Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, mengatakan pemerintah tengah mengkaji untuk meluncurkan insentif tambahan untuk pembelian kendaraan listrik (EV), baik motor maupun mobil listrik.
"Kita lagi evaluasi. Harapannya sih masih bisa (insentif kendaraan listrik naik), ibaratnya orang bisa datang dengan biaya minimum," ujar Rachmat di sela acara Dekarbonisasi Sektor Transportasi di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Jumat (10/11/2023).
Advertisement
Menurut dia, kebijakan itu coba diinisiasi agar pembelian motor listrik/mobil listrik baru, atau konversi dari kendaraan berbahan bakar bensin ke EV bisa didongkrak. Pasalnya, pemerintah sudah mendistribusikan insentif pada tahun ini, namun antusiasme masyarakat terhadap pemakaian kendaraan listrik belum tinggi.
"Kita usahakan (bisa naik), kita lagi ngitung. Jadi belum diputuskan, tapi itu jadi sesuatu yang lagi kita pertimbangkan supaya pick up (naik)," ungkap Rachmat.
Secara pola, Rachmat memaparkan, bentuk pemberian insentif di 2024 tidak akan jauh berbeda dengan yang dilakukan pada tahun ini. Semisal, insentif Rp 7 juta untuk pembelian motor listrik baru dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 40 persen. Lalu untuk mobil listrik, pemangkasan PPN dari 11 persen menjadi hanya 1 persen.
"Nanti kita lihat lagi, untuk yang konversi saat ini juga Rp 7 juta. Kita lagi lihat apalagi yang bisa kita lakukan, karena konversi ini juga menarik, dan kendalanya mungkin sedikit berbeda dengan motor baru," tuturnya.
Meskipun mirip, Rachmat menambahkan, pemerintah bakal mengambil concern lebih kepada program konversi agar pemakaian kendaraan listrik bisa lebih masif di Tanah Air.
"Yang perlu kita perhatikan adalah konversinya. Saat ini belum, tapi yang konversi karena nilai konversinya sendiri cukup besar, masih tetap agak tinggi. Jadi kalau masih di-support Rp 7 juta orang mungkin masih mikir," pungkas Rachmat.
7 Perusahaan Otomotif Mau Bangun Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) memastikan bahwa sejumlah perusahaan otomotif tengah berdiskusi dengan pemerintah untuk investasi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut berencana membangun pabrik di Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimudin mencatat, sebanyak 7 perusahaan otomotif dari berbagai negara tengah menjalin diskusi tersebut.
“Indonesia tengah menarik minat dari berbagai perwakilan EV yang mewakili setengah dari produksi global,” ungkap Rachmat dalam kegiatan Dekarbonisasi Sektor Transportasi melalui Adopsi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Wilayah Jawa Barat, Selasa (7/11/2023).
“Harapan kita nanti mulai tahun depan (mereka) akan mulai membangun pabrik, membangun produknya, mungkin di tahun 2026 atau 2027 sudah pada jadi pabriknya (EV), kita bukan hanya jadi konsumen di sini,” jelas dia.
Advertisement
Daftar Perusahaan
Ketujuh perusahaan EV ini adalah BYD asal China, Tesla asal Amerika Serikat, GM-Wuling-SAIC dari AS dan China, Stellantis, Geely Auto Group dari Jerman, Renault-Nissan-Mitsubishi Alliance (gabungan Prancis dan Jepang) dan Cherry Auto Co. dari China.
“Sebagian dari mereka bahkan berencana untuk menjadi Indonesia sebagai ekspor hub electric vehicle,” pungkasnya.
Sebelumnya, Pemerintah akan terus mempermudah investor yang akan melakukan investasi kendaraan listrik di Indonesia. Langkah itu salah satunya adalah dengan menyiapkan paket kebijakan, terkait durasi insentif pembebasan Pajak Penghasilan (PPh).
Langkah-langkah tersebut sedang dalam proses pengkajian.