Gara-Gara Inflasi Tinggi, Ekonomi Inggris Stagnan di Kuartal III 2023

Angka ekonomi Inggris di kuartal ketiga mengkonfirmasi perlambatan yang semakin ditandai oleh indikator-indikator utama dalam beberapa bulan terakhir, dengan belanja konsumen dan aktivitas bisnis menunjukkan adanya keretakan yang juga melemahkan permintaan tenaga kerja.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 10 Nov 2023, 18:00 WIB
Seorang pembelanja melihat barang-barang di kios suvenir di Oxford Street di London, Rabu (15/2/2023). Angka inflasi awal tahun ini juga berada di bawah ekspektasi pada ekonomi, tetapi harga pangan dan energi yang semakin tinggi menekan daya beli rumah tangga Inggris. (AP Photo/Kirsty Wigglesworth)

Liputan6.com, Jakarta - Perekonomian Inggris mencatat pertumbuhan yang datar atau stagnan pada kuartal III 2023.  Penurunan di sektor jasa diimbangi penguatan di sektor konstruksi.

CNBC International, Jumat (10/11/2023), melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto Inggris tidak menunjukkan pertumbuhan kuartalan dalam tiga bulan hingga akhir September, setelah sempat tumbuh 0,2 persen pada kuartal sebelumnya. 

Namun secara tahunan, PDB Inggris pada kuartal III tumbuh lebih tinggi 0,6 persen dibandingkan periode yang sama pada 2022.

Output sektor jasa Inggris turun 0,1 persen pada kuartal ini, namun penurunan tersebut diimbangi oleh peningkatan kinerja konstruksi sebesar 0,1persen, sementara sektor produksi stagnan.

Menteri Keuangan Inggris, Jeremy Hunt, mengungkapkan bahwa inflasi yang tinggi masih menjadi satu-satunya hambatan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi di negara tersebut, dengan indeks harga konsumen tetap berada di angka 6,7 persen secara tahunan pada bulan September.

 

“Cara terbaik untuk menumbuhkan perekonomian kita secara berkelanjutan saat ini adalah tetap berpegang pada rencana kita dan menekan inflasi,” ujar Hunt.

“Pernyataan Musim Gugur akan fokus pada bagaimana kita membuat perekonomian tumbuh kembali secara sehat dengan membuka investasi, membuat masyarakat kembali bekerja dan mereformasi layanan publik sehingga kita dapat mencapai pertumbuhan yang dibutuhkan,” pungkasnya.

Lindsay James, ahli strategi investasi di Quilter Investors, mengatakan angka ekonomi Inggris di kuartal ketiga mengkonfirmasi perlambatan yang semakin ditandai oleh indikator-indikator utama dalam beberapa bulan terakhir, dengan belanja konsumen dan aktivitas bisnis menunjukkan adanya keretakan yang juga melemahkan permintaan tenaga kerja.

“Data bulan September memberikan kejutan positif berkat kuatnya sektor jasa Inggris, namun tidak cukup untuk mengimbangi data negatif bulan Juli dan menghasilkan pertumbuhan apa pun di kuartal ketiga dibandingkan kuartal sebelumnya,” papar James.

“Meskipun dapat menghindari resesi tahun ini, tidak adanya pertumbuhan saat ini berarti perekonomian Inggris stagnan dengan hanya pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2 persen dalam enam bulan terakhir.” dia berkata.


OECD Ramal Inggris Bakal Alami Inflasi Tertinggi di Kelompok Negara G7

Orang-orang mampir ke toko yang memajang berbagai suvenir mendiang Ratu Elizabeth II di Windsor, Inggris, pada 15 September 2022. Pengunjung yang berkerumun ke pusat kota London untuk momen bersejarah memberikan dorongan bagi bisnis pada saat ekonomi Inggris menghadapi inflasi tertinggi dalam empat dekade dan prediksi dari resesi yang mengancam. (AP Photo/Gregorio Borgia, File)

Sebelumnya,  Inflasi di Inggris diprediksi akan naik lebih cepat dibandingkan negara maju lainnya tahun ini. Perkiraan itu dikeluarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Mengutip BBC, Rabu (20/9/2023) OECD mengungkapkan bahwa inflasi Inggris akan mencapai rata-rata 7,2 persen di sisa tahun 2023.

Lembaga think tank tersebut mengatakan angka ini akan menjadi angka tertinggi di kelompok G7, yang mencakup Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Jepang, Kanada, dan Italia.

Sementara itu, Pemerintah Inggris mengatakan mereka yakin telah berada “di jalur yang tepat untuk mengurangi separuh inflasi” pada akhir tahun 2023.

OECD menaikkan perkiraan inflasi Inggris sebesar 0,3 poin persentase menjadi 7,2 persen dari perkiraan sebelumnya untuk tahun 2023.Angka 7,2 persen tersebut akan lebih tinggi dibandingkan di Jerman dan Italia, yang diperkirakan memiliki tingkat inflasi sebesar 6,1 persen. Prancis ( 5,8 persen) Amerika Serikat (3,8 persen), Kanada (3,6 persen) dan Jepang (3,1 persen).

Untuk tahun 2024, OECD memperkirakan inflasi Inggris akan turun menjadi 2,9 persen.

Hampir 99 persen kekayaan dunia dimiliki, hanya oleh 1 persen kelompok tertentu (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya