Liputan6.com, Jakarta Serangan Israel yang bertubi-tubi ke sekitar fasilitas kesehatan di Gaza membuat dunia geram. Salah satu yang terdampak dari serangan brutal adalah rumah sakit Al-Shifa di Gaza.
Kompleks pengobatan terbesar dan rumah sakit pusat di Jalur Gaza itu mengalami kerusakan di beberapa titik usai pengeboman di sekitarnya.
Advertisement
Mengetahui hal tersebut, Presiden Amerika Serikat Joe Biden ikut angkat bicara. Dia mendesak Israel untuk melindungi fasilitas kesehatan yang ada di Gaza.
Pada Senin, 13 November 2023, ia mengatakan bahwa AS telah melakukan kontak dengan Israel dan menyampaikan bahwa rumah sakit perlu dilindungi.
“Rumah sakit harus dilindungi,” katanya kepada wartawan mengutip BBC, Selasa (14/11/2023).
Pernyataan ini menyusul serangan berkecamuk di dekat rumah sakit di Kota Gaza dalam beberapa hari terakhir, ketika Israel melanjutkan serangan daratnya terhadap Hamas.
Banyak negara menyerukan kepada Israel untuk melakukan gencatan senjata yang disebut pula sebagai “jeda kemanusiaan” agar akses bantuan dan pergerakan warga menjadi lebih memungkinkan. Sementara, negara lain menuntut gencatan senjata total dalam pertempuran.
Pekan lalu, AS mengatakan Israel akan memulai jeda militer selama empat jam setiap hari di bagian utara Gaza saat mereka melanjutkan serangannya. Dan pada Senin, militer Israel mengunggah peta yang menunjukkan lokasi delapan jeda lokal yang telah dilakukan sejak Rabu lalu.
Sebagian besar serangan terjadi di wilayah timur laut Kota Gaza, serangan pada Senin juga terjadi di kota selatan Rafah dan berlangsung selama empat jam.
Serangan ke Sekitar RS Sebabkan Banyak Kematian
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan perlunya tindakan internasional yang mendesak untuk mengakhiri serangan yang sedang berlangsung terhadap rumah sakit di Gaza.
WHO serta direktur regional UNFPA dan UNICEF miris dengan laporan terbaru mengenai serangan terhadap beberapa rumah sakit seperti Rumah Sakit Al-Shifa, Rumah Sakit Anak Al-Rantissi Naser, Rumah Sakit Al-Quds, dan rumah sakit lainnya di Gaza.
Berbagai serangan di sekitar rumah sakit menewaskan banyak orang, termasuk anak-anak. Serangan yang intens di sekitar beberapa rumah sakit di Gaza utara juga menghalangi akses bagi staf kesehatan untuk menolong korban luka dan pasien lainnya.
Advertisement
Kondisi RS di Gaza Semakin Memprihatinkan
Di sisi lain, bayi prematur dan bayi baru lahir yang menggunakan alat bantu seperti inkubator dilaporkan meninggal dunia. Penyebabnya tak lain karena pemadaman listrik, kurangnya oksigen, dan air di Rumah Sakit Al-Shifa. Sementara, bayi lainnya sedang berada dalam risiko kematian serupa.
Staf di sejumlah rumah sakit melaporkan kekurangan bahan bakar, air dan pasokan medis dasar, sehingga membahayakan nyawa semua pasien.
Selama 36 hari terakhir, WHO mencatat setidaknya ada 137 serangan terhadap layanan kesehatan di Gaza. Ini mengakibatkan 521 kematian dan 686 cedera, termasuk 16 kematian dan 38 cedera pada petugas kesehatan yang bertugas.
Serangan Terhadap RS Tak Dapat Dimaafkan
Serangan terhadap fasilitas medis dan warga sipil tidak dapat diterima. Ini merupakan pelanggaran terhadap Hukum serta Konvensi Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia Internasional.
“Hal tersebut tidak dapat dimaafkan. Hak untuk mencari bantuan medis, terutama pada saat krisis, tidak boleh diabaikan,” mengutip keterangan resmi WHO, Senin (13/11/2023).
Kini, lebih dari separuh rumah sakit di Jalur Gaza ditutup. Mereka yang masih berfungsi berada di bawah tekanan besar dan hanya dapat memberikan layanan darurat yang sangat terbatas. Yakni operasi penyelamatan nyawa dan layanan perawatan intensif.
Kekurangan air, makanan, dan bahan bakar juga mengancam kesejahteraan ribuan pengungsi, termasuk perempuan dan anak-anak yang berlindung di rumah sakit dan lingkungan sekitarnya.
Advertisement