jawa, mempersembahkan karya terbarunya yang berjudul "Syirik" dengan penuh semangat dan kebanggaan. Film ini tidak hanya sekadar film horor biasa, tetapi juga sebuah eksplorasi dalam budaya Jawa yang sangat kental dan kaya.

Dalam sebuah percakapan, Hestu Saputra menjelaskan inspirasinya dalam menggarap "Syirik." Ia menjelaskan bahwa film ini merangkum unsur-unsur budaya Jawa, seperti kejawen, ilmu Kanuragan, santet, dan pembelajaran tentang kedigdayaan untuk menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan.

"Di film Syirik saya akan menghadirkan film yang bermuatan budaya Jawa yang sangat kental. Seperti budaya kejawen, ilmu Kanuragan, santet, belajar kedigdayaan untuk bertarung dalam menjalani kehidupan yang sedemikian keras," ujar Hestu Saputra saat ditemui di lokasi film Syirik produksi Ganesa Films di Banyucoto, Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta, Kamis (9/11/2023).

 


Budaya Jawa

Hestu Saputra (Istimewa)

Namun, apa yang membuat "Syirik" berbeda adalah cara budaya Jawa ini tidak hanya sekadar tempelan di film, tetapi menjadi inti dari cerita yang disajikan.

"Saya tumbuh dalam budaya Jawa sejak kecil. Saya akrab dengan kejawen, santet, tarian, dan perdukunan, karena saya lahir dan besar di Wonosari Gunung Kidul. Oleh karena itu, saya dapat berbicara tentang budaya Jawa dengan pemahaman mendalam, bukan sekadar elemen dekoratif. Di dalam film "Syirik," budaya Jawa hadir dalam bentuk yang sangat kuat dan mendalam," jelas Hestu dengan penuh antusiasme.

 


Tarian

Salah satu elemen yang dipermak dalam film ini adalah tarian. Tarian dalam "Syirik" bukanlah tarian sekadar sebagai hiasan visual, melainkan sebuah medium untuk menyampaikan pesan dan makna yang mendalam. Hestu memilih untuk menjalani proses "acting course" dengan penari yang profesional. Penari-penari ini tidak hanya piawai menari, tetapi juga memahami filosofi di balik setiap gerakan tarian.

"Tari dalam "Syirik" bukan sekadar tarian biasa. Kami mendekatinya dengan serius karena tarian memiliki kekuatan magis yang bisa memberikan inspirasi dan renungan kepada penonton. Oleh karena itu, kami memilih penari yang tak hanya mahir dalam menari tetapi juga memahami filosofi tari. Saat penari Ledhek menari, gerakan mereka bukan hanya sekadar mengikuti irama musik, tetapi juga mengandung makna dan filosofi yang dalam," ujarnya.

 


Menjadi Perhatian

Dengan kesungguhan dalam penggarapan dan didukung oleh penari-penari yang profesional dan berpengetahuan, Hestu yakin bahwa film "Syirik" akan menarik perhatian para penggemar film horor. Ia percaya bahwa film ini memiliki potensi untuk memberikan pengalaman yang berbeda dan mendalam bagi penontonnya.

"Syirik" bukanlah film biasa. Ia adalah sebuah karya seni yang memadukan budaya dan filosofi dengan cerita yang menegangkan. Ini adalah alasan mengapa saya yakin bahwa film "Syirik" akan menjadi tontonan yang luar biasa dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi semua penontonnya," tegas Hestu Saputra.

Dengan pendekatan yang begitu kuat pada budaya dan makna dalam filmnya, "Syirik" menjadi bukti bahwa sinema Indonesia dapat menjadi wahana untuk mendalami kekayaan budaya lokal sambil memberikan hiburan yang mendalam.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya