Liputan6.com, Jakarta - Orang-orang yang merasa mudah mempersiapkan diri secara finansial untuk masa pensiun. Namun, hanya 10% pekerja yang memiliki karakteristik “optimal” dalam mempersiapkan dana pensiun.
Hal ini berdasarkan temuan survei Goldman Sachs Asset Management yang bekerja sama dengan Syntoniq, sebuah organisasi penelitian perilaku di sektor keuangan.
Advertisement
Menurut survei yang dilakukan pada Juli lalu kepada 5.261 pekerja dan pensiunan, banyak orang merasa sulit menabung untuk masa pensiun karena keadaan keuangan mereka saat ini.
Inflasi yang tinggi dan tabungan yang rendah telah menyebabkan kepercayaan diri mereka untuk bisa hidup nyaman di masa pensiun anjlok. Pernyataan tersebut merupakan temuan penelitian dari Employee Benefit Research Institute dan Greenwald Research awal tahun ini.
“Kami tahu bahwa orang-orang kesulitan dalam menabung, kami tahu bahwa orang-orang memiliki masalah keuangan sehari-hari,” kata Ahli Strategi Pensiun Senior di Goldman Sachs Asset Management, Chris Ceder melalui CNBC Make It, Minggu (19/11/2023)
“Kami masih ingin tahu lebih banyak tentang alasannya,” katanya.
Penelitian ini mengarah pada penemuan empat sifat, yang “pada dasarnya bukanlah hal yang kamu pikirkan untuk masa pensiun,” kata Ceder.
Optimisme yang Berlebihan
“Terkait perencanaan pensiun, para pekerja mungkin ingin mengambil contoh dari Warren Buffett, yang selalu memiliki pandangan positif terhadap negara dan hasil di masa depan,” kata Ceder.
Penelitian ini menemukan bahwa kecenderungan umum untuk melebih-lebihkan kemungkinan terjadi secara positif, ditambah juga dengan rasa percaya diri yang berlebihan, atau memiliki persepsi yang lebih baik dari kenyataan, dapat membantu meningkatkan kesiapan pensiun.
“Ketika kamu memiliki tingkat optimisme seperti itu, kamu merasa nyaman untuk mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang kamu punya di masa depan,” kata Ceder.
Menurut penelitian tersebut, orang-orang yang menunjukkan sifat ini memiliki tingkat keterlibatan keuangan yang lebih tinggi, kemauan untuk mengambil risiko, dan membuat rencana untuk keadaan darurat.
Orientasi Masa Depan
Seberapa baik seseorang terhubung dengan dirinya di masa depan juga berdampak pada kesiapan pensiun.
Temuan penelitian tersebut mengatakan, mereka yang memiliki sifat ini cenderung memiliki keterampilan belanja, tabungan, dan pengelolaan uang yang cerdas.
“Untuk menabung sesuatu, kamu harus memahami kemana kamu akan pergi,” kata Ceder.
Literasi Keuangan
Memiliki pengetahuan keuangan, seperti cara kerja bunga majemuk dan diversifikasi dapat membantu pekerja mencapai tujuan pensiun mereka dengan lebih baik.
Kabar baiknya adalah orang bisa memperoleh pengetahuan ini.
“Melek finansial adalah sesuatu yang tumbuh seiring berjalannya waktu,” kata Ceder.
Namun, kata Ceder, semakin dini kamu memiliki pengetahuan ini, semakin baik keputusan keuangan yang akan kamu ambil, yang akan membantu maju dalam persiapan pensiun.
Risiko vs Reward
Menabung dana pensiun mungkin terbagi dalam dua hal, mereka yang mengejar tujuan dengan fokus pada pencapaian, atau mereka yang fokus pada keamanan dan perlindungan.
Mereka yang fokus pada pencapaian cenderung mengambil langkah proaktif dalam persiapan keuangan, termasuk memiliki rencana keuangan yang dipersonalisasi dan meninjau tabungan pensiun.
“Mereka juga lebih bersedia mengambil risiko. Memiliki mentalitas penghindaran risiko yang berlawanan hampir tidak efektif untuk mencapai tujuan pensiun tersebut,” kata Ceder.
Advertisement
Apa yang Bisa Dilakukan
Ketika para calon pensiunan harus mengatur prioritas hidup mereka, hal yang diperlukan untuk menjadi sukses adalah menyeimbangkan gaya hidup saat ini dengan tujuan masa depan mereka.
“Orang-orang yang disiplin dengan uangnya, disiplin dengan hidupnya, akan melangkah lebih jauh,” kata Presiden dan Pendiri Tanglewood Total Wealth Management, John Merrill, di Houston baru-baru ini melalui CNBC.
Penelitian menemukan bahwa kesehatan mental juga mempengaruhi kemampuan pekerja untuk merencanakan masa pensiunnya secara memadai.
“Untuk mempersiapkan masa pensiun dengan lebih baik, para pekerja harus mengingatkan diri sendiri bahwa masa depan mungkin sama menarik dan cerahnya, seperti sekarang,” kata Ceder.
“Meskipun mengembangkan keempat sifat yang diidentifikasi dalam penelitian ini penting, dua sifat optimisme dan orientasi masa depan harus jadi prioritas,” lanjut Ceder.
Hasilnya menunjukkan bahwa 5% pekerja memiliki keempat sifat suboptimal yang diidentifikasi oleh penelitian, yaitu optimisme rendah, orientasi masa depan rendah, literasi keuangan rendah, dan memikirkan risiko.
Sebagian besar pekerja, sebanyak 85% memiliki perpaduan antara sifat-sifat ini dan keberhasilan tabungan pensiun yang beragam.