Wall Street Beragam Jelang Rilis Data Inflasi Amerika Serikat

Wall street bervariasi pada perdagangan saham Senin, 13 November 2023 waktu setempat. Indeks Dow Jones menguat sendirian jelang pengumuman rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Nov 2023, 06:55 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Senin, 13 November 2023. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Senin, 13 November 2023. Indeks S&P 500 ditutup di dekat zona mendatar seiring pelaku pasar bersiap untuk rilis data inflasi utama.

Dikutip dari CNBC, Selasa (14/11/2023),pada penutupan perdagangan wall street indeks S&P 500 melemah 0,08 persen ke posisi 4.411,55. Indeks Nasdaq susut 0,22 persen ke posisi 13.767,74. Indeks Dow Jones bertambah 0,16 persen atau 54,77 poin ke posiis 34.337,87.

Investor menantikan pembacaan indeks harga konsumen pada Oktober, yang akan dirilis Selasa, 14 November 2023. Inflasi menjadi katalis bagi pasar. Inflasi umum diperkirakan tumbuh 3,3 persen dari 12 bulan sebelumnya, menurut ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Metrik ini juga diperkirakan naik 0,1 persen dari bulan sebelumnya. Moody’s menekankan defisit fiskal Amerika Serikat (AS) yang sangat besar dan mandeknya partisan di Washington sebagai faktor yang berkontribusi terhadap penurunan tersebut. Lembaga pemeringkat itu menegaskan kembali peringkat kredit Amerika Serikat pada AAA, yang merupakan level tertinggi.

Hal ini terjadi tiga bulan setelah Fitch menurunkan peringkat default jangka panjang penerbit mata uang asing AS menjadi AA+ dari AAA, juga mengutip perkiraan memburuknya fiskal, meningkatnya beban utang dan kebuntuan politik mengenai masalah fiskal.

Imbal hasil obligasi AS mendatar pada Senin, 13 November 2023 meski prospeknya negatif. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik sekitar satu basis poin menjadi 4,638 persen.

"Kami melihat reaksi investor terhadap penurunan peringkat Moody’s, tetapi kami juga melihat kegelisahan terhadap beberapa perkembangan besar yang tertunda pekan ini. Kami pikir semua perhatian fokus pada data inflasi pekan ini dan hasil kebijakan the Fed,” ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk.

Oleh karena itu, Bassuk prediksi volatilitas pasar akan terus berlanjut hingga akhir tahun, terutama mengingat perang yang sedang berlangsung di luar negeri. “Hal ini dikombinasikan dengan data ekonomi yang beragam, telah akibatkan Grinch memicu reli Natal tahun ini,” ujar dia.

 


Hadapi Tingkat Risiko Geopolitik

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

CEO Baker Hughes, Lorenzo Simonelli menuturkan, dunia sedang hadapi tingkat risiko geopolitik tertinggi dalam lima dekade seiring dengan ancaman penyebaran perang Israel-Hamas dan perang di Ukraina yang terus berlanjut.

Ia menuturkan, orang-orang membandingkan situasi saat ini dengan embargo minyak 1973, tetapi tidak pernah menunjukkan tingkat risiko lebih tinggi. “Tetapi dalam masa jabatan saya, iklm geopolitik belum begitu rapuh. Ini dari sudut pandang politik sangat cair,” kata dia kepada Financial Times.

Pasar minyak sebagian besar mengabaikan risiko eskalasi perang Israel-Hamas yang dapat mengganggu produksi minyak dalam beberapa pekan terakhir. Simonelli mengatakan konflik tersebut tidak mengubah prospek pasokan dan permintaan sejauh ini, namun ia memperingatkan bahwa risiko eskalasi masih ada.

"Kasus dasarnya adalah bahwa hal ini mudah-mudahan dapat diatasi dengan situasi yang terjadi saat ini – meskipun menyedihkan – dan keadaan terus menjadi ketat,” kata Hughes.

"Tetapi yang jelas, jika situasi semakin memburuk dan memburuk, segalanya akan berubah,”


Penutupan Wall Street pada 10 November 2023

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melanjutkan kenaikan pada pekan lalu seiring reli wall street pada Jumat, 10 November 2023. Penguatan wall street tersebut membawa indeks acuan AS ke level tertinggi hampir dua bulan.

Dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (12/11/2023), pekan depan, investor akan hadapi sejumlah sentimen antara lain rilis kesehatan konsumen AS seiring dimulainya musim liburan.

Laporan indeks harga konsumen pada Oktober yang dirilis Selasa, 14 November 2023 akan memberikan gambaran investor gambaran inflasi. Hal ini mengingat sejumlah pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mencoba untuk tetap membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.

Ritel besar termasuk Home Depot (HD), Target dan Walmart akan menjadi sorotan seiring laporan kinerja yang fokus pada konsumen. Macy’s, TJX Companies dan BJ’s Wholesale juga akan merilis laporan keuangan. Rilis penjualan ritel Oktober pada Rabu juga akan memberikan gambaran penting mengenai kondisi konsumen.

Selain itu, kinerja keuangan Alibaba dan JD.com juga akan menjadi perhatian untuk mengetahui kesehatan ekonomi China.

Sebelumnya pada Jumat malam, Moody’s telah mengubah pandangannya terhadap utang pemerintah Amerika Serikat (AS) menjadi “negatif” dari “stabil” juga akan menarik perhatian investor. Hal ini karena kenaikan suku bunga meningkatkan biaya pembayaran utang pemerintah yang semakin bertambah.

Saham juga menguat pekan lalu, tetapi penurunan terjadi pada Kamis yang memecahkan kenaikan beruntun selama delapan hari untuk indeks S&P 500.

 


Prediksi Suku Bunga The Fed

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Secara year to date, tiga indeks acuan menguat. indeks Nasdaq menguat di atas 30 persen. Indeks S&P 500 melesat 15 persen. Indeks Dow Jones bertambah 3,4 persen.

Pekan lalu ketua the Fed Jerome Powell menuturkan, jika diperlukan pengetatan kebijakan lebih lanjut. “Kami tidak akan ragu untuk melakukannya,” ujar dia.

Taruhan pada jalur kenaikan suku bunga the Fed sedikit bergeser seiring komentar tersebut. Pada Jumat sore, pasar prediksi kemungkinan 22 persen kalau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Januari, meningkat dari pekan lalu sebesar 9 persen, menurut CME FedWatch Tool.

Namun, Powell menegaskan kembali The Fed akan “bergerak hati-hati” ada masa depan. “Dengan pendekatan ini “memungkinkan kita mengatasi risiko disesatkan oleh data beberapa bulan yang bagus, dan risiko pengetatan yang berlebihan,” tutur dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya