Bursa Saham Asia Menguat Jelang Pertemuan Presiden Joe Biden dan Xi Jinping

Berlawanan dengan wall street, bursa saham Asia Pasifik menguat di tengah investor menanti pertemuan Amerika Serikat dan China serta rilis inflasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Nov 2023, 08:45 WIB
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Selasa (14/11/2023). (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Selasa (14/11/2023). Hal ini seiring investor menanti pembicaraan antara Amerika Serikat dan China yang sangat dinantikan serta data ekonomi lainnya.

Dikutip dari CNBC, Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping akan berlangsung di San Francisco pada Selasa, 14 November 2023 untuk pertama kalinya dalam satu tahun. Indeks Nikkei 225 menguat 0,70 persen pada pembukaan perdagangan. Indeks Topix bertambah 0,67 persen.

Indeks Kospi Korea Selatan dibuka naik 1,21 persen, indeks Kosdaq bertambah 1,44 persen. Indeks saham acuan kembali bangkit setelah merosot selama lima sesi berturut-turut.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,83 persen dalam upaya untuk pulih dari penurunan dua sesi perdagangan terakhir. Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 17.659 yang menunjukkan pembukaan lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan terakhir 17.426,21.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Senin, 13 November 2023. Indeks S&P 500 mendekati garis mendatar seiring pelaku pasar bersiap untuk rilis data inflasi Amerika Serikat.

Indeks S&P 500 turun 0,08 persen. Indeks Nasdaq melemah 0,22 persen. Indeks Dow Jones naik 0,16 persen. Adapun Amerika Serikat akan rilis inflasi pada perdagangan Selasa pekan ini. Inflasi AS diprediksi tumbuh 3,3 persen dari 12 bulan sebelumnya, menurut ekonom yang disurvei Dow Jones.


Penutupan Bursa Saham Asia pada 13 November 2023

Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Senin, 13 November 2023 seiring investor mencermati data ekonomi jelang pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping.

Dikutip dari CNBC, lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investors Service memangkas prospek peringkat pemerintah Amerika Serikat menjadi negatif dari sebelumnya stabil.

Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,05 persen ke posisi 32.585,11. Indeks Topix mendatar di posisi 2.336,62. Indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,24 persen ke posisi 2.403,76. Indeks Kosdaq susut 1,89 persen ke posisi 774,42. Di indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,14 persen. Indeks CSI melemah 0,52 persen.

Wall street reli pada perdagangan Jumat pekan ini, memulihkan kekuatan pada sesi sebelumnya seiring imbal hasil obligasi stabil. Indeks Dow Jones menguat 1,15 persen, indeks Nasdaq melonjak 2,05 persen, dan mencatat kinerja terbaik sejak Mei 2023. Indeks S&P 500 menguat 1,56 persen.

 


Penutupan Wall Street pada 13 November 2023

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Senin, 13 November 2023. Indeks S&P 500 ditutup di dekat zona mendatar seiring pelaku pasar bersiap untuk rilis data inflasi utama.

Dikutip dari CNBC, Selasa (14/11/2023), indeks S&P 500 melemah 0,08 persen ke posisi 4.411,55. Indeks Nasdaq susut 0,22 persen ke posisi 13.767,74. Indeks Dow Jones bertambah 0,16 persen atau 54,77 poin ke posiis 34.337,87.

Investor menantikan pembacaan indeks harga konsumen pada Oktober, yang akan dirilis Selasa, 14 November 2023. Inflasi menjadi katalis bagi pasar. Inflasi umum diperkirakan tumbuh 3,3 persen dari 12 bulan sebelumnya, menurut ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Metrik ini juga diperkirakan naik 0,1 persen dari bulan sebelumnya. Moody’s menekankan defisit fiskal Amerika Serikat (AS) yang sangat besar dan mandeknya partisan di Washington sebagai faktor yang berkontribusi terhadap penurunan tersebut. Lembaga pemeringkat itu menegaskan kembali peringkat kredit AS pada AAA, yang merupakan level tertinggi.

Hal ini terjadi tiga bulan setelah Fitch menurunkan peringkat default jangka panjang penerbit mata uang asing AS menjadi AA+ dari AAA, juga mengutip perkiraan memburuknya fiskal, meningkatnya beban utang dan kebuntuan politik mengenai masalah fiskal.

 


Fokus Data Inflasi

Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Imbal hasil obligasi AS mendatar pada Senin, 13 November 2023 meski prospeknya negatif. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik sekitar satu basis poin menjadi 4,638 persen.

“Kami melihat reaksi investor terhadap penurunan peringkat Moody’s, tetapi kami juga melihat kegelisahan terhadap beberapa perkembangan besar yang tertunda pekan ini. Kami pikir semua perhatian fokus pada data inflasi pekan ini dan hasil kebijakan the Fed,” ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk.

Oleh karena itu, Bassuk prediksi volatilitas pasar akan terus berlanjut hingga akhir tahun, terutama mengingat perang yang sedang berlangsung di luar negeri. “Hal ini dikombinasikan dengan data ekonomi yang beragam, telah akibatkan Grinch memicu reli Natal tahun ini,” ujar dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya