Liputan6.com, Jakarta Gapura, anggota terhormat dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), dan Beijing Fenghua Aviation Service Co., Ltd (BFAS), anak perusahaan sepenuhnya dimiliki oleh Beijing Shuntian International Travel Service Co., Ltd, telah resmi menandatangani Nota Kesepahaman untuk menjalin kemitraan.
Advertisement
Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis Gapura, Reza Aulia Hakim mengatakan, kerja sama ini akan mencakup Operasi Bersama dan kerja sama Pemasaran Bersama dalam penanganan darat, bantuan penumpang bandara, gudang, logistik, pusat pembelajaran, dan bisnis terkait lainnya.
BFAS, lanjut Reza, yang telah memenuhi standar profesional IATA untuk mempromosikan dan menjual transportasi penumpang udara internasional, memiliki kantor pusat di Beijing dan cabang di berbagai kota strategis, seperti Tianjin, Shenzhen, Xi'an, Zhengzhou, Chongqing, Hainan, dan kota-kota pusat regional lainnya.
"Kerja sama ini diharapkan memberikan manfaat timbal balik yang signifikan melalui kolaborasi yang saling menguntungkan. Kami percaya bahwa dengan meningkatkan kemampuan dan fungsi kami secara bersama-sama, kita dapat mencapai kebaikan bersama", kata Reza Aulia Hakim dikutip Jumat (10/11/2023).
Reza menambahkan, tujuan pemasaran dari kerja sama ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar, terutama mengingat ramalan bahwa industri penerbangan akan pulih sepenuhnya pada tahun 2024.
Dengan keinginan bersama untuk saling membantu dengan upaya, kemampuan, dan fungsi masing-masing, Gapura dan BFAS berkomitmen untuk optimal dalam penanganan darat, bantuan penumpang bandara, gudang, logistik, dan pusat pembelajaran serta bisnis terkait lainnya.
"Kerja sama ini menjadi langkah strategis bagi kedua belah pihak untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan efisiensi operasional, menciptakan dampak positif bagi industri penerbangan dan logistik secara keseluruhan," pungkasnya.
Merger Pelita Air-Citilink Tunggu Garuda Indonesia Sehat
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkap rencana terbaru penggabungan maskapai pelat merah, Pelita Air dan Citilink. Namun, proses integrasi ini masih menunggu Garuda Indonesia lebih sehat secara kinerja keuangan.
Diketahui, rencana awal, lisensi dan pesawat Pelita Air akan dialihkan ke Citilink. Kemudian, ada opsi lainnya untuk Pelita Air dan Citilink berada di bawah Holding BUMN Pariwisata, InJourney.
Namun pria yang karib disapa Tiko ini mengatakan seluruh opsinya masih dalam proses diskusi dan terus berkembang.
Utamanya, ada pertimbangan kondisi maskapai pelat merah lainnya, Garuda Indonesia yang kondisi keuangannya masih perlu perhatian serius.
"Jadi ada dua opsi kan, opsinya Pelita masuk secara license ke Citilink atau Pelita ke InJourney, itu masih dikaji. Jadi belum ada decision dari saya mau ke InJourney atau ke Citilink, tapi tergantung dari kemampuan Garuda untuk restrukturisasi, kita akan review sampai akhir tahun apakah Garuda sudah sehat akhir tahun ini," ungkapnya di Ritz-Carlton, Jakarta, dikutip Selasa (7/11/2023).
Dia mengatakan, sarat mutlak untuk adanya integrasi itu adalah kesehatan dari kinerja Garuda Indonesia. Dia mengatakan, jika dilihat dari rute pelayanan, Garuda Indonesia sudah mencatatkan kinerja positif.
Kendati begitu, masih ada posisi ekuitas yang negatif. Aspek ini juga yang dinilai perlu menjadi perhatian serius di sektor aviasi BUMN.
"Harus sehat, harus sehat. Sekarang ini baru saya review. Garuda-nya secara result daripada rutenya sudah positif, Rp 100 juta-an. Artinya mereka sebenarnya mulai cashflow positif. Tapi kan negative equity, nah negative equity-nya itu sedang kita bereskan," kata dia.
"Karena kalau negative equity kan sulit untuk dapat leasing ke depan. Jadi ini kita rapikan dulu, seberapa cepat kita bisa lakukan untuk negative equity-nya berkurang," imbuh Tiko.
Advertisement
Kejar Perbaikan Ekuitas
Lebih lanjut, Tiko menerangkan fokus Kementerian BUMN saat ini adalah menggenjot rasio ekuitas tadi pada batas minimum yang dipandang sehat. Penanganannya akan dikejar pada akhir 2023 ini, atau paling lambat di awal tahun 2024.
Tiko memaparkan, secara kinerja operasional anak perusahaan, sudah memasuki tren yang positif.
"Kita lagi review Garuda-nya dulu, sampai kapan dia benar-benar bisa minimum negative equity. Tapi kalau operasi, baik Garuda, Citilink, GMF bahkan Aero Wisata sudah positif. Tinggal negative equity-nya lagi kita tangani. kalau pun gak tahun ini, kuartal I (2024) mungkin kita kerjakan," pungkasnya.
Perlu dicatat, Garuda Indonesia Group sendiri sudah dalam bagian rencana untuk bergabung ke Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, InJourney. Syarat mutlaknya adalah kondisi maskapai pelat merah kelas premium itu sehat dari kondisi dan keuanganya.