Wall Street Melesat Setelah Data Inflasi AS Merosot

Wall street menguat pada perdagangan Rabu, 15 November 2023 waktu setempat. Indeks Dow Jones catat penguatan terbesar di tengah imbal hasil obligasi yang menguat dan data inflasi melandai.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Nov 2023, 06:36 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 15 November 2023.(Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 15 November 2023. Wall street melanjutkan reli yang kuat dari sesi perdagangan sebelumnya didukung data inflasi yang lebih menggembirakan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (16/11/2023), pada penutupan perdagangan wall street indeks S&P 500 naik 0,16 persen ke posisi 4.502,88. Indeks Nasdaq naik tipis 0,07 persen ke posisi 14.103,84. Indeks Dow Jones bertambah 163,61 poin atau 0,47 persen ke posisi 34.991,21.

Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun naik 9 basis poin ke posisi 4,537 persen. Kenaikan ini suku bunga turun di bawah ambang batas 4,5 persen.

Indeks harga produsen atau inflasi harga produsen pada Oktober yang mengukur harga grosir turun 0,5 persen dan menandai penurunan bulanan terbesar sejak April 2020. Namun, tidak semua data ekonomi positif karena penjualan ritel juga menurun.

“Jelas, suku bunga adalah pendorong utama pasar saham ini. Saat ini, suku bunga sedikit lebih tinggi bukan karena Producer Price Index (PPI) tetapi karena penjualan ritel sedikit lebih tinggi dibandingkan ekspektasi,” ujar CEO Infrastructure Capital Advisors, Jay Hatfield.

Wall street memulai sesi perdagangan yang kuat. Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat kinerja terbaik sejak April. Keuntungan pasar tersebut terjadi setelah indeks harga konsumen tetap mendatar pada Oktober, sedangkan indeks Dow Jones sedikit meningkat.

Di sisi lain, harga saham Target melonjak hampir 18 persen karena hasil kinerja lebih baik dari perkiraan pada kuartal III. Saham perusahaan pakaian V.F Corp naik 14 persen setelah JPMorgan meningkatkan rekomendasi saham menjadi netral dari underweight.


Parlemen Hindari Penutupan Pemerintahan

Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)      

Wall street juga mencermati Washington. Hal ini seiring anggota parlemen berusaha menghindari penutupan pemerintah. Pada Selasa malam, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan undang-undang yang memerlukan resolusi berkelanjutan yang “berjenjang”.

Keputusan tersebut akan diajukan ke Senat untuk dilakukan pemungutan suara. Jika disahkan oleh anggota parlemen, undang-undang itu akan diserahkan kepada Presiden AS Joe Biden. Tanpa rancangan undang-undang pendanaan, pemerintah federal dijadwalkan akan ditutup pada akhir pekan ini.

Pendiri dan CEO Infrastructure Capital Advisors, Jay Hatfield menuturkan, ada peluang besar ekonomi AS akan terhindari dari dampak buruk pada 2024.

“Semua orang suka terobsesi dengan pembayaran pinjaman mahasiswa yang berdampak negatif bagi konsumen, tapi kamit idak berpikir kita akan alami resesi tahun depan,” ujar dia kepada CNBC.

Sebagai katalis, Hatfield menyebutkan kuatnya pasar perumahan dan turunnya harga bensin yang sangat berdampak positif bagi konsumen.

“Dan ini jauh lebih penting daripada pembayaran pinjaman mahasiswa. Konsumen yang membayar pinjaman mahasiswa tidak banyak, tapi semua orang memakai energi dan bensin baik secara langsung maupun tidak langsung,” kata dia.


Penutupan Wall Street pada 14 November 2023

Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham atau wallstreet menguat melanjutkan kenaikan di November, dipicu rilis data inflasi AS yang baru meningkatkan harapan Federal Reserve tak lagi melanjutkan kenaikan suku bunganya.

Melansir laman CNBC, indeks rata-rata Industri Dow Jones melonjak 489,83 poin, atau 1.43%, berakhir ke posisi 34.827,70.

Sedangkan indeks S&P 500 menguat 1,91%, diperdagangkan sebentar di atas level penting 4,500, dan menetap di 4.495,70. Itu adalah hari terbaik sejak bulan April untuk indeks pasar luas. Komposit Nasdaq melonjak 2,37% menjadi ditutup pada 14.094,38.

Kenaikan hari Selasa menambah kinerja saham yang sudah luar biasa bulan ini. S&P 500 dan Dow masing-masing naik 7,2% dan 5,4% di bulan November. Nasdaq naik 9,7%, menuju kenaikan bulanan terbesar sejak Januari.

CPI tercatat mendatar pada bulan lalu, sementara ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan kenaikan 0,1% bulan ke bulan.

CPI inti, yang tidak mencakup harga pangan dan energi, juga lebih rendah dari perkiraan dan naik pada tingkat paling lambat dalam dua tahun.

Hal ini menanamkan optimisme ke dalam pasar bahwa Federal Reserve pada akhirnya akan mengakhiri kenaikan suku bunga untuk selamanya.

“Ada optimisme bahwa inflasi akan mereda ke tingkat di mana Federal Reserve dapat mengambil tindakan sendiri,” kata Keith Buchanan, Manajer Portofolio di Globalt Investments.

 


Imbal Hasil Obligasi

Ilustrasi Bursa Efek New York di New York, Amerika Serikat (AS). (Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Menyusul laporan tersebut, data penetapan harga dana berjangka The Fed menunjukkan bahwa suku bunga kemungkinan akan tetap stabil pada pertemuan kebijakan Fed berikutnya, menurut CME FedWatch Tool.

Imbal hasil Treasury 10-tahun mengejutkan investor dengan melonjak lebih dari 5% pada bulan Oktober. Namun kemudian turun kembali di bawah 4,5% menyusul laporan inflasi yang lemah.

 Saham Home Depot, yang naik 5% karena pendapatan kuartal ketiga yang lebih baik dari perkiraan, memimpin kenaikan Dow.

Enfase Energi, Properti Boston dan Teknologi SolarEdge — masing-masing naik lebih dari 10% — memimpin S&P lebih tinggi.​

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya