23 November 2019: Badak Sumatera Terakhir di Malaysia Mati

Badak Sumatera yang tinggal sekitar 80 ekor di Indonesia pada tahun 2019, kini telah punah di Malaysia.

oleh Erina Putri diperbarui 23 Nov 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi badan rhino. (Niels Christian Vilmann/Ritzau Scanpix/AFP)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Badak Sumatera, yang tinggal sekitar 80 ekor di Indonesia pada tahun 2019, kini telah punah di Malaysia. Badak betina terakhir negara itu, Iman, meninggal karena kanker pada hari Sabtu 23 November 2019, demikian laporan resmi dari pejabat Malaysia.

"Iman mendapatkan perawatan terbaik sejak ditangkap pada Maret 2014 hingga saat kepergiannya. Tidak ada yang bisa melakukan lebih banyak," ujar Christine Liew, Menteri Pariwisata, Kebudayaan, dan Lingkungan Hidup negara bagian Sabah.

Sebelumnya ada Tam, badak jantan terakhir Malaysia, yang juga meninggal pada Mei 2019.

Melansir dari National Geographic, Badak Tam yang ditemukan berkeliling di sebuah perkebunan kelapa sawit pada tahun 2008. Ia ditangkap dan dipindahkan ke Taman Margasatwa Tabin di negara bagian Sabah.

Tak sampai di sana, telah dilakukan juga upaya untuk membiakkannya dengan dua badak betina, Puntung, yang ditangkap pada tahun 2011, dan Iman, yang ditangkap pada tahun 2014 gagal.

Puntung disuntik mati pada tahun 2017 karena kanker. Akibat dari kehilangan habitat dan perburuan selama puluhan tahun, diyakini hanya tersisa kurang dari 80 Badak Sumatera di alam liar, sebagian besar di pulau tetangga Sumatra. Sisanya tersebar di Kalimantan di Borneo Indonesia.

Ahli sekarang percaya bahwa isolasi adalah ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup spesies ini. Ini karena betina dari spesies ini bisa mengalami kista dan fibroid di saluran reproduksinya jika tidak kawin dalam waktu yang lama.

Maka dari itu, pada tahun 2018, lembaga konservasi terkemuka dunia, termasuk National Geographic Society, mengumumkan kolaborasi luar biasa yang disebut Sumatran Rhino Rescue.

Tujuannya? Menemukan dan menangkap sebanyak mungkin badak liar agar dapat dipertemukan untuk pembiakan di penangkaran.


Upaya Kolaboratif Dibutuhkan

Ilustrasi badan rhino. (Niels Christian Vilmann/Ritzau Scanpix/AFP)

"Kematian Tam menunjukkan betapa pentingnya upaya kolaboratif yang mendorong proyek Sumatran Rhino Rescue," kata Margaret Kinnaird, pemimpin praktik kehidupan liar WWF International.

Meskipun Tam tidak dapat menghasilkan keturunan sendiri, keberadaannya di penangkaran membantu kita memahami lebih baik jenisnya.

"Kerja yang dilakukan Borneo Rhino Alliance dengan teknik reproduksi canggih, terutama dalam mengumpulkan telur dan mencoba membuat embrio, membawa kita lebih dekat untuk memahami biologi spesies ini," kata Susie Ellis, direktur eksekutif International Rhino Foundation.

“Kehilangan Tam mewakili sekitar satu persen dari populasi,” tambah Ellis.


Harus Temukan Lebih Banyak Hewan Liar

Ilustrasi badan rhino. (Niels Christian Vilmann/Ritzau Scanpix/AFP)

Meski kematian Tam adalah tragedi, ini adalah panggilan untuk menemukan lebih banyak hewan liar, kata Kinnaird, yang telah mengkoordinasikan upaya WWF International untuk badak Sumatera selama dua tahun terakhir.

Berita baiknya adalah pada akhir tahun lalu, koalisi tersebut telah berhasil menangkap badak betina baru, bernama Pahu.

"Survei terbaru menunjukkan masih ada badak lain yang berkeliaran di hutan Kalimantan," kata Kinnaird. "Ini memberi saya harapan baru."

"Kita harus tetap fokus untuk menyelamatkan 80 badak Sumatera yang tersisa, dengan perlindungan intensif dan pembiakan di penangkaran, serta bekerja dengan masyarakat lokal untuk menanamkan rasa bangga bahwa badak adalah bagian dari warisan biologis mereka," kata Ellis. "Ini adalah pertarungan yang tidak boleh kita kalahkan.”


Badak Bercula Satu yang Terancam Punah Lahir di Kebun Binatang Inggris

Ilustrasi badan rhino. (Dok: Instagram KLHK)

Berita baik sempat hadir di tahun 2022 tentang keberadaan badak putih ini.

Kebun Binatang Chester di Inggris mengumumkan kelahiran seekor spesies terancam punah, yaitu badak bercula satu yang lebih besar (greater one-horned) atau badak India.

Dikutip dari situs Odditycentral, Sabtu (29/10/2022), kebun binatang di Cheshire, Inggris itu mengumumkan, badak Asha yang berusia 15 tahun melahirkan seekor bayi betina pada Jumat, 14 Oktober 2022. Momen tersebut terekam kamera di kandang sang induk.

Badak bercula satu ini termasuk spesies terancam punah di Daftar Merah IUCN (International Union for the Conservation of Nature's Red List). Hanya ada sekitar 3.000 ekor yang diyakini masih bertahan hidup di habitat liarnya, di sekitar wilayah Barat India.

Momen kelahiran bayi langka itu dibagikan oleh Chester Zoo melalui akun sosial media dan laman resmi Chester Zoo. Melansir dari laman tersebut, Asha melahirkan putrinya setelah 15 bulan masa kehamilan.

Ini merupakan kelahiran yang ditunggu-tunggu setelah kelahiran badak bercula satu India empat tahun sebelumnya.

Menurut keterangan Rhino Team Manager Sam Harley, pada hari anak badak itu lahir, Asha tampak lesu dan tidak mau makan. Tanda kelahiran ini disadari oleh tim Sam, mereka memantau momen istimewa ini melalui kamera tersembunyi.

"Kami melihat air ketubannya pecah sekitar pukul 16:10 saat kami menonton dari jarak jauh melalui kamera. Lalu pukul 16:24, dia mendorong si kecil keluar ke dunia. Benar-benar hak istimewa untuk menyaksikan acara khusus seperti itu", ujar Sam.

Sam juga menambahkan, bayi betina Asha ini lahir dengan ukuran yang luar biasa, lahir dengan berat 50 kg dan dia akan tumbuh menjadi sekitar 1,7 ton.

"Terlepas dari perawakannya yang sangat besar, spesies ini memiliki sisi yang sangat lembut. Saat ini induk dan anak badak ini telah bersantai dan tenang, menghabiskan waktu berdampingan bersama-sama,” ujar Sam menerangkan kondisi Asha dan putrinya.

Infografis 6 Hewan Peliharaan Populer (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya