Inovasi Lokal untuk Perubahan Iklim, Aplikasi Daur Ulang Sampah hingga Penerapan Masjid Ramah Lingkungan

Berbagai inovasi lokal untuk mengatasi perubahan iklim sebenarnya sudah sangat banyak dilakukan, ada yang diinisiasi komponen individu, institusi pendidikan, masjid hingga perusahaan.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 11 Nov 2023, 21:51 WIB
Inovasi lokal untuk perubahan iklim, Co-Founder/CEO Mall Sampah, Adi Saifullah Putra saat edukasi pemilahan sampah. (Dok: Instagram @mallsampah)

Liputan6.com, Jakarta Perubahan iklim makin terasa dampaknya di kehidupan kita sehari-hari. Bumi yang kian panas, bahkan para ilmuwan menyebut 2023 sebagai tahun terpanas.

Lalu apakah kita akan diam saja, tanpa melakukan aksi nyata untuk mengatasinya? Berbagai inovasi lokal untuk mengatasi perubahan iklim sebenarnya sudah sangat banyak dilakukan, ada yang diinisiasi komponen individu, institusi pendidikan, masjid hingga perusahaan.

Salah satunya dilakukan oleh pemuda asal Makassar, Adi Saifullah Putra yang mendirikan Mall Sampah pada 2015 lalu. Mall Sampah kini bahkan sudah menjadi perusahaan, tepatnya sejak 2017.

Mall Sampah merupakan aplikasi daur ulang sampah, recycling platform untuk membantu masyarakat mendaur ulang sampah dan membantu digitalisasi pekerja sampah informal seperti pengepul atau pemulung. Menurut Adi penciptaan aplikasi tersebut berawal dari ide sederhana, di mana 80 persen dari sampah yang dikumpulkan di Indonesia biasanya diambil oleh pengepul.

"Sementara pengepul ada ketimpangan di sana, sehingga mereka bekerja secara tradisional, tidak punya akses permodalan padahal kunci rantai dalam pengolahan sampah," ungkap Adi Co-Founder/CEO Mall Sampah saat wawancara melalui sambungan telepon dengan Liputan6.com, Jumat (10/11/2023). 

Ia menyambung bahwa perlu ada inovasi, dengan melihat perusahaan rintisan yang sudah ada Mall Sampah mengangkat keresahan sektor informal tapi dalam hal sampah. Mall Sampah sendiri sebenarnya sudah ia buat sejak masih jadi mahasiswa di Universitas Muslim Indonesia (UMI).

Meski kuliah di jurusan hukum, Adi lebih tertarik dan aktif berorganisasi dalam sektor kewirausahawan dan yang berhubungan dengan lingkungan hingga tercipta Mall Sampah yang kini telah jadi perusahaan.

"Kita sebagai start up punya model bisnis yang berkembang meskpun tidak ada investor (saat ini) tapi bisnis secara organik menghasilkan revenue. Berjalan sebagai alami jadi cukup sustain, apalagi solusi daur ulang mulai dibutuhkan baik di level individu maupun perusahaan," Adi menjelaskan. 

 


Kelola Sampah Lebih Efisien dan Menguntungkan

Ilustrasi sampah anorganik. (Image by Freepik)

Di Mall Sampah, terdapat dua aplikasi yang dibuat untuk masyarakat dan mitra daur ulang. "Kolektor kita 70 persen punya gadget, tantangan untuk edukasi aja dan kalau tidak punya ada admin untuk proses penjeputan," jawab Adi saat ditanya mengenai aksesibilitas penggunanya khuhusnya para pengepul.

Menurutnya kesadaran masyarakat semakin naik mengenai pemilahan sampah. Meski belum ada riset komperhensif tapi secara umum meningkat karena sudah ada akses lewat aplikasi Mall Sampah.

"Karena yang paling susah pengetahuan edukasi memilah dan bagaimana aksesnya. Jadi kita hadirkan akses itu ke masyarakat," tukas Adi.

Sejak keberadaan Mall Samah yang menginjak tahun ke-8, setidaknya platform ini sudah memiliki 60 ribu pengguna di seluruh Indonesia. Tidak hanya di Makassar saja, Mall Sampah bahkan sudah beroperasi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.

"Sampai dengan saat ini tiap bulan kita menghasilkan 100 ton sampah yang bisa didaur ulang," tambah Adi.

Terdapat dua akses yang diberikan untuk masyarakat bisa menyetorkan sampah. Pertama sistem pick up atau penjemputan yang mengandalkan kedekatan lokasi, lalu kedua dengan fitur drop off langsung ke gudang terdekat pengepul.

Tentu ada keuntungan yang didapat dengan menjadi pemakai Mall Sampah dengan prinsip ekonomi sirkular. "Kita ada dua metode pembayaran ke pengguna masyarakat, bayar langsung melalui cash dan poin Mall Sampah (MS Point) ini bisa diredem di aplikasi ke e-wallet populer," papar Adi.

Ke depan, Adi melalui Mall Sampah berharap akan lebih banyak lagi menjangkau elemen masyarakat dan komunitas dengan memanfaatkan teknologi dan infrastruktur. Hal ini lantaran menurutnya Mall Sampah sudah punya akses yang bisa dimanfaatkan agar pengelolaan sampah jadi lebih efisien dan menguntungkan.


Penerapan unsur Ramah Lingkungan di Masjid

Suasana di Masjid Salman ITB. (dok: Wong Tejo)

Masjid Salman di Institut Teknologi Bandung (ITB) merupakan salah satu masjid di Indonesia yang menerapkan konsep ramah lingkungan. Bahkan sejak awal pendirian, masjid yang didirikan sejak 1964 dan selesai dibangun pada 1972 tersebut sudah menerapkan konsep eco-friendly.

Beberapa aspek arsitekturnya, banyak fentilasi sehingga tidak perlu AC. Banyaknya penggunaan jendela sebagai fentilasi, juga efisien dalam penggunaan energi sehingga tidak perlu banyak penggunaan lampu di siang hari.

Tapi menurut Penggerak Salman Environmental Rangers (Saviorangers), Vieri Muhammad Naufal, belakangan sejak 2018 memang semakin banyak program yang dijalankan Masjid Salman. Hal itu lantaran masjid ini merupakan salah satu dari tiga fasilitas publik di Kota Bandung yang ingin membuktikan komitmen ramah lingkungan sesuai standar dari Kementerian Lingkungan Hidup.

"Untuk lebih ramah lingkungan beberapa program, gencar dan intensif dalam dua tahun terakhir, seperti pemilahan sampah dalam empat kategori yaitu organik berupa sisa makanan, botol, kertas, plastik, dan residu yang non B3," jelasnya.

Selain pemilahan sampah, untuk sampah organik juga diolah mandiri di lingkungan Masjid Salman dengan sistem pembutaan kompos sehingga tidak dibuang ke TPA. 


Program Sedekah Wadah Qurban Meminimalisir Plastik

(Kukuh Saokani/Liputan6.com)

Pengurangan sampah dalam dua tahun terakhir juga dilakukan saat momen Idul Adha dengan program sedekah wadah qurban. "Biasanya pakai plastik sekali pakai, apalagi satu negara pasti menimbuklan sampah. Kita membuka peluang ke jemaah untuk sedekah wadah bisa berupa bungkus sisa dan besek," 

Pada momen Idul Adha 2023 kemarin saja telah terkumpul sebanyak 1300 wadah. Masih banyak aspek ramah lingkungan dan penghematan energi yang terus dirintis oleh Masjid Salman, salah satunya adalah atap masjid yang dipasangkan fasilitas untuk untuk panen air hujan agar mengurangi penggunaan air tanah.

"Masjid Salman juga punya banyak terbuka hijau jadi lahan serapan air Dua tahun kita menanam tanaman hidroponik, kita juga udah masang panel surya walau masih sedikit, tapi itu upaya juga," sambung Vieri yang kini merupakan mahasiswa S2 Studi Pembangunan di ITB.

Kemudian satu inovasi terbaru lainnya adalah saat Idul Adha, darah qurban sudah ditampung di sepitank, di mana biasanya masjid lain dibuang ke tanah yang bisa berpotensi terhadap cemaran. Menurut Viery Masjid sebagai sebuah tempat ibadah yang pengunjungnya silih berganti memiliki potensi dalam mengedukasi masyarakat.

Bahkan saat buka puasa bersama, setelah pembagian makanan untuk jemaah karena sudah mendapat edukasi mereka secara sadar membuang sampah di tempat yang seharusnya. Tidak ada lagi sampah yang berserakan lagi di Masjid.

"Selama 1 bulan saat ramadan, dari 2.700 ton sampah yang dibuang hanya sekitar 23 persen aja ke TPA," katanya. 

 

Infografis 10 Daftar Pahlawan Nasional Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Tri Yasnie)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya