Liputan6.com, Gaza - Layanan internet dan telepon terputus di seluruh Jalur Gaza sejak Kamis (16/11/2023), menyusul kehabisan bahan bakar. Hal tersebut dikonfirmasi oleh perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel.
"Dengan menyesal kami mengumumkan bahwa semua layanan telekomunikasi di 𝐆𝐚𝐳𝐚 𝐒𝐭𝐫𝐢𝐩 terputus karena semua sumber energi yang menopang jaringan telah habis, dan bahan bakar tidak diizinkan masuk. #KeepGazaConnected," ungkap Paltel via X alias Twitter.
Advertisement
Peristiwa terputusnya komunikasi ini terjadi di tengah isyarat Israel akan menargetkan wilayah selatan Gaza, tempat sebagian besar warga Gaza mengungsi.
Pasukan Israel pada hari yang sama mengaku menggeledah Rumah Sakit al-Shifa untuk mencari jejak Hamas. Mereka mempertontonkan apa yang klaim sebai pintu masuk terowongan dan senjata yang ditemukan di dalam truk di kompleks al-Shifa.
Militer Israel hingga kini belum merilis bukti adanya pusat komando Hamas yang menurut mereka tersembunyi di bawah kompleks itu. Hamas dan staf al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, telah membantah keras tuduhan Israel.
Selain itu, militer Israel mengatakan pula bahwa mereka menemukan mayat salah satu sandera yang diculik Hamas, Yehudit Weiss (65), di sebuah gedung yang berdekatan dengan al-Shifa. Mereka tidak merinci penyebab kematian sandera. Demikian seperti dilansir AP, Jumat (17/11).
Perang Hamas Vs Israel babak baru diawali oleh serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang menurut Israel menewaskan setidaknya 1.200 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.
Israel pun bersumpah akan memusnahkan Hamas, melancarkan serangan udara hingga darat ke Gaza yang menurut update Kementerian Kesehatan Palestina telah menewaskan 11.470 orang termasuk 4.707 orang. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak.
Seperti dikutip dari The Guardian, dalam beberapa hari terakhir, update terkait korban tewas di Gaza akibat serangan Israel diambil alih Kementerian Kesehatan Palestina yang berkedudukan di Tepi Barat. Sebelumnya, otoritas kesehatan Gaza yang dikelola Hamas merupakan sumber informasi utama, namun mereka berhenti merilis jumlah korban tewas setelah pejabatnya yang berbasis di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza terputus aksesnya ke listrik dan konektivitas.
Laporan mengenai terputusnya akses komunikasi di Gaza juga disuarakan oleh Bisan Owda, yang merupakan filmmaker dan koresponden sejumlah media, termasuk Al Araby TV.
"Hari ini hari ke-41 perang di Gaza dan koneksi internet permanen terputus di Gaza, tidak ada koneksi internet koneksi akibat pengeboman dan kehabisan bahan bakar," ungkap Bisan yang telah mengungsi ke selatan Gaza dalam laporannya.
Fotografer Motaz Azaiza juga mengungkapkan hal serupa.
"Kami kehilangan koneksi karena kekurangan bahan bakar. Tidak ada sambungan telepon, tidak ada sinyal, tidak ada internet," tulisnya via story di Instagram @motaz_azaiza
Baik Bisan maupun Motaz merupakan dua dari sedikit sumber informasi langsung yang kerap melaporkan perkembangan situasi di Jalur Gaza.
Warga Gaza Kelaparan
Program Pangan Dunia PBB (WFP) memperingatkan bahwa Jalur Gaza kini menghadapi kesenjangan pangan yang sangat besar dan kelaparan yang meluas. Hampir seluruh penduduk di sana sangat membutuhkan bantuan pangan.
Dalam pernyataan pada Kamis, Direktur Eksekutif WFP Cindy McCain mengatakan pasokan makanan dan air praktis tidak ada di Gaza dan hanya sebagian kecil bantuan yang dibutuhkan mencapai wilayah tersebut melalui perbatasan.
"Dengan semakin dekatnya musim dingin, tempat penampungan yang tidak aman dan penuh sesak, serta kurangnya air bersih, warga sipil menghadapi kemungkinan kelaparan.
Tidak ada cara untuk memenuhi kebutuhan kelaparan saat ini hanya dengan satu operasional penyeberangan perbatasan. Satu-satunya harapan adalah membuka jalur lain yang aman bagi akses kemanusiaan untuk membawa makanan penyelamat jiwa ke Gaza," ujar McCain, seperti dikutip The Guardian.
Awal pekan ini, WFP mengonfirmasi penutupan toko roti terakhir yang beroperasi dalam kemitraan dengannya karena kekurangan bahan bakar. Menurut WFP, roti yang merupakan makanan pokok masyarakat Gaza langka atau bahkan tidak ada sama sekali.
Kekurangan bahan bakar, ungkap WFP, juga melumpuhkan distribusi dan operasi kemanusiaan, termasuk pengiriman bantuan makanan. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan tidak akan ada pengiriman bantuan ke Gaza dari penyeberangan Rafah mulai besok karena alasan tersebut.
Advertisement
Layanan Rumah Sakit Lumpuh
Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara telah ditutup sepenuhnya dan sekitar 45 pasien yang sangat membutuhkan pembedahan ditinggalkan di ruang tunggu. Demikian disampaikan Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Atef al-Kahlout kepada Al Jazeera.
"Rumah sakit Indonesia telah sepenuhnya berhenti melayani dan beroperasi," kata Kahlout, menurut laporan Reuters.
"Karena ketidakmampuan klinis kami untuk menampung pasien dari Gaza dan wilayah utara, kami mengumumkan bahwa rumah sakit tersebut telah berhenti beroperasi sepenuhnya."
Sementara itu, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) melaporkan bahwa Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Kota Gaza saat ini dikepung oleh tank-tank Israel.
"Tank-tank militer Israel mengepung Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza dan serangan kekerasan sedang berlangsung. Tim PRCS tidak dapat bergerak dan menjangkau mereka yang terluka," sebut PRCS via X alias Twitter.
Dalam perkembangan berikutnya, PRCS menuliskan, "🚨 Tim layanan medis darurat PRCS yang masih terjebak di Rumah Sakit Al-Ahli 🏥di Al-Ma'madani di #Gaza mendengar ledakan di daerah tersebut, bersamaan dengan tembakan hebat.
🚑 Terdapat beberapa korban jiwa di halaman rumah sakit sekitar 30 meter dari tim kami namun tidak dapat dijangkau."
Melansir kantor berita Anadolu, Rumah Sakit Baptis Al-Ahli merupakan satu-satunya rumah sakit di Kota Gaza yang saat ini masih berfungsi di tengah krisis peralatan dan pasokan medis.