Liputan6.com, Washington - Salah satu anggota girlband Blackpink, Rose, bergabung dalam acara bertemakan kesehatan mental pada Jumat (17/11/2023) yang diselenggarakan oleh Ibu Negara Amerika Serikat (AS) Jill Biden. Ia mengatakan bahwa penting bagi dunia untuk memahami bahwa para publik figur juga bergulat dengan masalah emosional.
"Saya pikir itu akan sangat bagus, untuk semua orang yang bekerja dan mendapat sorotan publik," katanya dalam acara yang diadakan di Apple Park, Cupertino, Amerika Serikat, seperti dilansir CNA, Minggu (19/11/2023).
Advertisement
Bintang ternama asal Korea Selatan itu mengatakan bahwa ketika ia memiliki banyak pengikut di media sosial, justru membuatnya merasa rentan terlebih ketika orang-orang memberi perhatian lebih padanya.
"Saya merasa beberapa hal yang saya lakukan tidak pernah cukup, dan tidak peduli seberapa keras saya mengerjakan sesuatu, akan selalu ada seseorang yang memiliki pendapatnya sendiri atau senang mengendalikan narasinya," katanya.
"Jadi, itu membuatku merasa kesepian," sambungnya.
Rose Blackpink mengatakan bahwa penting untuk membicarakan hal yang berkaitan dengan kesehatan mental, walaupun itu sulit.
"Sama seperti kita memberi makan diri kita sendiri untuk kesehatan dan kebugaran yang lebih baik, kesehatan mental hanya dapat dijaga sama seperti kesehatan fisik kita," kata Rose.
Diskusi tersebut merupakan bagian dari beberapa acara yang diselenggarakan oleh Jill Biden untuk pasangan pemimpin negara yang hadir di KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di San Fransisco pekan ini. Sementara itu, Rose datang sebagai tamu ibu negara Korea Selatan Kim Keon Hee.
Pandanga Jill Biden Soal Kesehatan Mental
Sementara itu, Jill Biden juga mengungkapkan keresahan serupa terkait kesehatan mental bagi orang seumurannya.
"Orang yang lebih tua – kami tidak pernah berbicara tentang kesehatan mental," katanya.
"Ada rasa malu yang melekat padanya. Tapi apa yang saya temukan sebagai seorang guru – dan memiliki cucu-cucu saya yang lebih muda berusia 20-an – menurut saya mereka jauh lebih terbuka untuk berbicara satu sama lain, menurut saya rasa malunya jauh lebih sedikit."
Advertisement
Cara Meningkatkan Kualitas Kesehatan Mental
Dilansir dari kanal Health Liputan6.com, secara global, satu dari delapan orang di dunia mengalami masalah kesehatan mental dan hal ini dialami oleh rentang usia dari remaja hingga dewasa.
Mengingat masalah mental adalah hal serius yang dapat dialami siapapun, maka meningkatkan kualitas kesehatan mental menjadi penting untuk dilakukan.
Masyarakat dapat mulai menerapkan tujuh langkah sederhana berikut untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental:
- Melakukan olahraga secara teratur.
- Mengonsumsi makanan sehat.
- Mengatakan hal-hal positif pada diri sendiri dan tuliskan hal-hal yang patut disyukuri.
- Istirahat dan tidur tepat waktu.
- Tentukan prioritas dan fokus terhadap satu hal pada satu waktu.
- Belajar terbuka terhadap orang lain.
- Melakukan deteksi dini dan skrining konseling.
- Edukasi gejala kesehatan mental dan pentingnya deteksi dini menjadi penting dilakukan.
Pasalnya, diagnosis dan penanganan secara dini oleh ahlinya seperti psikolog atau psikiater, dapat membantu mengatasi permasalahan dengan cepat.
Dengan begitu, masyarakat bisa terhindar dari risiko gangguan kesehatan mental yang serius dan berbahaya.
Kesehatan Mental Sama Pentingnya dengan Kesehatan Fisik
Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik, kata Medical Manager Halodoc, dr. Monica C. Dewi.
"Gangguan kesehatan mental memiliki gejala-gejala awal yang kita perlu sama-sama sadari dan tindak lanjuti untuk deteksi dini," ujar Monica mengutip keterangan pers, Kamis (19/10/2023).
Gejala ataupun gangguan kesehatan mental dapat terjadi di berbagai kalangan dengan beberapa faktor, lanjutnya.
Misalnya, yang umum dialami seperti perasaan tertekan, cemas hingga tegang yang membuat stres dan menuntut tubuh mereka untuk melakukan penyesuaian. Ketika gejala tersebut mulai mengganggu produktivitas, maka sebaiknya segera melakukan konsultasi dengan tenaga medis profesional seperti psikolog atau psikiater guna mendapatkan penanganan yang tepat.
"Konsultasi dengan ahli juga diperlukan agar seseorang terhindar dari self-diagnose yang dapat membahayakan diri," kata Monica menambahkan.
Advertisement