Liputan6.com, Surabaya - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan, angka kemiskinan ekstrem di Jatim turun signifikan merujuk data statistik tiga tahun terakhir.
"Angka kemiskinan ekstrem di Jatim sekarang jauh lebih rendah dibanding angka nasional," ujarnya, Minggu (12/11/2023).
Advertisement
Angka kemiskinan ekstrem di Jatim pada 2020 sebesar 24,4 persen, kemudian pada 2021 mendekati angka nasional, dan terakhir berdasar data statistik pada Maret 2023 turun signifikan hingga menjadi 0,28 persen.
Menurutnya, rasio itu jauh lebih rendah dibanding angka kemiskinan ekstrem nasional yang berkisar 1,2 persen.
"Kami sudah di bawah rata-rata nasional untuk penurunan kemiskinan ekstrem,” kata Khofifah.
Pihaknya berharap angka kemiskinan ekstrem akan menjadi 0 persen pada akhir 2023.
"September ini, kalau dilakukan pendataan ulang harusnya sudah mendekati nol persen," katanya.
Pihaknya bakal terus melakukan intervensi untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem.
Menurut mantan Menteri Sosial ini, salah satu faktor yang memberi dampak positif dalam upaya penurunan angka kemiskinan ekstrem tersebut adalah dengan meningkatkan perekonomian di tingkat desa, melalui pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Pihaknya juga mendorong Desa Devisa, sehingga Desa Devisa di Jatim merupakan yang tertinggi di Indonesia. Desa Devisa dibiayai oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor-impor Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Pengembangan Potensi Desa
Untuk menjadi Desa Devisa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu desa mempunyai produk original, produk itu dibuat secara massal oleh masyarakat, dan ada lembaga seperti koperasi atau BUMDesa.
"Ini penguatannya seiring dengan BUMDes," kata Khofifah.
Pengembangan potensi desa, kata dia, berimbas pada penurunan angka kemiskinan, seiring hidupnya usaha di desa yang mendorong peningkatan ekonomi masyarakat.
"Alhamdulillah angka kemiskinan ekstrem Jawa Timur turun drastis," kata Khofifah.
Advertisement