Liputan6.com, Jakarta Seks bebas dengan banyak orang dapat berkaitan dengan timbulnya disabilitas pada anak. Kasus ini rentan dialami orang dengan gangguan hiperseksual seperti nimfomania dan satyriasis.
Hal ini bisa terjadi akibat aktivitas seksual yang berulang menimbulkan infeksi kelamin. Seperti disampaikan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Boyke Dian Nugraha.
Advertisement
“Kalau dia (pelaku seks bebas) kena penyakit kelamin, berarti anaknya juga akan terpengaruh dong, disabilitas dan sebagainya,” ujar pria yang karib disapa dokter Boyke kepada Disabilitas Liputan6.com melalui sambungan telepon, Kamis, 9 November 2023.
“Iya bisa menimbulkan disabilitas pada anak kalau mengalami penyakit kelamin. Misalnya ibunya menderita penyakit kelamin atau menderita infeksi, bisa saja kan, banyak infeksi kelamin yang mengakibatkan disabilitas bawaan,” tambahnya.
Boyke menambahkan, disabilitas yang disandang anak akibat infeksi kelamin orangtua juga bisa timbul dalam berbagai ragam.
“Bisa semua ragam disabilitas, bisa fisik misalnya, kalau sifilis tidak ada tulang hidungnya, bisa juga masalah kejiwaan, anaknya introvert, jadi anak penakut, menjadi anak yang IQ-nya rendah, bisa aja,” jelasnya.
Mengenal Nimfomania
Bokye kemudian menjelaskan soal nimfomania. Menurutnya, nimfomania adalah hiperseks pada wanita dimana orang tersebut tidak pernah mengalami kepuasan seks.
“Dia orgasme tapi tetap nagih-nagih, namanya nimfomania, itu memang gangguan jiwa," kata Boyke.
Jika pada perempuan disebut nimfomania, maka pada pria dikenal dengan sebutan satyriasis atau Don Juanism.
"Sama dia (pengidap satyriasis) juga tidak pernah mengalami kepuasan dalam hubungan seks. Jadi, dia akan mencoba beratus-ratus wanita. Wanita (pengidap nimfomania) juga akan mencoba beratus-ratus pria. Karena dia tidak pernah merasakan bahwa seks itu sebagai bagian dari kepuasan, sehingga nagih, nagih, nagih terus di otaknya tuh cuma seks doang," jelasnya.
Penyebab Nimfomania dan Satyriasis
Lebih lanjut, Boyke mengatakan, nimfomania dan satyriasis dapat disebabkan oleh banyak hal.
"Selalu kalau dalam gangguan jiwa, penyebabnya ya mulai dari dia dalam kandungan mungkin, ada hormon-hormon yang berlebihan," ujarnya.
"Kemudian pada saat dibesarkan ada trauma-trauma, di-bully dan sebagainya. Hubungan orangtua, melihat orangtua mengalami kekerasan dan seterusnya. Banyak sekali yang harus digali pada seseorang yang mengalami hiperseksual karena ada faktor hormon, biologi, pengasuhan, macam-macam," Boyke menerangkan.
Advertisement
Faktor Utama Hiperseks adalah Lingkungan
Banyak faktor yang membuat seseorang menjadi hiperseks, tapi faktor utamanya adalah lingkungan.
"Penyebab paling besar adalah faktor lingkungan. Faktor gen cuma lima persen, lingkungan tuh sampai 70 persenan yang memengaruhi seseorang hingga mengalami gangguan kejiwaan seperti itu," ujar Boyke.
Dia memaparkan bahwa kebiasaan menonton film porno bisa pula menjadi faktor pencetus. Mengingat, kecanduan nonton film porno pun sudah termasuk dalam bentuk penyimpangan seksual.
"Kecanduan tuh kalau setiap kali berhubungan mesti nonton, kalau dia enggak nonton dia kayak sakau itu kita sebut sebagai kecanduan," ujarnya.
Beda dengan Libido Tinggi
Senada dengan Boyke, seksolog Haekal Anshari mengatakan bahwa hiperseks memang digolongkan sebagai satu bentuk gangguan kejiwaan.
"Hiperseks merupakan suatu gangguan kejiwaan,” kata Haekal kepada Health Liputan6.com melalui pesan tertulis, Kamis, 9 November 2023.
Pria yang karib disapa Haekal menambahkan, hiperseksualitas atau kecanduan seksual berbeda dengan orang berlibido tinggi.
Sebab, pengidap kecanduan seksual tidak sanggup mengendalikan hasrat seksualnya dan harus melampiaskan hasratnya segera tanpa melihat waktu, tempat, situasi dan kondisi.
"Bahkan bisa melakukannya kepada siapa saja sehingga pelaku beresiko merugikan orang lain bahkan dirinya sendiri. Sedangkan orang dengan libido tinggi masih sanggup dan santun dalam mengendalikan hasrat seksualnya," jelas Haekal.
Advertisement