Liputan6.com, Jakarta - Laporan terbaru dari Badan Perubahan Iklim PBB menunjukkan bahwa rencana tindakan iklim yang ada di berbagai negara belum mencukupi untuk membatasi kenaikan suhu global sesuai target 1,5 derajat Celcius dalam Perjanjian Paris.
Melansir dari Phys.org, Jumat (24/11/2023), meskipun beberapa negara telah meningkatkan upaya mereka, laporan tersebut menunjukkan bahwa diperlukan tindakan lebih lanjut untuk mengurangi emisi global dan mencegah dampak buruk yang lebih parah dari perubahan iklim.
Advertisement
"Laporan hari ini (per 14 November 2023) menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh para pemerintah tergolong minim dalam mencegah krisis iklim. Dan ini menunjukkan mengapa pemerintah harus mengambil langkah maju yang berani pada COP28 di Dubai, agar dapat mencapai jalan yang benar," ujar Simon Stiell, Sekretaris Eksekutif Badan Perubahan Iklim PBB.
"Ini berarti COP28 harus menjadi titik balik yang jelas. Pemerintah tidak hanya harus menyetujui tindakan-tindakan iklim yang lebih kuat yang akan diambil, tetapi juga mulai menunjukkan dengan tepat bagaimana cara mewujudkannya," tambah Simon Stiell.
Simon Stiell menekankan bahwa hasil dari survei global pertama di COP28 akan menjadi momen kunci bagi negara-negara untuk meningkatkan langkah-langkah mereka di semua area dan bergerak menuju arah yang benar untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
Inventarisasi tersebut diharapkan memberikan masukan penting bagi rencana aksi perubahan iklim berikutnya yang didasarkan pada Perjanjian Paris. Rencana itu, yang disebut kontribusi yang ditentukan secara nasional atau NDC, dijadwalkan untuk diserahkan pada tahun 2025, membuka kesempatan untuk meningkatkan kecepatan dalam mengambil tindakan yang lebih besar.
"Laporan Global Stocktate yang dirilis oleh Badan Perubahan Iklim PBB tahun ini dengan jelas menunjukkan kemajuan yang berjalan terlalu lambat. Namun laporan ini juga memaparkan beragam alat dan solusi yang diajukan oleh negara-negara. Miliaran orang berharap pemerintah mereka dapat mengambil tindakan ini dan menerapkannya," ujar Simon Stiell.
Peringatan IPCC untuk Menghindari Krisis Iklim dan Menjaga Kenaikan Suhu Global
Informasi terkini dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB menyatakan bahwa pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 43 persen pada tahun 2030, dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 2019, sangat diperlukan.
Langkah tersebut menjadi kunci dalam memastikan kenaikan suhu dunia tidak melebihi 1,5 derajat Celcius pada akhir abad ini dan untuk menghindari dampak buruk perubahan iklim, seperti kekeringan yang lebih sering dan parah, gelombang panas, serta pola curah hujan yang berubah.
"Setiap derajat penting, namun kita sudah keluar jalur. COP28 adalah waktu kita untuk mengubahnya," ujar Simon Stiell.
"Sekarang saatnya untuk menunjukkan manfaat besar dari tindakan iklim yang lebih berani, lebih banyak lapangan kerja, upah lebih tinggi, pertumbuhan ekonomi, peluang dan stabilitas, lebih sedikit polusi, dan kesehatan yang lebih baik," lanjut Simon Stiell.
Badan Perubahan Iklim PBB telah mengevaluasi kontribusi NDC dari 195 pihak yang terlibat dalam Perjanjian Paris, mencakup 20 NDC baru atau yang diperbarui yang telah diserahkan hingga 25 September 2023.
NDC atau Nationally Determined Contribution adalah dokumen yang memuat komitmen dan aksi iklim sebuah negara yang dikomunikasikan kepada dunia melalui United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
Sejalan dengan temuan analisis tahun lalu, laporan terkini menunjukkan bahwa meskipun emisi tidak akan terus meningkat setelah tahun 2030 jika dibandingkan dengan tingkat pada tahun 2019, namun angka-angka tersebut belum menunjukkan penurunan yang cukup cepat sesuai dengan ilmu pengetahuan dalam dekade ini.
