Liputan6.com, Jakarta - PT Maja Agung Latexindo Tbk, perusahaan yang bergerak dalam bidang produsen sarung tangan Latex bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Mengutip laman e-ipo, Senin (13/11/2023), Maja Agung Latexindo melepas sebanyak-banyaknya 1.266.875.000 saham biasa atas nama, atau sebesar 20,00 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah IPO dengan nilai nominal Rp20 setiap saham.
Advertisement
Saham baru tersebut ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran Rp 160 sampai dengan Rp 170 setiap saham. Dengan demikian, Perseroan bakal meraup dana segar sekitar Rp202,7 miliar hingga Rp215,36 miliar.
Dalam melancarkan aksinya, calon emiten dengan kode saham SURI telah menunjuk PT Shinhan Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Sementara itu, seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO saham ini, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi akan digunakan sekitar 49,45 persen akan digunakan sebagai belanja modal. Selain itu, sekitar 50,55 persen akan digunakan sebagai operational expenditure (opex).
Usai IPO, Maja Agung Latexindoberencana untuk membagikan dividen kas sebanyak-banyaknya sampai dengan 50 persen dari laba bersih tahun berjalan setelah menyisihkan untuk cadangan wajib mulai tahun buku 2023.
Indikasi Jadwal
- Masa Penawaran Awal : 13 November –15 November 2023
- Perkiraan Tanggal Efektif : 22 November 2023
- Perkiraan Masa Penawaran Umum : 23 – 27 November 2023
- Perkiraan Tanggal Penjatahan : 27 November 2023
- Perkiraan Tanggal Distribusi Secara Elektronik : 28 November 2023
- Perkiraan Tanggal Pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) : 29 November 2023
11 Perusahaan Aset Jumbo Antre IPO di BEI
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline penawaran umum umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 10 November 2023, terdapat 77 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 77 emiten itu mencapai Rp 53,84 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 28 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi.
"Hingga saat ini, terdapat 28 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (11/11/2023).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 11 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 16 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, dan satu perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Sementara, rincian sektor perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
- 3 Perusahaan dari sektor basic materials
- 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
- 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
- 2 Perusahaan dari sektor energy
- 0 Perusahaan dari sektor financials
- 1 Perusahaan dari sektor healthcare
- 4 Perusahaan dari sektor industrials
- 4 Perusahaan dari sektor infrastructures
- 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
- 3 Perusahaan dari sektor technology
- 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement
Penghimpunan Dana di Pasar Modal Sentuh Rp 204,14 Triliun, Lampaui Target 2023
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal menyentuh Rp 204,14 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 68 emiten hingga 27 Oktober 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi. Bahkan, penghimpunan dana per Oktober ini telah memenuhi capaian target pada 2023, yakni Rp 200 triliun.
"Sementara itu, pipeline penawaran umum masih terdapat 97 dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 54,48 triliun yang diantaranya merupakan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 65 perusahaan," kata Inarno dalam dalam konferensi pers RDK OJK, Senin (30/10/2023).
Terkait rinciannya, terdapat 65 perusahaan antre IPO di pasar modal dengan nilai sebesar Rp 11,34 triliun. Kemudian, PUT sebanyak 14 penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 23,93 triliun.
Adapun penerbitan EBUS sebanyak 12 dengan nilai sebesar Rp 16,01 triliun dan sisanya penerbitan PUB EBUS sebanyak 6 perusahaan dengan nilai sebesar Rp 3,20 triliun.
Sedangkan, untuk penghimpunan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 27 Oktober 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 467 Penerbit, 164.210 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp1,01 triliun.
Aliran Dana Investor Asing yang Keluar dari Pasar Modal
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan outflow atau modal investor asing yang keluar sebesar Rp 6,37 triliun hingga 27 Oktober 2023. Angka itu meningkat dari akhir September 2023 sebesar Rp 4,06 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, seiring pelemahan pasar saham global, pasar saham Indonesia sampai dengan 27 Oktober 2023 melemah sebesar 2,61 persen month to date (mtd) ke level 6.758,79 di mana September 2023 6.939,89.
"Non-residen mencatatkan outflow sebesar Rp 6,37 triliun month to date," kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK, Senin (30/10/2023).
Sejalan dengan aksi keluarnya dana asing, Indeks Harga Saham Gabungan pun tertekan. Secara year to date (ytd), IHSG melemah sebesar 1,34 persen dengan non-residen membukukan net sell sebesar Rp 11,61 triliun dibandingkan September 2023 net sell sebesar Rp 5,24 triliun ytd.
Di sisi likuiditas, rata-rata nilai transaksi pasar saham di Oktober 2023 turun menjadi Rp 10,32 triliun secara mtd dan secara ytd sebesar Rp 10,47 triliun dibandingkan September 2023 sebesar 2023 sebesar Rp 11,36 triliun dan juga Rp 11,49 triliun secara ytd.
Sejalan dengan pergerakan global, pasar SBN hingga akhir Oktober 2023 membukukan outflow investor asing sebesar Rp 13,63 triliun secara mtd dibandingkan dengan September 2023 outflow sebesar Rp 23,3 triliun. Adapun pasar obligasi melemah 1,38 persen secara mtd, namun secara ytd masih menguat 4,45 persen.
Advertisement