Liputan6.com, Gorontalo - Petani sayur di Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, diterpa kerugian akibat musim kemarau panjang tahun ini. Hasil panen mereka anjlok hingga 30 persen.
Tidak hanya anjlok, petani di wilayah ini bilang, harga sayur kangkung bayam dan caisim mengalami penurunan di pasaran. Bukan tanpa alasan, kualitas sayur yang menurun membuat komoditi ini tak banyak lagi diminati.
Advertisement
Tanaman sayur yang kekurangan air cenderung berwarna hijau pucat dan tidak terlihat segar. Selain itu pucuk daunnya akan kering dan lama-lama daun tersebut akan berubah jadi kecoklatan.
Salah satu petani, Andriko mengungkapkan, musim kemarau membuat proses pertanian lebih sulit karena mereka harus menunggu waktu lebih lama untuk memanen hasil tanaman. Kualitas sayur-mayur yang mereka tanam juga mengalami penurunan, bahkan sebagian tanaman gagal panen.
"Waktu panen lebih lama lagi, jika saat cuaca normal itu cukup 20-25 hari untuk panen, saat kemarau bisa sampai 30 hari itupun kualitas turun," kata Andriko.
Musim kemarau juga mengakibatkan beberapa lahan pertanian menjadi kering dan tidak dapat ditanami kembali. Dirinya yakin dampak ini bisa mengancam pasokan pangan, terutama sayur, untuk kebutuhan masyarakat di Gorontalo
Untuk mengatasi masalah ini, petani sementara waktu memanfaatkan sumber air dari galian sumur pemukiman sebagai media penyiraman. Namun, siasat itu tidaklah maksimal karena dengan menggunakan galian sumur, airnya sangat terbatas.
"Air sumur juga punya kapasitas yang terbatas. Jika kami lakukan penyiraman satu hamparan, maka air sumur bisa-bisa kering," ungkapnya.
Selain itu, hujan yang tak kunjung turun membuat irigasi yang berada di lokasi mereka, debit airnya turun drastis. Sehingga tekanan air tidak bisa masuk ke kebun warga.
"Kemungkinan nanti hujan irigasi bisa kembali terisi air. Mudah-mudahan kemarau segera berlalu dan petani hortikultura bisa kembali untung," imbuhnya.
Kata Pedagang
Sementara itu, pedagang di pasar tradisional Gorontalo mengaku, sayur-mayur yang masuk memang kualitasnya menurun. Apalagi kalau kalau sayur dari petani lokal Gorontalo.
Sayur yang dari luar daerah agak mendingan kualitasnya. Kebanyakan itu dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Kalau sayuran lokal, hampir seluruhnya kualitasnya rendah dan tak banyak yang minat.
"Kalau ada pengiriman dari luar, pasti itu yang banyak dibeli. Karena sayuran itu tidak buruk-buruk amat. Tapi kalau sayur di Gorontalo pasti sedikit pembeli," kata Zubaidah, seorang pedagang sayur di pasar Tradisional Gorontalo.
Dirinya mencontohkan sayuran lokal Gorontalo dengan yang dari luar yang sangat berbeda jauh. Seperti kangkung darat lokal saat ini terlihat kecil dan memiliki warna tak lagi segar. Sementara kangkung dari luar itu cenderung besar dan warnanya pun berbeda.
"Memang musim ini sangat berpengaruh. Dari sayuran saja berdampak apalagi komoditi lain. Kami berharap ini segera berlalu," katanya.
Advertisement