Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, beberapa wilayah di Indonesia sudah mulai turun hujan. Akan tetapi, khususnya Pulau Jawa masih ada yang dilanda kemarau.
Kemarau panjang yang membuat pasokan air berkurang. Kita dianjurkan untuk banyak beristighfar.
Musim kemarau adalah periode yang sering ditandai dengan cuaca panas dan kering yang ekstrem. Selain meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, musim kemarau juga mengancam pasokan air bersih, pertanian, dan ekosistem alam.
Pada saat kemarau panjang, kita dianjurkan untuk berdoa minta hujan dengan bertawasul melalui orang-orang saleh yang ada di zamannya.
Baca Juga
Advertisement
Salah satunya dicontohkan oleh sahabat Nabi SAW, Umar bin Khattab RA.
Simak Video Pilihan Ini:
Lafal Tawasul Umar bin Khattab RA
Mengutip Nu Online, tawasul saat minta hujan ini pernah dilakukan oleh Sahabat Umar bin Khattab RA.
Lafal tawasul Sahabat Umar bin Khattab RA adalah sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَسْقِي إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا, وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا
Allāhumma innā kunnā nastaqī ilaika bi nabiyyinā, fa tasqīnā. Wa innā natawassalu ilaika bi ‘ammi nabiyyinā, fasqinā.
Artinya: “Ya Allah, kami dulu meminta hujan kepada-Mu melalui pangkat nabi kami (Nabi Muhammad SAW) yang tinggi, lalu Kauturunkan hujan untuk kami. Sekarang kami meminta hujan kepada-Mu melalui pangkat paman nabi kami (Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib) yang tinggi, maka turunkan lah hujan untuk kami.”
Advertisement
Tawasul Ini Pernah Dilakukan Zaman Rasullulah
Tawasul Sahabat Umar bin Khattab RA ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari. Tawasul Sahabat Umar bin Khattab RA dalam riwayat ini pernah dilakukan di zaman Rasulullah. Setelah Rasulullah wafat, Sahabat Umar bin Khattab RA bertawasul melalui Abbas RA, paman Rasulullah SAW.
Kemarau berkepanjangan terjadi pada tahun 18 H sehingga tanah menjadi berdebu karena kekeringan. Kemarau panjang berlangsung hingga sembilan bulan. Masyarakat mengadu kepada Sayyidina Umar bin Khattab. Sayyidina Umar kemudian bertawasul melalui Sayyidina Abbas RA.
وَعَنْ أَنَسٍ; - أَنَّ عُمَرَ - رضي الله عنه - كَانَ إِذَا قَحِطُوا يَسْتَسْقِي بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ اَلْمُطَّلِبِ. وَقَالَ: اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَسْقِي إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا, وَإِنَّانَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا، فَيُسْقَوْنَ - رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ
Artinya: "Dari Sahabat Anas RA, Amirul Mukminin Umar bin Khatthab RA ketika masyarakat mengalami kekeringan berkepanjangan bertawasul dalam istisqa melalui sahabat Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib RA. Sayyidina Umar RA dalam doa istisqanya mengatakan, ‘Allāhumma innā kunnā nastaqī ilaika bi nabiyyinā, fa tasqīnā. Wa innā natawassalu ilaika bi ‘ammi nabiyyinā, fasqinā,’ lalu hujan pun turun kepada mereka,” (HR Bukhari).
Nasab Sayyidina Abbas RA
Hadits ini menjadi dalil atas (anjuran) permohonan syafaat terhadap orang baik, orang saleh, dan ahlul bait; keutamaan dan kemuliaan derajat Sayyidina Abbas di sisi Allah melalui ijabah doa, dan keutamaan Sayyidina Umar RA atas ketawadhuannya terhadap Sayyidina Abbas RA, (Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz II, halaman 129).
Adapun nasab Sayyidina Abbas RA adalah Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf Al-Qurasyi. Ia merupakan salah seorang paman Nabi Muhammad SAW. Ia lahir dua tahun sebelum kelahiran Rasulullah SAW yang wafat pada tahun 32 H. Ia ikut hijrah sesaat menjelang Fathu Makkah. Ia juga ikut menyaksikan peristiwa Fathu Makkah dan Perang Hunain.
Sayyidina Abbas RA mendapat tempat di hati Rasulullah SAW. Sayyidina Abbas RA merupakan salah seorang kerabat Rasulullah SAW yang harus dicintai sebagaimana perintah Allah SWT. Rasulullah SAW dalam sebuah sabdanya mengatakan, “Siapa saja yang menyakiti Abbas, maka ia menyakitiku karena paman itu adalah saudara sekandung ayahnya.”
Dari sini, ulama menganjurkan agar masyarakat memilih mereka yang paling saleh dan zuhud di antara mereka untuk berdoa minta hujan dan menjadi imam serta khatib pada rangkaian Shalat Istisqa. Wallahu a‘lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul.
Advertisement