Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo atau Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang digelar di Gedung Putih, Washington DC, AS, Senin (13/11/2023).
Dalam pertemuan itu, Jokowi menyambut baik kesepakatan meningkatkannya status kemitraan Indonesia-Amerika Serikat menjadi Comprehensive Strategic Partnership atau CSP.
Advertisement
“Saya senang, kita telah sepakat untuk tingkatkan status kemitraan menjadi Comprehensive Strategic Partnership dan penting untuk pastikan CSP Indonesia dan Amerika Serikat bermanfaat bagi rakyat dan berkontribusi bagi kawasan dan dunia,” ucap Jokowi kepada Presiden Biden seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (15/11/2023).
Jokowi kemudian memaparkan sejumlah CSP yang akan dilakukan antarkedua negara dalam sejumlah bidang, salah satunya adalah dalam kerja sama perdagangan. Dia menilai, kedua negara perlu menciptakan pembaharuan untuk meningkatkan perdagangan antarkedua negara, salah satunya melalui perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia.
“Ini penting bagi rantai pasok dan kurangi ketergantungan Amerika Serikat terhadap impor RRT, mohon dukungan Presiden Biden untuk terus dorong Kongres AS percepat pengesahan GSP,” ungkap Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga menekankan kembali mengenai pentingnya akses pasar yang lebih luas dan inklusif melalui Indo-Pacific Economic Framework (IPEF). Harapannya, IPEF dapat memfasilitasi kepentingan negara-negara berkembang seperti Indonesia.
“Saya harap IPEF dapat mengakomodir kepentingan negara berkembang termasuk pemanfaatan subsidi hijau dari inflation Reduction Act,” tutur Presiden Jokowi.
Jokowi Sambut Minat Investor AS di IKN
Selanjutnya, dalam hal kerja sama investasi dan pembangunan, Kepala Negara menyambut baik minat para investor dari Amerika Serikat dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Jokowi mendorong agar para investor juga dapat membantu mendorong realisasi sejumlah proyek strategis Indonesia lainnya.
“Saya sambut baik minat investor Amerika Serikat untuk kembangkan IKN Nusantara dan saya ingin dorong realisasi proyek strategis. Investasi kilang petrokimia di Jawa Barat, pengembangan carbon capture storage di Laut Jawa, pengolahan nikel baterai EV dan operasional smelter di Sulawesi Selatan dan Gresik, serta Pembangunan panel dan modul surya di Batang,” jelas dia.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi turut mengapresiasi pencabutan sanksi Amerika Serikat terhadap Venezuela. Presiden menilai hal tersebut mampu mengoperasikan kembali perusahaan afiliasi Pertamina di Venezuela.
“Memungkinkan Pertamina, melalui perusahaan afiliasinya di Venezuela Maurel et Prom, untuk kembali beroperasi,” kata Jokowi menandasi.
Advertisement
Jokowi Minta AS Hentikan Perang di Gaza
Presiden RI Joko Widodo telah bertemu Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih. Kedua pemimpin membahas isu kerja sama ekonomi hingga iklim.
Tak lupa, Presiden Jokowi membacakan pesan agar ada gencatan senjata di Jalur Gaza. Jokowi menyebut gencatan senjata (ceasefire) adalah hal yang harus dilakukan.
"Indonesia juga berharap kemitraan kita berkontribusi kepada perdamaian dan kesejahteraan regional dan global. Jadi, Indonesia memohon kepada AS untuk melakukan lebih banyak untuk menghentikan kekejian di Gaza. Gencatan senjata adalah hal yang harus demi kemanusiaan," ujar Presiden RI Joko Widodo dalam video yang ditayangkan kanal YouTube The White House, Selasa (14/11).
Setelah Jokowi mengatakan hal itu, Presiden AS Joe Biden tidak menanggapi dan langsung beralih membahas cuaca bahwa Jokowi kedinginan.
"Saat kita bertemu di luar, saat kamu keluar dari mobil, kita memiliki diskusi penting tentang iklim. Presiden bilang "saya dingin". Saya bilang ke dia bahwa saya bisa mengatasi itu secepatnya," ujar Biden seraya menunjuk ke arah perapian.
Jokowi lantas ikut tertawa dan bersalaman dengan Joe Biden.
AS Tolak Gencatan Senjata di Gaza
Namun pada pernyataan resmi pertemuan Jokowi-Biden yang dirilis Gedung Putih, tidak tertulis pula soal gencatan senjata.
Posisi Presiden AS Joe Biden sebenarnya telah jelas untuk menolak gencatan senjata antara Hamas vs Israel. Joe Biden lebih mendukung adanya jeda.
Sebelumnya, mantan Menlu AS Hillary Clinton, yang juga sekutu dekat Biden, berkata gencatan senjata hanya akan menguntungkan pihak Hamas saja, sebab mereka akan menggunakan waktu gencatan senjata untuk membangun persenjataan saja.
Advertisement