Jika NDC terbaru yang tersedia diimplementasikan, komitmen yang ada saat ini diperkirakan akan mengakibatkan peningkatan emisi sekitar 8,8 persen dari tingkat emisi pada tahun 2010. Angka tersebut menunjukkan peningkatan yang lebih kecil daripada penilaian tahun lalu, di mana negara-negara berada pada jalur kenaikan emisi sekitar 10,6 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun 2010.
Diperkirakan bahwa pada tahun 2030, emisi akan turun sekitar 2 persen dari tingkat emisi pada tahun 2019. Hal tersebut menunjukkan bahwa puncak emisi global akan terjadi dalam dekade ini.
Advertisement
Mendorong Komitmen Global untuk Aksi Iklim dan Keadilan
Untuk mencapai puncak emisi sebelum tahun 2030, laporan tersebut menyarankan penerapan bagian penting dari NDC yang bergantung pada sumber daya keuangan yang lebih besar, transfer teknologi, kerjasama teknis, serta bantuan dalam pengembangan kapasitas, dan juga ketersediaan mekanisme pasar.
"Dengan memanfaatkan Global Stocktake untuk membuat rencana ke depan, kita dapat menjadikan COP28 sebagai sebuah terobosan. Dan menjadi batu loncatan bagi gelombang aksi iklim selama dua tahun," tutur Simon Stiell.
Simon Stiell menambahkan, "Kita perlu membangun kembali kepercayaan terhadap proses Paris. Artinya, kita harus memenuhi seluruh komitmen, terutama di bidang keuangan, yang merupakan faktor yang sangat berperan dalam aksi iklim. Dan memastikan bahwa kita meningkatkan ketahanan terhadap dampak iklim di mana pun."
"Laporan sintesis rencana iklim nasional hari ini menggarisbawahi perlunya kita bertindak dengan ambisi dan urgensi yang lebih besar untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris, tidak ada waktu tersisa untuk penundaan," ujar Dr. Sultan Al Jaber, President-Designate COP28.
"COP28 harus menjadi titik balik bersejarah dalam dekade kritis ini bagi para pihak untuk memanfaatkan momen Global Stocktate agar berkomitmen meningkatkan ambisi mereka dan bersatu, bertindak dan memberikan hasil yang menjaga suhu 1,5 derajat Celcius tetap dalam jangkauan, tanpa meninggalkan siapa pun," tambah Dr, Sultan Al Jaber.
"NDC tetap menjadi landasan visi bersama kami untuk mencapai target Paris, termasuk menjaga target di bawah 2 derajat dan berupaya membatasi kenaikan hingga di bawah 1,5 derajat," tutur Presiden COP27 dan Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry.
Sameh Shoukry menambahkan, "Di Sharm El-Sheikh, para pemimpin membahas beberapa inisiatif untuk membantu kita mencapai tujuan tersebut, serta membantu negara-negara Selatan dalam menyesuaikan perekonomian mereka. Kita perlu menjaga momentum ini karena tidak ada waktu yang terbuang atau kehilangan fokus pada target."
"Hal ini penting ketika kita terus berupaya untuk terus mengupayakan keadilan iklim dan membantu negara-negara Selatan, yang menyumbang emisi paling sedikit namun juga menanggung dampak paling kejam dari perubahan iklim, untuk tidak hanya bertahan hidup namun juga bertransisi menuju perekonomian yang lebih berkelanjutan melalui jalur transisi yang adil," tambah Sameh Shoukry.
Perjalanan Menuju Emisi Net-Zero
Laporan kedua dari Badan Perubahan Iklim PBB, yang dirilis pada 14 November, juga membahas rencana panjang para negara untuk beralih ke pola emisi net-zero sekitar pertengahan abad.
Analisis tersebut menunjukkan bahwa jika semua strategi jangka panjang diterapkan dengan tepat pada waktunya, emisi gas rumah kaca di negara-negara tersebut bisa turun sekitar 63 persen pada tahun 2050 dibandingkan dengan tahun 2019.
Strategi jangka panjang ini, yang diadopsi oleh 75 pihak yang tergabung dalam Perjanjian Paris, mewakili sekitar 87 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) global, 68 persen populasi dunia pada tahun 2019, dan sekitar 77 persen dari total emisi gas rumah kaca pada tahun tersebut. Hal ini menandakan adanya tekad kuat global menuju emisi net-zero.
Namun, laporan juga mencatat bahwa banyak target net-zero masih belum pasti dan menunda tindakan yang sangat diperlukan saat ini untuk masa depan yang lebih baik.
Advertisement