Liputan6.com, Jakarta - KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah Presiden Republik Indonesia ke-4 setelah BJ Habibie. Ia menjabat sebagai kepala negara pada 20 Oktober 1999–23 Juli 2001.
Namun, Gus Dur bukan hanya negarawan. Ia adalah ulama kharismatik, tokoh Nahdlatul Ulama (NU), dan cucu dari Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. Pengikutnya meyakini bahwa Gus Dur memiliki banyak karomah semasa hidupnya.
Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang menjunjung tinggi toleransi dengan pandangan moderatnya dalam Islam. Tak hanya muslim, sosoknya juga dihormati oleh nonmuslim dari berbagai agama.
Baca Juga
Advertisement
Begitu dihormatinya seorang Gus Dur, sampai-sampai salah satu kepala suku besar Manokwari Selatan beserta pengikutnya mengurungkan niat untuk menghancurkan pesantren di Papua Barat setelah melihat foto Gus Dur.
Seperti apa kisah karomah foto Gus Dur di pedalaman Papua Barat tersebut? Simak kisahnya yang diceritakan H. Darto Syaifuddin, pendiri Pondok Pesantren Madrasatul Quran (PPMQ) al-Qolam di Manokwari Selatan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Menolak Pendirian Pesantren
H.Darto datang ke Manokwari Selatan pada akhir 2011 sebagai penjual ayam keliling. Pelanggannya dari masyarakat Papua cukup banyak, namun sayang dalam proses menyembelihnya belum sesuai syariat.
“Di sana itu, banyak sekali yang menyuruh saya menyembelih ayam secara syari’at. Karena disana banyak sekali yang belum memahami agama Islam sepenuhnya,” katanya dikutip dari Tebuireng Online., Rabu (15/11/2023).
Ia mengatakan, masyarakat Papua ada yang memeluk agama Islam, di antaranya merupakan warga Nahdliyin. Akan tetapi, di sana belum terbentuk wadah organisasi Nahdlatul Ulama secara struktural.
Sebenarnya, di sana cukup banyak kelompok Islam yang berhaluan keras. Hal itulah yang membuat masyarakat setempat merasa terusik.
“Makanya ketika awal pembangunan PPMQ, mereka mengira bahwa kami sama halnya dengan mereka. Alhamdulillah lama kelamaan mereka tahu dan bahkan mau belajar Al-Qur’an,” katanya dikutip dari Laduni.id.
Ia menuturkan, banyak pihak lintas gereja menolak keras berdirinya PPMQ al-Qolam. Dari Majelis Rakyat Papua juga menolak. Pesantren dikepung dengan berbagai macam senjata tajam seperti tombak, panah, parang, dan lainnya.
Advertisement
Ada Foto Gus Dur dan Tokoh NU
“Pada kondisi saat genting itu, saya hanya pasrah dan menerima apa yang terjadi pada pondok kami ini. Ketika mereka masuk ke ruang utama pondok, mereka melihat berbagai gambar ulama,” cerita dia.
Dari gambar-gambar tersebut mereka hanya hafal tiga saja, yakni foto Mbah Hasyim Asy’ari, Gus Dur, dan Nahdlatul Ulama. Mereka pun bertanya kepada H. Darto.
“Berhenti, kau punya pesantren ada hubungan apa dengan Tebuireng dan foto-foto ini?" tanya kepala suku.
“Saya adalah santrinya Mbah Hasyim,” jawabnya.
Ketika itu, mereka berbicara dengan bahasa mereka dan langsung menurunkan senjata dengan mengatakan, “Gus Dur itu bapak kami dan NU itu baik dengan kami”.
“Di saat itu pula, saya menyadari bahwa yang mengenalkan Papua pada seluruh warga Indonesia adalah Gus Dur. Dan akan dibuatkan semacam monumen Gus Dur yang tidak hanya untuk dikenang, tetapi juga ikut mendoakan,” ungkap H. Darto.
Baca Juga