Ditarget Beres Bulan Depan, Apa Kabar Merger Citilink-Pelita Air?

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkap kabar terbaru mengenai rencana penggabungan Citilink dengan Pelita Air. Dia menargetkan proses tersebut selesai pada Desember 2023, bulan depan.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Nov 2023, 19:45 WIB
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkap kabar terbaru mengenai rencana penggabungan Citilink dengan Pelita Air. Dia menargetkan proses tersebut selesai pada Desember 2023, bulan depan. (Dok Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkap kabar terbaru mengenai rencana penggabungan Citilink dengan Pelita Air. Dia menargetkan proses tersebut selesai pada Desember 2023, bulan depan.

Irfan mengatakan, belum ada perkembangan signifikan hingga saat ini. Pihaknya masih akan membahas lagi kelanjutan merger anak usaha Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.

"Belum ada perkembangan. Opsinya tetap masih tiga ya, mestinya nanti pak Menteri dan Pak Wamen kembali (dari Amerika Serikat) itu kita ada diskusi lanjutan," ungkapnya saat ditemui di Komplek DPR RI, Jakarta, Rabu (15/11/2023).

Diketahui, ada beberapa opsi soal integrasi maskapai pelat merah itu. Diantaranya, mengalihkan lisensi penerbangan reguler ke Citilink, memisahkan penerbangan reguler dan charter Pelita Air, atau mengalihkan Citilink dan Pelita Air di bawah Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata.

Sejauh ini, Irfan menegaskan terus menjalin komunikasi dengan PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha Pelita Air. Ini akan menjadi bahasan nantinya bersama Kementerian BUMN.

"Tim kami dan tim Pertamina terus menggodok data-datanya dan nanti tinggal kita sampaikan ke bapak-bapak di Kementerian untuk dipilih opsi yang terbaik buat negara buat pemerintah," paparnya.

Dia berharap, prosesnya sendiri bisa selesai pada Desember 2023, bulan depan. Menurutnya, ada kemudahan proses ini karena sesama perusahaan negara.

"Bagaimana penggabungannya nanti kita lihat. Kita berharap Desember selesai. Kan mustinya cepat begitu-begituan, kan sesama BUMN bisa cepat kan," pungkasnya.

 


Tunggu Garuda Indonesia Sehat

Pesawat Garuda terparkir di landasan pacu Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu (17/11/2021). Maskapai Garuda Indonesia akan menutup 97 rute penerbangannya secara bertahap hingga 2022 mendatang bersamaan dengan proses restrukturisasi yang tengah dilakukan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkap rencana terbaru penggabungan maskapai pelat merah, Pelita Air dan Citilink. Namun, proses integrasi ini masih menunggu Garuda Indonesia lebih sehat secara kinerja keuangan.

Diketahui, rencana awal, lisensi dan pesawat Pelita Air akan dialihkan ke Citilink. Kemudian, ada opsi lainnya untuk Pelita Air dan Citilink berada di bawah Holding BUMN Pariwisata, InJourney.

Namun pria yang karib disapa Tiko ini mengatakan seluruh opsinya masih dalam proses diskusi dan terus berkembang.

Utamanya, ada pertimbangan kondisi maskapai pelat merah lainnya, Garuda Indonesia yang kondisi keuangannya masih perlu perhatian serius.

"Jadi ada dua opsi kan, opsinya Pelita masuk secara license ke Citilink atau Pelita ke InJourney, itu masih dikaji. Jadi belum ada decision dari saya mau ke InJourney atau ke Citilink, tapi tergantung dari kemampuan Garuda untuk restrukturisasi, kita akan review sampai akhir tahun apakah Garuda sudah sehat akhir tahun ini," ungkapnya di Ritz-Carlton, Jakarta, dikutip Selasa (7/11/2023).

 


Syarat Mutlak

Pesawat maskapai Garuda Indonesia terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dia mengatakan, sarat mutlak untuk adanya integrasi itu adalah kesehatan dari kinerja Garuda Indonesia. Dia mengatakan, jika dilihat dari rute pelayanan, Garuda Indonesia sudah mencatatkan kinerja positif.

Kendati begitu, masih ada posisi ekuitas yang negatif. Aspek ini juga yang dinilai perlu menjadi perhatian serius di sektor aviasi BUMN.

"Harus sehat, harus sehat. Sekarang ini baru saya review. Garuda-nya secara result daripada rutenya sudah positif, Rp 100 juta-an. Artinya mereka sebenarnya mulai cashflow positif. Tapi kan negative equity, nah negative equity-nya itu sedang kita bereskan," kata dia.

"Karena kalau negative equity kan sulit untuk dapat leasing ke depan. Jadi ini kita rapikan dulu, seberapa cepat kita bisa lakukan untuk negative equity-nya berkurang," imbuh Tiko.

 


Kejar Perbaikan Ekuitas

Perdana, Bioavtur Pertamina Ramah Lingkungan Mengangkasa Bersama Garuda Indonesia/Istimewa.

Lebih lanjut, Tiko menerangkan fokus Kementerian BUMN saat ini adalah menggenjot rasio ekuitas tadi pada batas minimum yang dipandang sehat. Penanganannya akan dikejar pada akhir 2023 ini, atau paling lambat di awal tahun 2024.

Tiko memaparkan, secara kinerja operasional anak perusahaan, sudah memasuki tren yang positif.

"Kita lagi review Garuda-nya dulu, sampai kapan dia benar-benar bisa minimum negative equity. Tapi kalau operasi, baik Garuda, Citilink, GMF bahkan Aero Wisata sudah positif. Tinggal negative equity-nya lagi kita tangani. kalau pun gak tahun ini, kuartal I (2024) mungkin kita kerjakan," pungkasnya.

Perlu dicatat, Garuda Indonesia Group sendiri sudah dalam bagian rencana untuk bergabung ke Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, InJourney. Syarat mutlaknya adalah kondisi maskapai pelat merah kelas premium itu sehat dari kondisi dan keuanganya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya