Liputan6.com, Jakarta - Kopi menjadi minuman wajib bagi sebagian orang. Minuman pahit ini kerap dijadikan teman untuk bekerja lantaran diyakini bisa menambah semangat dan mencegah rasa kantuk.
Namun, apakah kopi bisa dikonsumsi oleh pengidap penyakit tertentu seperti diabetes?
Advertisement
Menurut dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrinologi metabolik dan diabetes dari RS Pondok Indah – Puri Indah, M. Ikhsan Mokoagow, kopi memang bersifat stimulan.
“Jika kita minum kopi maka akan terjadi stimulasi, orang ngantuk jadi bangun. Tapi bagi yang sangat sensitif, kopi itu bisa bikin berdebar-debar karena heart rate meningkat, ada juga yang tensinya meningkat dan lain sebagainya,” kata Ikhsan dalam Exclusive Media Interview menyambut Hari Diabetes Sedunia secara daring, Senin (13/11/2023).
“Sebagai stimulan tentunya tidak ada masalah, tapi pada orang yang diabetes, yang kita khawatirkan adalah kalau kita minum kopi kemudian menggunakan banyak gula,” tambahnya.
Dengan kata lain, hal yang perlu diperhatikan oleh pengidap diabetes saat minum kopi adalah kandungan gulanya, baik gula pasir, sirup, atau gula lainnya.
“Tapi kalau kita minumnya kopi hitam atau kopi yang tidak menggunakan gula atau bisa pakai gula pengganti yang kalorinya kecil atau nol, itu tidak apa-apa.”
Namun, lanjutnya, perlu dilihat pula apakah pengidap diabetes itu memiliki penyakit lain yang perlu menghindari kopi seperti gangguan irama jantung dan hipertensi tak terkendali.
Konsumsi Kopi Tak Meningkatkan Kadar Gula Darah
Ikhsan menyimpulkan, konsumsi kopi tanpa gula tidak serta merta dapat meningkatkan kadar gula darah.
“Kopinya sendiri terhadap diabetes sebenarnya tidak secara langsung meningkatkan kadar gula darah, kecuali mengonsumsi kopinya bersamaan dengan sesuatu yang manis.”
“Misalnya pakai gula, gula pasir, gula merah apapun itu yang kalorinya tinggi, itulah yang kemudian kita tidak inginkan. Jadi bukan kopinya, tapi kalori yang bersama kopi.”
Advertisement
Minum Kopi Bikin Susah Tidur, Ini Kaitannya dengan Diabetes
Seperti diketahui, minum kopi kerap membuat seseorang sulit tidur hingga timbul kebiasaan begadang.
Selain minum kopi di malam hari, tuntutan pekerjaan dan gaya hidup kurang teratur juga bisa membuat seseorang memiliki kebiasaan begadang. Kebiasaan tidur larut ini sering pula dikaitkan dengan diabetes.
Menurut Ikhsan, kebiasaan tidur larut berkaitan dengan perubahan zat melatonin atau pengatur tidur. Perubahan zat melatonin juga dikaitkan dengan pengaturan metabolisme tubuh.
“Tapi yang paling sederhana, orang yang sering begadang itu pola makannya menjadi tidak teratur. Perubahan pola hidup itu lah yang bisa membawa pada kondisi diabetes,” ujar Ikhsan.
Orang Begadang Cenderung Lebih Banyak Makan
Dia menambahkan, umumnya orang begadang menghabiskan waktu malamnya dengan duduk-duduk santai, bukan dengan olahraga malam.
“Saya membayangkan, rasanya jarang orang begadang karena lari malam atau maraton. Rata-rata orang begadang pasti dalam kondisi duduk-duduk aja, santai, atau kalau bekerja pun bukan bekerja yang menggunakan fisik.”
“Saya pikir, di luar dari teori-teori yang mengatakan bahwa perubahan pola tidur menyebabkan sangat rentan untuk terjadi diabetes, pola makan yang menjadi tidak teratur tuh jadi penting,” jelas Ikhsan.
Pasalnya, saat begadang, orang-orang cenderung akan makan lebih banyak, sebaliknya aktivitasnya jadi tidak banyak.
Dengan kata lain, perubahan pola tidur dan pola makan saat malam yang menjadi kebiasaan dan berlangsung lama memang dapat membuat orang lebih rentan terkena diabetes.
“Jadi dari perubahan-perubahan ini yang dalam jangka panjang tentunya bisa menyebabkan seseorang menjadi lebih mudah terkena diabetes. Apalagi dia sudah prediabetes, apalagi dia berisiko, apalagi kalau dia sudah dalam kondisi berat badan berlebih atau obesitas.”
“Jadi hal-hal seperti itu yang kemudian akan memicu atau lebih memudahkan terjadinya diabetes pada orang yang sering begadang,” pungkas Ikhsan.
Advertisement