Hashim Gerindra Sebut Korupsi di Kemenhan Bukan Hal Baru: Saya Sudah Bicara 3 Tahun Lalu

Hashim mengungkapkan, Ketum Gerindra Prabowo Subianto telah berjanji akan memperkuat KPK setelah terpilih menjadi Presiden RI nanti guna memberantas korupsi di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Nov 2023, 08:01 WIB
Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menyebut, korupsi di Kementerian Pertahanan (Kemenhan) bukan hal baru. (Merdeka.com/Muhammad Genantan Saputra)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menyebut, praktik korupsi di Kementerian Pertahanan (Kemenhan) bukan merupakan hal baru. Hashim mengaku telah mengungkapkan hal tersebut sejak 3 tahun lalu.

"Saya mau begini, mengenai hal korupsi itu, itu bukan hal baru. Itu banyak komentar saya lihat kok ini (seolah) hal baru. Saya sudah bicara itu tiga tahun lalu," katanya di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Jumat (17/11/2023).

Hashim mengaku sudah berbicara perihal korupsi di Kemenhan sejak sekitar 2020, tetapi hal itu justru diabaikan. 

"Kan saya sudah sebut kan. Ada senapan, ada senapan tertentu, ada proyek tertentu. Ternyata ya ada proyek begitu," ujar adik kandung Prabowo Subianto ini.

"Saya sudah sebut itu. Tapi sayangnya waktu itu enggak diperhatikan gitu. Jadi itu bukan hal baru," katanya menambahkan.

Prabowo Janji Akan Perkuat KPK

Anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran ini pun menyatakan, bahwa capres Prabowo Subianto bakal memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jika nanti terpilih menjadi presiden RI. Bahkan, Prabowo berjanji akan menambahkan personel di KPK.

"Pak Prabowo sudah berjanji juga untuk menambah kekuatan dari KPK. Kalau perlu ditambah lagi petugas petugas KPK. Itu dari dulu sudah konsisten," ujarnya.

"Ya komitmen Pak Prabowo dari dulu sampai sekarang adalah pemberantasan korupsi. Itu sudah ada begitu," ucap Hashim Djojohadikusumo menandaskan.

 


Korupsi di Kemenhan Saat Awal Prabowo Menjabat

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengapresiasi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena terus memprioritaskan pembangunan pertahanan. Hal ini dikatakannya saat menyerahkan pesawat C-130J-30 Super Hercules kepada Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono yang disaksikan langsung Presiden Jokowi di Lanud Halim Perdanakusuma, Rabu (8/3/2023). (Foto: Dokumentasi Kemenhan).

Sebelumnya, Hashim juga mengungkapkan, bahwa terdapat kasus korupsi di Kementerian Pertahanan (Kemenhan) di masa awal Prabowo Subianto menjabat.

Kala itu, cerita Hashim, Prabowo harus menandatangani kontrak senilai Rp51 triliun. Angka tersebut ternyata sudah dinaikkan dari nilai yang sebenarnya.

"Waktu Pak Prabowo diangkat sebagai Menteri Pertahanan, bulan-bulan pertama, di atas meja dia ada kontrak yang harus dia tanda tangani senilai Rp51 triliun. Ini korupsi mark up-nya gila," ujar Hashim saat memberikan sambutan di depan anggota Relawan Jokowi (REJO) Prabowo Gibran Milenialz di Jakarta Pusat pada Rabu (15/11/2023).

Hashim berujar, kontrak tersebut terkait dengan pembelian senjata. Untuk harga satu senjata, seharusnya dibanderol 800 dolar tetapi ditulis 10.800 dolar.

"Mark upnya 1.250 persen. Bisa dihitung, harga asli 800, yang datang ke meja menteri pertahanan, 10.800 dollar, mark up-nya saya hitung," ujar Hashim.

 


Prabowo Batalkan Kontrak

Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat memberikan Tausiah Kebangsaan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (18/5/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mendengar hal itu, Prabowo mengaku kaget. Ia pun langsung membatalkan seluruh kontrak yang sedang berjalan.

"Waktu saya lapor ke kakak saya, dia tidak mau percaya karena dia sudah bicara bocoran-bocoran berapa tahun. Dia dikritik sebagai Prabocor," ucap Hashim.

"Dia tidak ada waktu untuk tender ulang. Apa yang terjadi? Dia batalkan semua kontrak. Dia batalkan kontrak-kontral senilai Rp51 triliun dari pada dia merestui korupsi karena dia sudah tahu ini korupsi," sambungnya.

Lebih lanjut, Hashim pun memuji pilihan yang diambil Prabowo. Pasalnya, bisa saja Prabowo mengambil untung sedikit karena tidak akan ketahuan.

"Kalau Prabowo jahat, dia minta saja satu persen dari rekanan. Nggak usah gila-gila lah, nggak usah 50 persen, 100 persen, lima persen aja. Saya kira BPK atau KPK tidak akan lihat itu. Betul tidak?" imbuhnya.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Merdeka.com

Infografis Belanja Alutsista ala Menhan Prabowo (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya