Prajogo Pangestu Jadi Orang Terkaya Indonesia, Geser Low Tuck Kwong dan Hartono Bersaudara

Posisi Prajogo Pangestu yang adalah pemilik dari Barito Pacific ini menggeser Low Tuck Kwong dan keluarga Hartono. Harta Prajogo Pangestu mencapai Rp 607 triliun.

oleh Arthur Gideon diperbarui 11 Nov 2023, 21:00 WIB
Prajogo Pangestu menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di Indonesia. Hal ini berdasarkan data dari Forbes Real Time Billionaires.

Liputan6.com, Jakarta - Prajogo Pangestu menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di Indonesia. Hal ini berdasarkan data dari Forbes Real Time Billionaires.

Posisi Prajogo Pangestu ini menggeser Low Tuck Kwong dan keluarga Hartono. Harta Prajogo Pangestu mencapai USD 38,7 miliar atau kurang lebih Rp 607 triliun (estimasi kurs rupiah 15.700 per dolar AS).

Sedangkan harga Low Tuck Kwong yang merupakan pemilik Bayan Resources tercatat USD 26,5 miliar. Kakak beradik R. Budi Hartono dan Michael Hartono yang merupakan pemilik Grup Djarum ini sebeesar USD 24,3 miliar dan USD 23,3 miliar.

Prajogo Pangestu diketahui memiliki beberapa perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan PT Gozco Plantation Tbk (GZCO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang baru saja debut pada Maret lalu.

PT Barito Pacific Tbk (BRPT) didirikan Prajogo Pangestu pada 1979. Perusahaan ini bergerak di industri kehutanan, petrokimia dan properti, perkebunan. Selain itu, Barito Pacific juga akan mengembangkan sejumlah lini usaha di antaranya tambang dan energi ke dalam sebuah perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi.

Barito Pacific mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan nama PT Barito Pacific Timber Tbk pada 1993.

Namun, perusahaan tidak menggunakan nama "Timber" lagi pada 2007 dan menjadi PT Barito Pacific Tbk. Hal itu dilakukan untuk merefleksikan diversifikasi lini usaha Barito saat ini dan juga pertumbuhannya di masa mendatang.

Sebagaimana diketahui, Barito Pacific hanya memiliki lima pabrik pengolahan yang bersama-sama memproduksi plywood, blockboard, particle board, dan wood working product yang diekspor ke Asia, Eropa dan Amerika pada 1993.

Akan tetapi, dengan adanya hambatan iklim Indonesia pada 1990-an dan krisis keuangan di Asia membuat perusaahan berhenti memproduksi plywood.

Kemudian, perusahaan memperkecil fokusnya dengan hanya memproduksi particle board di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan pada saat itu juga melakukan diversifikasi usaha ke bidang industri sumber daya lainnya.

 


Akuisisi Chandra Asri

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Chandra Asri)

Pada 2007, Perseroan mengakuisisi produsen petrokimia di Indonesia, Chandra Asri. Barito Pacific berhasil menjadi pemegang saham mayoritas pengendali dengan kepemilikan sebanyak 70 persen di Chandra Asri.

Hal itu dilakukan dalam rangka memenuhi visinya untuk menjadi sebuah perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi dan terintegrasi yang dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan dalam jangka panjang untuk memberikan nilai tambah kepada pemangku kepentingan.

Dengan demikian, akuisisi ini menjadi sebuah basis yang strategis untuk melakukan pengembangan bisnis migas dan memberikan peluang untuk turut memiliki andil di dalam sektor usaha sumber daya energi lainnya di masa mendatang.

Tak hanya itu, Perseroan juga berhasil melakukan akuisisi PT Tri Polyta Indonesia Tbk pada Juni 2008. Tri Polyta Indonesia merupakan produsen polypropylene yang bahan bakunya dipasok dari Chandra Asri.

Adapun berdasarkan data Forbes Indonesia, Prajogo Pangestu masuk jajaran orang terkaya Indonesia. Ia berada di posisi tujuh di antara 50 orang terkaya Indonesia. Prajogo Pangestu catat kekayaan USD 5,1 miliar yang berasal dari usaha petrokimia.

 


Barito Pacific Tambah Kepemilikan 3 Aset Geothermal

Barito Pacific menambah kepemilikannya atas aset operasional geothermal Wayang Windu, Salak dan Darajat

Sebelumnya, Barito Pacific menambah kepemilikannya atas aset operasional geothermal Wayang Windu, Salak dan Darajat dengan melakukan serangkaian transaksi yaitu pembelian 30 persen efektif kepemilikan saham di Star Energy Geothermal Pte. Ltd. (SEGPL), dan pembelian 30,25 persen saham di Star Phoenix Geothermal JV B.V. (SPG), keduanya selesai dilakukan pada Desember 2022.

Rangkaian transaksi pembelian ini dilakukan oleh Star Energy Group Holdings Pte. Ltd. (SEGHPL) yang merupakan anak usaha Barito Pacific di unit usaha geothermal Star Energy Group.

Dengan rampungnya transaksi ini, kepemilikan efektif Barito Pacific atas aset operasional Wayang Windu meningkat dari 40 persen menjadi 60 persen serta kepemilikan efektif atas aset operasional Salak dan Darajat meningkat dari 34,5 persen menjadi 50,7 persen.

“Penambahan kepemilikan ini sejalan dengan fokus kami pada sektor energi baru terbarukan yang merupakan bagian dari langkah kami untuk mendukung Indonesia mencapai tujuan net zero emission serta semakin mengukuhkan Barito Pacific sebagai salah satu perusahaan energi terdepan di Indonesia," kata Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk. Agus Salim Pangestu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (2/1/2023).

 


Selanjutnya

Melalui investasinya di SEGPL dan SPG, Barito Pacific memiliki efektif kepemilikan di Star Energy Geothermal (Wayang Windu) Ltd. (SEGWW) dan Star Energy Geothermal (Salak – Darajat) B.V. (SEGSD). SEGWW memiliki dan mengoperasikan PLTG Wayang Windu dengan total kapasitas terpasang 227MW berlokasi di kabupaten Bandung, Jawa Barat.

SEGSD memiliki dan mengoperasikan PLTG Salak dan Darajat dengan total kapasitas terpasang 377MW dan 271MW berlokasi di kabupaten Sukabumi dan kabupaten Garut, Jawa Barat.

Sebagai latar belakang, Barito Pacific menjalankan investasi di sektor energi baru terbarukan melalui PT Barito Renewables yang memiliki 100 persen saham di SEGHPL.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya