Liputan6.com, Jakarta - Produsen peralatan otomotif asal Tiongkok, Suzhou Harmontronics Automation Technology, akan membangun pabrik sepeda motor listrik di Koridor Ekonomi Timur (EEC) Thailand, mengincar pasar yang akan tumbuh berkat subsidi pemerintah.
Dilansir Nikkei Asia, perusahaan ini berencana untuk menginvestasikan 10 miliar baht untuk mengamankan kapasitas produksi tahunan sebesar 150.000 unit pada tahun 2028. Rencana tersebut diungkapkan oleh kantor MEE pada hari Selasa.
Advertisement
Suzhou Harmontronics akan membangun pabrik di kawasan industri di provinsi Chonburi, di dalam zona MEE, dan mulai merakit sepeda motor listrik serta membuat baterai yang dapat diganti dan peralatan pengisian daya. Tanggal dimulainya operasi tidak diungkapkan.
Suzhou Harmontronics, yang didirikan pada tahun 2007, menangani peralatan produksi untuk industri otomotif dan berbisnis dengan produsen mobil dan produsen suku cadang besar di Tiongkok.
Perusahaan ini terdaftar di Pasar STAR Bursa Efek Shanghai untuk perusahaan rintisan teknologi, dan penjualan untuk tahun 2022 naik 51% menjadi 1,14 miliar yuan dan laba bersih mencapai 73,51 juta yuan, naik 21%.
Sepeda motor listrik menyumbang sebagian kecil dari penjualan kendaraan baru di Thailand, tetapi pemerintah berusaha untuk memperluas pasar dengan menyediakan hingga 18.000 baht untuk pembelian mereka pada bulan November.
Pada bulan Agustus, perusahaan minyak milik negara PTT mengatakan bahwa mereka akan memproduksi sepeda motor listrik dengan produsen kendaraan roda dua Taiwan, Kymco.
Subsidi Konversi Motor Listrik Naik Jadi Rp 10 Juta, Kapan Berlaku?
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah telah menaikan insentif konversi motor listrik dari Rp 7 juta menjadi Rp 10 juta. Bahkan, ia mengklaim kebijakan tersebut sudah berlaku.
Arifin menekankan, pemberian insentif tersebut hanya berlaku bagi pengguna motor berbahan bakar bensin yang ingin mengubahnya jadi kendaraan listrik. Namun tidak berlaku untuk beli motor listrik baru.
"(Diskon Rp 7 juta) itu kan motor baru. Kalau sekarang kan motor baru dan motor bekas musti lain dong," tegas dia.
Pada kesempatan terpisah sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Rachmat Kaimuddin sempat mengatakan, pemerintah masih mengkaji untuk meluncurkan insentif tambahan untuk pembelian kendaraan listrik (EV), baik motor maupun mobil listrik.
Insentif Kendaraan Listrik Naik"Kita lagi evaluasi. Harapannya sih masih bisa (insentif kendaraan listrik naik), ibaratnya orang bisa datang dengan biaya minimum," ujar Rachmat di sela acara Dekarbonisasi Sektor Transportasi di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta.
Menurut dia, kebijakan itu coba diinisiasi agar pembelian motor listrik/mobil listrik baru, atau konversi dari kendaraan berbahan bakar bensin ke EV bisa didongkrak. Pasalnya, pemerintah sudah mendistribusikan insentif pada tahun ini, namun antusiasme masyarakat terhadap pemakaian kendaraan listrik belum tinggi.
"Kita usahakan (bisa naik), kita lagi ngitung. Jadi belum diputuskan, tapi itu jadi sesuatu yang lagi kita pertimbangkan supaya pick up (naik)," ungkap Rachmat.
Advertisement