Liputan6.com, Serang - Kabupaten Serang masih memiliki angka stunting tinggi, dengan prevelansinya sebesar 26,4 persen, tepat dibawah Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), angka tersebut jauh di atas prevalensi stunting nasional, yakni 21,6 persen, bahkan dibandingkan Provinsi Banten sebesar 20 persen.
Dokter di Kabupaten Serang juga terbatas, hanya ada 376 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah populasinya sekitar 1,62 juta orang, artinya, 1 dokter melayani lebih dari 4.000 penduduk. Jauh dari rasio ideal yang ditetapkan oleh WHO sebesar 1:1.000 penduduk.
Baca Juga
Advertisement
"Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan upaya percepatan penurunan stunting," ujar Hasto Wardoyo, Kepala BKKBN RI, melalui zoom, Senin, (13/11/2023).
Sementara, jumlah bidan di Kabupaten Serang yang mencapai 727 orang, hampir 2 kali jumlah dokter yang ada dan berpotensi untuk mendukung penurunan angka stunting.
Bidan sebagai salah satu garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat memiliki kompetensi dalam pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan ibu hamil, bayi, balita dan anak prasekolah, termasuk promosi dan konseling kesehatan secara umum.
Pelibatan bidan secara lebih aktif dalam mengedukasi perawatan kesehatan mandiri dan perencanaan keluarga, dapat memberikan pondasi bagi masyarakat pedesaan untuk lebih berdaya mengatasi stunting dan berbagai masalah kesehatan lainnya.
"Bayer Indonesia merupakan salah satu mitra strategis yang pada hari ini meluncurkan Program Bayer untuk Indonesia di Serang sebagai Kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi di Banten," terangnya.
Cara Turunkan Stunting
Program Bisa dari Bayer sudah berjalan sejak 2020 yang hadir di Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan NTT. Program itu bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian dan kualitas kesehatan petani lahan kecil beserta keluarganya di Indonesia.
Pada ranah pertanian, Bayer menghadirkan akses terhadap inovasi termutakhir, pengetahuan yang relevan, serta ekosistem kemitraan pendukung, guna meningkatkan pendapatan petani. Sementara, pada ranah kesehatan, Bayer memberikan pelatihan perawatan kesehatan mandiri, akses terhadap alat kontrasepsi, hingga edukasi penanggulangan stunting.
"Sejak 2020, selama menjalankan program Bisa, kami seringkali mendapati situasi petani yang kesulitan dalam mengakses fasilitas maupun layanan kesehatan karena keterbatasan jumlah fasilitas maupun kendala jarak. Pengalaman ini mendorong Bayer untuk terus mengembangkan program BISA agar semakin berdampak bagi petani di Indonesia," ujar Florian Zirnstein, Direktur Bayer Indonesia, dilokasi, Senin, (13/11/2023).
Selama 3 tahun penyelenggaraan, nisiatif tersebut telah menjangkau lebih dari 920 ribu petani kecil dan keluarganya yang tersebar di 15 provinsi, dari Aceh hingga Papua, serta memberikan sejumlah manfaat penting, antara lain memberdayakan 100 tenaga kesehatan profesional sebagai pelatih, mengedukasi 44 ribu perempuan tentang kesehatan perempuan, perawatan diri, dan pencegahan stunting. Kemudian meningkatkan pemahaman peserta mengenai perawatan diri hingga 99 persen di daerah miskin perkotaan Jakarta.
Selanjutnya meningkatkan produktivitas pertanian sebesar 20 persen, meningkatkan pendapatan petani sebesar 30 persen, menggiatkan lebih dari 600 pusat Better Life Farming atau pusat Smart Agri-kios, dimana 20 persennya dikelola perempuan, hingga melatih 132 perempuan petani menjadi pengusaha.
"Pemanfaatan teknologi digital oleh para bidan menjadi solusi untuk menghadirkan akses layanan kesehatan yang memudahkan, sekaligus tepat menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat pedesaan. Inisiatif ini menjadi wujud keseriusan kami dalam mendukung transformasi kesehatan yang diusung pemerintah,"jelasnya.
Advertisement