Liputan6.com, Jakarta Harga patokan minyak mentah Brent berakhir di atas USD 80 per barel pada hari Kamis (Jumat wakltu Jakarta). Harga minyak dunia melonjak setelah kekhawatiran permintaan dan memudarnya premi risiko perang memicu aksi jual awal pekan ini.
Dikutip dari CNBC, Jumat (10/11/2023), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup pada USD 80,01 per barel, naik 47 sen atau 0,59%. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir pada USD 75,74 per barel, naik 41 sen atau 0,54%.
Advertisement
Pada akhir perdagangan Kamis, komentar Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell yang mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan mengguncang harapan pasar saham dan minyak mentah akan permintaan yang kuat.
“Ada hambatan ekonomi makro yang mempengaruhi pasar saat ini,” kata John Kilduff, Mitra Again Capital LLC.
Fundamental pasar mendominasi sentimen pedagang sepanjang hari Kamis karena kekhawatiran akan gangguan pasokan di Timur Tengah telah mereda, kata Jim Burkhard, wakil presiden dan kepala penelitian pasar minyak di S&P Global Commodity Insights.
“Permulaan perang Israel-Hamas memang memicu volatilitas dan membawa risiko tambahan, namun hal itu tidak mempengaruhi fundamental pasar minyak,” kata Burkhard.
“Harga minyak masih di bawah harga pada akhir September, seminggu sebelum serangan Hamas. Fundamental pasar minyak yang kuat mengatasi segala ketakutan saat ini.”
Harga Minyak Brent
Sedangkan harga minyak Brent turun hampir USD 20 per barel dari harga tertingginya di bulan September.
Data dari Tiongkok pada hari Kamis menunjukkan para pengambil kebijakan kesulitan mengendalikan disinflasi, sehingga menimbulkan keraguan atas peluang pemulihan ekonomi secara luas di negara konsumen komoditas terbesar dunia tersebut.
Pada awal minggu ini, data bea cukai menunjukkan bahwa total ekspor barang dan jasa China mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan.
Permintaan Minyak
Indikator permintaan juga menyiratkan kelemahan di Amerika Serikat. Persediaan minyak mentah AS meningkat 11,9 juta barel selama seminggu hingga 3 November, kata sumber yang mengutip angka American Petroleum Institute.
Jika terkonfirmasi, angka ini akan mewakili kenaikan mingguan terbesar sejak Februari. Namun, Administrasi Informasi Energi (EIA) AS telah menunda rilis data persediaan minyak mingguan hingga 15 November untuk peningkatan sistem.
Namun, pasar global optimis pada hari Kamis karena keyakinan bahwa bank sentral utama telah menyelesaikan kenaikan suku bunga mereka. Suku bunga yang tinggi meningkatkan biaya pinjaman, sehingga mengurangi permintaan di pasar, termasuk minyak.
Baik OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) akan menyampaikan pandangan mereka mengenai keadaan fundamental permintaan dan pasokan minyak minggu depan.
OPEC akan bertemu pada akhir bulan ini untuk membahas kebijakan produksi untuk tahun 2024.
Advertisement
Harga Minyak Dunia Anjok 3% Akibat Ketakutan Perlambatan Ekonomi AS dan China
Sebelumnya, harga minyak dunia turun hampir 3% pada perdagangan rabu ke level terendah dalam 3 bulan. Penurunan harga minyak dunia ini terjadi di tengah kekhawatiran berkurangnya permintaan di AS dan China.
Mengutip CNBC, Kamis (9/11/2023), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia turun USD 2,07 atau 2,54% menjadi USD 79,54 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS kehilangan $2,04 atau 2,64% menjadi USD 75,33 per barel.
Kedua tolok ukur harga minyak dunia ini mencapai titik terendah sejak pertengahan Juli.
“Pasar jelas kurang khawatir terhadap potensi gangguan pasokan di Timur Tengah dan malah fokus pada pelonggaran keseimbangan,” kata analis ING Warren Patterson dan Ewa Manthey dalam sebuah catatan. Pernyataan keduanya ini mengacu kepada masalah pasokan minyak mentah.
Salah seorang sumber pasar yang mengutip angka dari American Petroleum Institute mengatakan pada pada Selasa malam bahwa stok minyak mentah AS naik hampir 12 juta barel pada pekan lalu. Tentu saja kenaikan stok ini membebani pasar.
Angka tersebut akan menjadi peningkatan terbesar sejak bulan Februari, dibandingkan dengan data pemerintah. Namun, Badan Informasi Energi AS (EIA) telah menunda rilis data persediaan minyak mingguannya, biasanya pada hari Rabu, hingga tanggal 15 November untuk menyelesaikan peningkatan sistem yang direncanakan.
Sementara itu, EIA pada hari Selasa menyebutkan produksi minyak mentah AS akan meningkat tahun ini sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya namun konsumsi minyak bumi akan turun sebesar 300.000 barel per hari (bpd).
Angka ini membalikkan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 100.000 barel per hari.
Data China dan Eropa
Data dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia, menunjukkan total ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan, sehingga menambah kekhawatiran terhadap prospek permintaan energi.
Di zona euro, data yang menunjukkan penurunan penjualan ritel juga menyoroti lemahnya permintaan konsumen dan prospek resesi.
“Penurunan harga yang kita lihat mencerminkan dua hal. Pertama kekhawatiran terhadap perekonomian global yang mengalami hambatan berdasarkan data dari Tiongkok. Kedua, rasa percaya diri bahwa perang di Israel dan Jalur Gaza tidak akan berdampak pada pasokan,” kata analis Price Futures Group, Phil Flynn.
Namun, impor minyak mentah China pada Oktober menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan gubernur bank sentral China mengatakan bahwa negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut diperkirakan akan mencapai target pertumbuhan produk domestik bruto pada tahun ini. Beijing telah menetapkan target pertumbuhan sekitar 5%.
Advertisement