Siti Fadilah Sorot soal Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Dinilai Usik Kedaulatan RI

Menkes era 2004 - 2009 Siti Fadilah Supari mempertanyakan penyebaran jutaan nyamuk wolbachia untuk cegah DBD.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 15 Nov 2023, 12:06 WIB
Menkes periode 2004 - 2009 Siti Fadilah Supari mempertanyakan penyebaran jutaan nyamuk wolbachia untuk cegah DBD. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI periode 2004—2009, Siti Fadilah Supari, mempertanyakan penyebaran jutaan nyamuk wolbachia untuk mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD).

Menurut Siti, upaya itu dinilai mengusik kedaulatan bangsa Indonesia lantaran belum tahu bagaimana dampak penyebaran wolbachia ke depannya.

Sebagaimana informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, efektivitas wolbachia sendiri telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WWP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi Yayasan Tahija.

Penelitian dilakukan melalui fase persiapan dan pelepasan Aedes aegypti ber-wolbachia dalam skala terbatas pada rentang 2011-2015.

"Ini adalah program World Mosquito, bukan program kita tapi program filantropi. Nah, dari luar mereka peneliti, tapi yang diteliti adalah kita sendiri. Ini yang membuat ketidaknyamanan menurut saya sebagai bangsa yang berdaulat," kata Siti Fadilah saat jumpa pers di Jakarta pada Minggu, 12 November 2023.

"Dari segi kesehatan DBD, menurut saya telah terkendali. Kemenkes cukup berhasil dalam pengendalian DBD di Indonesia."

Gunakan Cara yang Lebih Transparan

Untuk penelitian penanganan DBD di Indonesia bagi Siti Fadilah tidak masalah dilakukan oleh siapa pun. Namun, ia menekankan, hal itu haruslah menggunakan cara yang lebih transparan.

"Kita tidak menentang penelitian (DBD) dilakukan di luar oleh siapa pun, baik World Mosquito Program (WWP). Tetapi kalau mereka menggunakan masyarakat kita, seharusnya mereka menggunakan cara yang lebih transparan," pungkasnya.


Klaim Menurunkan Mobilitas dan Mortalitas Demam Berdarah

Siti Fadilah Supari menerangkan, penyebaran nyamuk wolbachia diklaim membuat Aedes aegypti tidak berkembang biak lagi.

"Program pengendalian nyamuk kan selama ini sudah ada dan kita tidak bermasalah soal itu. Tapi tiba-tiba pemerintah melakukan penyebaran nyamuk yang mengandung wolbachia yang mereka klaim akan bisa memengaruhi, sehingga nyamuk Aedes aegypti itu tidak bisa berkembang biak lagi," terangnya.

Adapun penularan DBD, dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti, yang mana si nyamuk hinggap dari satu orang ke orang lain.

"Nyamuk ini penularannya dengan jalan dia mengambil darah dari orang, kemudian dia terbang lagi mengisap darah ke tubuh orang lain, sehingga orang akan tertular. Nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia tampaknya dia bisa menurunkan mobilitas maupun mortalitas penyakit demam berdarah," lanjut mantan Menkes Siti Fadilah.


Teknologi Wolbachia Dilakukan di 9 Negara Lain

Ilustrasi pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilaksanakan di sembilan negara lain dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan Dengue. Credit: pexels.com/pixabay

Kementerian Kesehatan RI menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi wolbachia juga telah dilaksanakan di sembilan negara lain dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan Dengue. Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

Teknologi wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional).

Sebagai pilot project di Indonesia, dilaksanakan di lima kota, yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

Lumpuhkan Virus Dengue

Dikutip dari rilis resmi Kemenkes pada Senin (13/11/2023), wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.

Jika Aedes aegypti jantan ber-wolbachia kawin dengan Aedes aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok. Selain itu, jika yang ber-wolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak ber-wolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.


Wolbachia untuk Tekan Kasus DBD

Terkait wolbachia menjadi salah satu upaya penanganan DBD mendapat sambutan positif dari Pemerintah Kota Bandung.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Anhar Hardian mengungkapkan kekhawatirannya terjadi peningkatan kasus DBD di Kota Bandung, Jawa Barat pada awal musim penghujan. 

"Program wolbachia ini diharapkan akan menjadi salah satu ikhtiar yang bisa menekan kasus DBD di Kota Bandung," katanya di Hotel Courtyard by Marriott Bandung, Selasa (7/11/2023).

Anhar mengajak warga Kota Bandung mendukung Program "ce Woli Jawara" Cegah DBD, Wolbachia Jagi Wargi Bandung Juara.

Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypti di Kecamatan Ujungberung.

Perwakilan World Mosquito Program (WMP) Warsito Tantowijoyo mengaku telah melakukan monitoring dan evaluasi di Kelurahan Pasanggrahan dengan persentase 60 persen berhasil.

"Selanjutnya baru kita akan lanjut ke 4 kelurahan lainnya," ucapnya dalam pernyataan resmi.

Warsito juga mengingatkan bahwa peran dari segala leading sector sangat berpengaruh pada keberhasilan program Cegah DBD, Wolbachia Jagi Wargi Bandung Juara (Ce Woli Jawara).

infografis Fakta Penetapan Hari Penegakan Kedaulatan Negara. (Liputan6.com/Abdillah).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya