Golongan yang Mendapat Azab Mengerikan Leher Dikalungi Unta di Hari Kiamat

Salah satu penyakit yang menghinggapi negeri ini ialah korupsi. Banyak sekali kasus korupsi yang berhasil diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2023, 12:30 WIB
Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (Liputan6.com/Fachrur Rozie)

Liputan6.com, Cilacap - Salah satu penyakit yang menghinggapi negeri ini ialah korupsi. Banyak sekali kasus korupsi yang berhasil diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Kasus merupakan perbuatan dosa besar yang akan menerima konsekuensi di akhirat. Di hari kiamat, koruptor ini sangat hina dan nista.

Pelaku korupsi seakan tidak menyadari kalau perbuatannya itu bukan hanya merugikan dirinya sendiri melainkan juga bangsa dan negara. Pelakunya tentu saja akan mendapat dosa besar dan azab yang pedih.

Oleh sebab itu, Rasulullah SAW mewanti-wanti umatnya agar tidak melakukan perbuatan tercela ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Wasiat Rasulullah kepada Mu'adz bin Jabal

Galeri Rasulullah SAW yang terletak di dalam kawasan Masjid Raya Al Jabbar, Kota Bandung, resmi dibuka untuk umum pada Senin lalu (27/3/2023) oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. (Foto: Biro Adpim Jabar)

Menukil NU Online, Nabi SAW kemudian mengingatkan Mu’adz bahwa orang yang melakukan tindakan korupsi kelak akan memperoleh balasan dosanya di hari kiamat. Peristiwa ini direkam oleh hadits riwayat Imam At-Tirmizi berikut. Diriwayatkan:

عن معاذ بن جبل قال بعثني رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى اليمن فلما سرت أرسل في أثري فرددت فقال أتدري لم بعثت إليك لا تصيبن شيئا بغير إذني فإنه غلول ومن يغلل يأت بما غل يوم القيامة لهذا دعوتك فامض لعملك

Artinya, “Dari Mu’az bin Jabal, ia berkata, ‘Rasulullah saw mengutus saya ke Yaman. Ketika saya baru berangkat, beliau memerintahkan seseorang untuk memanggil saya kembali. Maka saya pun kembali dan beliau berkata, ‘Apakah engkau tahu aku mengirimmu orang untuk kembali? Janganlah kamu mengambil sesuatu tanpa izin saya, karena hal itu adalah ghulul (korupsi). Dan barangsiapa berlaku ghulul, maka ia akan membawa barang yang digelapkan atau dikorupsi itu pada hari kiamat. Untuk itulah aku memanggilmu. Sekarang berangkatlah untuk tugasmu.’” (HR At-Tirmidzi)

Ayat yang Nabi kutip pada hadits di atas adalah firman Allah ta’ala surat Ali Imran ayat 161 sebagai berikut:

وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ اَنْ يَّغُلَّ ۗوَمَنْ يَّغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

Artinya, “Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak didzalimi.” (QS. Ali Imran: 161).

 


Lehernya Dikalungi Unta yang Bersuara

Umat muslim bersiap untuk menyembelih unta pada Idul Adha di Peshawar, Pakistan, 10 Juli 2022. Umat muslim seluruh dunia merayakan Idul Adha atau Hari Raya Kurban untuk memperingati kesediaan Nabi Ibrahim mengorbankan putranya. (AP Photo/Muhammad Sajjad)

Imam ath-Thibi mengatakan, maksud ‘barang yang digelapkan atau dikorupsi itu pada hari kiamat’ pada ayat di atas adalah, kelak dosa koruptor diwujudkan dalam bentuk seekor unta yang menjerat lehernya. Hal ini mengacu pada hadits Nabi riwayat Imam Ahmad berikut. Diriwayatkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَذَكَرَ الْغُلُولَ فَعَظَّمَهُ وَعَظَّمَ أَمْرَهُ ثُمَّ قَالَ لَا أُلْفِيَنَّ يَجِيءُ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ بَعِيرٌ لَهُ رُغَاءٌ فَيَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا

Artinya, “Dari Abu Hurairah, dia berkata, ‘Pada suatu hari Rasulullah saw berada di tengah tengah kami, lalu beliau menyebut-nyebut tentang ghulul dan menganggap hal itu bukan perkara enteng, kemudian Rasul bersabda, ‘Aku belum pernah mendapatkan seorang dari kalian pada hari kiamat yang pada lehernya terdapat seekor unta yang bersuara.’"(HR Muslim). (Al-Mula Ali al-Qari, Mirqatul Mafatih, juz VI, halaman 2435).

Berkaitan dengan sebab turunnya ayat di atas terjadi perbedaan pendapat, meski konteksnya sama yaitu berkaitan dengan kasus korupsi (ghulul). Sebagian riwayat menjelaskan, sebab turun ayat ini adalah kecurigaan sebagai kelompok terhadap Nabi atas pembagian harta perang.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya