Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka penghentian perdagangan (suspensi) saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mulai perdagangan sesi I, Senin (13/11/2023).
Pembukaan suspensi perdagangan saham BREN ini dilakukan di pasar regular dan pasar tunai. BEI membuka suspensi saham BREN menunjuk pengumuman Bursa Peng-SPT-00058/BEI.WAS/11-2023 tanggal 9 November 2023 perihal Penghentian Sementara Perdagangan (Suspensi) Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Advertisement
“Suspensi atas perdagangan Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) di Pasar Reguler dan Pasar Tunai dibuka kembali mulai perdagangan sesi I tanggal 13 November 2023,” tulis Ph Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Zakky Ghufron dan Ph Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan Martin Satria D.Bako.
Sebelumnya BEI suspensi saham BREN pada Jumat, 10 November 2023 seiring terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham BREN dan dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan investor, BEI suspensi saham BREN.
Suspensi saham BREN dilakukan di pasar regular dan pasar tunai dengan tujuan memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasi di saham BREN.
"Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan,” tulis Ph Kepala Divisi Pengawasan Transaksi Donni Kusuma Permana dan Ph Kepala Divisi Pengaturan Operasional Perdagangan Martin Satria D.Bako.
Adapun pada pekan lalu tepatnya 6-10 November 2023, saham BREN masuk jajaran top gainers sepekan. Saham BREN naik 26,21 persen ke posisi Rp 5.225 per saham dari pekan lalu Rp 4.140 per saham.
Intip Perkembangan Proyek Salak Binary Milik Barito Renewables Energy
Sebelumnya diberitakan, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melalui anak usahanya, Star Energy Group Holdings Pte Ltd (STAR) berkomitmen untuk mengembangkan usaha yakni Proyek Salak Binary.
Mengutip keterbukaan informasi, dikutip Rabu (18/10/2023), Perseroan menargetkan commercial operation date pada akhir 2023.
Direktur dan Corporate Secretary Barito Renewables Energy Merly menuturkan, Proyek Salak Binary dengan penambahan kapasitas sebesar 15MW (gross) sudah mencapai milestone penting yaitu mechanical completion pada 3 Oktober 2023 dengan total kemajuan mencapai 95,26 persen.
"Tahap penyelesalan berikutnya untuk mencapai COD adalah koneksi ke jaringan dan Komisioning yang ditargetkan di sekitar akhir tahun 2023," kata dia dalam keterbukaan informasi.
Menurut ia, terdapat penambahan kapasitas atas unit pembangkit yang sudah beroperasi saat ini dengan melakukan proyek retrofit menggunakan teknologi mutakhir dan menambah kapasitas peralatan penunjang.
"Saat ini STAR telah memulai proyek retrofit di lapangan Salak yang akan menambah kapasitas sebesar 7,2MW dan direncanakan akan mulai beroperasi di akhir tahun 2025," imbuhnya.
Perseroan melalui STAR tetap berkomitmen untukmelakukan eksplorasi panas bumi di dua area di Indonesia yaitu, di Hamiding (Maluku Utara) dan Sekincau Selatan (Lampung). Saat ini, STAR sedang melakukan Penugasan Survei Pendahuluan dan Esplorasi Panas Bumi (PSPE) di dua area esplorasi tersebut.
Selain itu, Barito Renewables Energy melalui STAR juga tetap aktif mencari prospek pengembangan usaha melalui akuisisi atas perusahaan energi baru dan terbarukan baik di dalam negeri dan di luar negeri.
Advertisement
Harga Terus Meroket, Apakah Saham BREN Masih Layak Dibeli?
Sebelumnya diberitakan, saham emiten pendatang baru, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terus mengalami lonjakan harga hari demi hari semenjak resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Oktober 2023.
Pada penutupan perdagangan Selasa, 17 Oktober 2023, saham BREN berada di level Rp 3.430 per saham dan sudah memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp 458,89 triliun. Berkaca pada posisi harga terkini, bagaimana prospek saham BREN pada sisa tahun ini?
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM menuturkan, valuasi BREN saat ini sudah tergolong premium dibandingkan dengan emiten pengembang panas bumi lainnya yang juga baru menggelar public offering (IPO) yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
Meski begitu, secara umum BREN memiliki prospek bisnis yang menjanjikan mengingat kebutuhan pembangkit berbasis energi terbarukan bakal terus meningkat pada masa depan.
"Industri energi terbarukan punya prospek positif ke depannya seiring dengan pengurangan energi fosil dan emisi karbon," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (18/10/2023).
Lantaran BREN bergerak di bidang panas bumi, penjualan listrik dan uap panas bumi serta pendapatan sewa pembangkit akan menjadi andalan bagi emiten tersebut dalam menggenjot kinerja keuangannya.
Kendati demikian, para investor tetap harus hati-hati ketika hendak berinvestasi saham BREN di tengah tren lonjakan harga saham emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu tersebut.
"Mungkin strategi menunggu diskon atau koreksi bisa menjadi pilihan untuk investor," ujar dia.
Senada, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menilai, valuasi saham BREN kini sudah terlalu mahal. Alhasil, investor mesti mewaspadai potensi koreksi harga saham BREN yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
"Sebab, investor yang sudah punya saham BREN bisa saja melakukan profit taking," ujar dia.
Penutupan IHSG pada 10 November 2023
Sebelumnya diberitakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada perdagangan saham Jumat (10/11/2023). Investor asing kembali melakukan aksi jual saham mencapai Rp 705,32 miliar.
Dikutip dari data RTI, IHSG merosot 0,42 persen ke posisi 6.809,26. Indeks LQ45 turun 0,70 persen ke posisi 901,71. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan. Jelang akhir pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.843,95 dan terendah 6.801,91.
Sebanyak 333 saham melemah sehingga menekan IHSG. 184 saham menguat dan 227 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 993.991 kali dengan volume perdagangan saham 16,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,8 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.686.
Berdasarkan Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing jual saham Rp 705,32 miliar. Dengan demikian, sepanjang 2023, investor asing melepas saham Rp 16,19 triliun.
Mayoritas sektor saham (IDX-IC) tertekan. Sektor saham properti merosot 1,04 persen, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham siklikal susut 0,89 persen, sektor saham keuangan terpangkasd 0,88 persen, dan sektor saham infrastruktur merosot 0,56 persen.
Selain itu, sektor saham kesehatan terpangkas 0,66 persen, sektor saham nonsiklikal susut 0,04 persen dan sektor saham industri bergerak di zona merah.
Sementara itu, sektor saham energi naik 0,17 persen, sektor saham basic mendaki 0,28 persen, sektor saham teknologi melambung 0,25 persen, dan sektor saham transportasi meroket 0,43 persen.
"Pada hari ini koreksi IHSG masih sejalan dengan report teknikal kami pagi ini dan sejalan dengan pergerakan bursa global dan regional yang juga bergerak terkoreksi seiring dengan peningkatan yield US treasury bertenor 10 tahun,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement