Liputan6.com, Jakarta - Sifilis diketahui sebagai salah satu penyakit menular seksual yang diderita oleh orang dewasa yang aktif berhubungan badan, namun penyakit itu ternyata dapat diderita oleh bayi baru lahir. Dilansir dari People, Minggu, 12 November 2023, kelahiran bayi yang terjangkit sifilis atau raja singa berada di tingkat tertinggi dalam 30 tahun, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, CDC.
CDC pada Selasa, 7 November 2023, melaporkan bahwa bayi yang lahir dengan penyakit sifilis berjumlah 10 kali lebih banyak pada 2022 dibandingkan pada 2012. CDC menyebut lebih dari 3.700 bayi yang baru lahir positif mengidap sifilis kongenital pada 2022, yang sangat mengkhawatirkan. Lembaga tersebut kemudian menyerukan peningkatan pengujian dan pengobatan bagi ibu hamil dan bayi mereka.
Advertisement
"Krisis sifilis bawaan di Amerika Serikat telah meroket dengan tingkat yang sangat memprihatinkan," kata Kepala Petugas Medis CDC, Debra Houry, dalam sebuah pernyataan.
"Tindakan baru diperlukan untuk mencegah lebih banyak tragedi di keluarga. Kami menyerukan kepada penyedia layanan kesehatan, sistem kesehatan masyarakat, dan masyarakat untuk mengambil langkah tambahan guna menghubungkan ibu dan bayi dengan layanan yang mereka butuhkan," tambahnya.
Laporan yang baru dirilis menyatakan bahwa penyakit menular seksual ini mudah dicegah, namun memerlukan pemantauan dan pengobatan yang ketat terhadap wanita hamil yang berisiko.
"Orang dapat mengalami penyakit dan menularkan sifilis kepada bayinya selama kehamilan," demikian isi laporan tersebut. "Keguguran, lahir mati, masalah kesehatan parah seumur hidup, dan bahkan kematian bayi baru lahir dapat disebabkan oleh infeksi sifilis selama kehamilan."
Bayi yang Terjangkit Sifilis pada 2022
Laporan tersebut melanjutkan, "Pada tahun 2022, terdapat 231 bayi lahir dalam keadaan tidak bernyawa dan 51 bayi meninggal (setelah kelahiran)."
Mereka yang menggunakan zat-zat terlarang atau memiliki pasangan seksual baru selama kehamilan terdaftar sebagai "berisiko tinggi tertular sifilis," menurut CDC. Hanya satu obat yang saat ini digunakan untuk mengobati sifilis kongenital yaitu benzatin penisilin G. Obat tersebut harus diberikan melalui suntikan oleh tenaga medis profesional yang sudah terlatih.
Penelitian telah menunjukkan bahwa efektivitas pengobatan tersebut adalah 98 persen, menurut laporan CDC pada Selasa, 7 November 2023, namun AS mengalami kekurangan stok benzatin penisilin G. Karena itu, CDC meminta penyedia layanan kesehatan untuk memprioritaskan alokasi pengobatan untuk wanita hamil.
Pemeriksaan lebih lanjut terhadap 3.700 kasus pada tahun lalu menunjukkan bahwa 88 persen dari kasus tersebut dapat dihindari jika terdapat tes yang tepat waktu dan pengobatan yang memadai selama kehamilan. Karena itu, CDC merekomendasikan masyarakat untuk melakukan tes sejak pemeriksaan prenatal pertama mereka, kata laporan itu.
Advertisement
Identifikasi Sifilis jadi Prioritas di Amerika Serikat
"Identifikasi sifilis selama kehamilan harus dilihat sebagai prioritas tinggi untuk tindak lanjut yang cepat, dengan pendekatan sistematis untuk menentukan siapa yang akan bertanggung jawab untuk memastikan pengobatan tepat waktu," tulis CDC.
Pada 2022, hampir 40 persen kasus terjadi pada mereka yang menerima pengobatan yang tidak memadai, dan 38 persen ibu hamil tidak menjalani perawatan pranatal. Pada 2021, CDC melaporkan bayi baru lahir berkulit hitam, Hispanik, Indian Amerika, dan penduduk asli Alaska berada pada risiko tertinggi positif sifilis.
"Epidemi sifilis bawaan adalah krisis Amerika yang tidak dapat diterima,” kata Jonathan Mermin, direktur Pusat Nasional untuk HIV, Viral Hepatitis, PMS dan Pencegahan TB di CDC. "Semua ibu hamil, terlepas dari siapa mereka atau di mana mereka tinggal berhak mendapatkan akses terhadap layanan yang melindungi mereka dan bayinya dari penyakit yang dapat dicegah."
"Negara kita harus proaktif dan berpikir lebih jauh dari kantor OB/GYN dan menjembatani kesenjangan dalam pencegahan. Setiap pertemuan penyedia layanan kesehatan dengan pasien selama kehamilan merupakan peluang untuk mencegah sifilis kongenital," tutupnya.
Apa Itu Penyakit Sifilis?
Dilansir dari kanal Home Liputan6.com, penyakit sifilis atau yang dikenal dengan istilah penyakit raja singa merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini tidak dapat bertahan lama di udara, sehingga tidak dapat ditularkan melalui toilet, kolam renang, kamar mandi, serta berbagi peralatan makan atau pakaian.
Penyakit sifilis berawal sebagai luka yang tidak nyeri. Luka tersebut biasanya muncul pada alat kelamin, rektum, ataupun mulut penderitanya dan kondisi tersebut bisa menular dari orang ke orang melalui kontak kulit ataupun selaput lendir dari luka tersebut.
Penyakit sifilis yang tanpa pengobatan dapat merusak jantung, otak, hingga organ-organ dalam tubuh lainnya, hingga bisa mengancam jiwa dan dapat ditularkan dari ibu ke calon anak yang belum lahir. Jika menginfeksi ibu hamil, penyakit sifilis sangat berisiko besar bagi ibu dan bayinya.
Sifilis pada ibu hamil dapat menular kepada bayi, dan sifilis bawaan pada bayi baru lahir ini disebut dengan istilah sifilis kongenital. Apabila tidak diobati, sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kematian segera setelah bayi lahir.
Sementara itu, sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi pada bayi yang telah lahir, seperti gangguan pendengaran, pembengkakan hati dan limpa, kelainan batang hidung dan bagian tulang lainnya, serta gangguan otak.
Advertisement