Serangan Israel ke Gaza, 13 Orang Meninggal dan Poli Jantung di RS Al Shifa Hancur

Belasan orang kembali meninggal di Gaza dan Poli Jantung di RS Al-Shifa rusak akibat serangan Israel seperti dilaporkan pemerintah Gaza pada Minggu.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Nov 2023, 09:00 WIB
Ilustrasi Konflik Israel dan Palestina masih berlangsung. Israel kembali melakukan serangan yang berdampak pada RS Al-Shifa.

Liputan6.com, Jakarta Pasukan Israel kembali melakukan serangan udara ke Gaza, Palestina. Serangan ini mengakibatkan belasan orang meninggal dunia dan merusak poli jantung di Rumah Sakit Ali Shifa seperti disampaikan pemerintah Gaza.

Dari data yang ada, 13 orang meninggal dunia akibat serangan Israel seperti diungkap pihak Gaza pada Minggu, 12 November 2023.

Hari sebelumnya, Israel juga melakukan serangan ke Kompleks PBB, Gaza yang membuat 'beberapa orang' tewas dan banyak yang terluka.

“Tragedi kematian dan cedera yang terjadi pada warga sipil yang terperangkap dalam konflik ini tidak dapat diterima dan harus dihentikan,” kata United Nations Development Programme (UNDP) dalam sebuah pernyataan mengutip Aljazeera, Senin (13/11/2023).

Keterbatasan Listrik

Serangan yang Israel lakukan di dekat rumah sakit utama di Gaza, Al-Shifa, membuat ribuan para pasien, petugas medis, dan pengungsi terjebak di sana tanpa listrik dan persediaan lainnya.

Direktur RS Al-Shifa, Muhammad Abu Salmiya, mengatakan ketidaaan listrik membuat dua pasien di ICU meninggal dunia karena kekurangan listrik dan oksigen.Pasien lain berisiko besar meninggal jika kekurangan bahan bakar di rumah sakit terus berlanjut.

"Jika situasi bencana ini terus berlanjut, semua pasien di ICU akan meninggal," kata Abu Salmiya kepada sebuah saluran berita Arab.


Dua Bayi di NICU Meninggal

Petugas medis Palestina menggendong seorang anak yang terluka dalam serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza di Deir el-Balah, Minggu (22/10/2023). (AP Photo/Ali Mahmoud)

Ketiadaan listrik membuat inkubator NICU tak berfungsi. Hal itu berdampak pada 40 bayi yang tengah dirawat di RS Al-Shifa.

Doctors Without Berders, yakni Mohammed Obeid mengatakan lewat pesan audio bahwa ada dua bayi yang tengah dirawat di NICU meninggal dunia.

Pihak militer Israel mengatakan pada Sabtu kemarin berjanji bakal mengevakuasi bayi-bayi tersebut dari rumah sakit Al-Shifa.


WHO Sudah Bisa Kembali Terhubung dengan RS Al-Shifa

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (Dirjen WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pihaknya telah bisa kembali terkoneksi dengan Rumah Sakit Al-Shifa.

Tedros mengatakan, RS Al-Shifa di Jalur Gaza tidak dapat lagi beroperasi sebagai fasilitas medis karena meningkatnya fatalitas pasien.

 "Dengan sangat menyesal, rumah sakit tersebut tak bisa berfungsi lagi sebagai rumah sakit. Dunia tidak bisa hanya diam sementara rumah-rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat aman, berubah menjadi lokasi kematian, kehancuran dan kesedihan," tulis Tedros di media sosial X (dulu Twitter) pada Minggu, 12 November 2023.

Dirjen WHO itu lalu menekankan situasi "mengerikan dan berbahaya di rumah sakit tersebut. Dia menyoroti bahwa selama tiga hari terakhir, fasilitas kesehatan itu mengalami kekurangan listrik dan air serta sambungan internet yang buruk. Kondisi tersebut menghambat kemampuan rumah sakit memberi perawatan penting.


11 Ribu Warga Palestina Meninggal

Warga Palestina memeriksa kerusakan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia di pinggiran Kota Gaza, Selasa, 31 Oktober 2023 (AP Photo/Abdul Qader Sabbah)

Serangan baIik Israel atas serangan Hamas pada 7 Oktober terus terjadi hingga kini. Paling tidak 11 ribu orang Palestina meninggal lantaran serangan Israel baik lewat jalur udara dan darat ke Gaza. Dimana lebih dari sepertiga korban jiwa adalah anak-anak seperti disampaikan para pejabat Gaza.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) mengatakan setidaknya 100 karyawannya tewas dalam perang tersebut.

Serangan Israel juga telah membuat sekitar 1,6 juta warga Palestina mengungsi. Warga Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka kini hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, seringkali berlindung di kamp-kamp luar ruangan yang penuh sesak dan sangat membutuhkan makanan, air, dan obat-obatan.

Para pekerja kemanusiaan mengatakan bahwa sedikitnya bantuan yang diperbolehkan masuk ke wilayah tersebut adalah “setetes air” jika dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan.

Sementara itu, serangan dari Hamas membuat lebih dari 1.200 warga Israel dan menyandera sekitar 240 orang dalam serangan mendadak pada 7 Oktober, kata para pejabat Israel.​

 

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya