Liputan6.com, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) menyatakan bahwa perekam data penerbangan dari dua pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano yang jatuh di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur telah ditemukan.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI R Agung Sasongkojati mengatakan, bahwa perekam data penerbangan tersebut bernama Video Data Recorder (VDR) dan Network Centric Data Cartridge (NCDC).
Advertisement
"Jadi alat ini sudah bisa didatangkan, dan sudah bisa dibawa ke Lanud Abd Saleh. Keduanya (dari dua pesawat Super Tucano yang jatuh) sudah ditemukan," kata Agung di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (18/11/2023).
Dengan ditemukannya perekam data penerbangan dua pesawat Super Tucano yang jatuh tersebut, diharapkan bisa didapatkan data awal mengenai apa yang terjadi, hingga menyebabkan dua alutsista TNI AU tersebut jatuh.
Menurut Agung, dalam perekam data penerbangan tersebut menyimpan sejumlah data seperti video penerbangan hingga saat terakhir, komunikasi pilot, performa pesawat, kecepatan, ketinggian, data mesin, hingga kondisi terakhir.
Ia memastikan proses investigasi akan dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang berlaku oleh Pusat Kelaikan dan Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU. Dalam penyelidikan, tim tidak bisa menyimpulkan sebuah peristiwa tanpa data yang lengkap.
"Dalam penyelidikan (kecelakaan) pesawat modern, kita tidak hanya melihat mesin. Tapi ada 5M, yakni orangnya, mesin peralatan, misi, manajemen dan termasuk hal lain seperti kondisi cuaca dan lainnya," kata Agung, seperti dikutip dari Antara.
Masyarakat yang Punya Rekaman Kecelakaan 2 Pesawat Super Tucano Bisa Diserahkan ke TNI untuk Bahan Penyelidikan
Ia juga meminta kepada masyarakat jika memiliki rekaman video pada saat pesawat sedang terbang dan melakukan formasi, untuk bisa disampaikan ke TNI Angkatan Udara. Video tersebut menjadi bagian penting penyelidikan kecelakaan pesawat tersebut.
"Kami mohon, yang mendapatkan gambar dan video, agar bisa disampaikan ke kami. Khususnya gambar pesawat yang sedang terbang, formasi di atas pegunungan," katanya.
Dua pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano TNI Angkatan Udara jatuh di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11) siang kurang lebih pukul 12.00 WIB. Dua pesawat itu bernomor registrasi TT-3111 dan TT-3103 yang tengah melakukan sesi latihan rutin.
Pesawat tersebut take off pada pukul 10.51 WIB dan hilang kontak pada pukul 11.18 WIB. Dua pesawat mengalami hilang kontak usai melakukan manuver formasi dan menembus awan. Dugaan awal, jatuhnya pesawat tempur tersebut akibat cuaca buruk.
Dalam peristiwa itu, ada empat korban meninggal dunia yakni Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Subhan, Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Widiono Hadiwijaya, Kolonel Penerbang (Anumerta) Sandhra Gunawan dan Letkol Penerbang (Anumerta) Yuda A. Seta.
Advertisement
Prabowo Sebut Pesawat yang Jatuh Termasuk Baru
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menyatakan bahwa dua pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano milik Skadron Udara 21 Lanud Abd Saleh TNI Angkatan Udara yang jatuh di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timnur dalam kondisi siap tempur.
Dalam kunjungan ke Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu, Prabowo mengatakan bahwa pesawat Super Tucano yang dimiliki Indonesia tersebut merupakan pesawat tempur yang masuk dalam kategori baru.
"Ini Super Tucano, kalau tidak salah termasuk baru, 2012 itu termasuk baru. (Layak dan siap tempur) iya, seharusnya," kata Prabowo seperti dilansir Antara.
Prabowo menjelaskan dalam kecelakaan dua pesawat tempur Super Tucano yang menyebabkan empat orang meninggal dunia tersebut merupakan risiko yang sering dihadapi oleh anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Prabowo Sampaikan Duka
Dalam melaksanakan latihan, kata Menhan, memang banyak risiko yang harus dihadap oleh TNI. Namun, ia mengingatkan para prajurit jika melaksanakan latihan tersebut juga harus realistis meskipun memiliki risiko yang berbahaya.
Menurut dia, peristiwa tersebut mengejutkan dan ia menyampaikan ungkapan duka untuk para korban dalam peristiwa itu. Ia juga berencana untuk bertemu dengan keluarga korban kecelakaan pesawat yang terjadi di Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan itu.
"Itu adalah risiko. Memang pertahanan itu penuh dengan risiko. Latihan itu harus realistis, meskipun mengandung bahaya, baik di darat, laut, udara, gunung, hutan, rawa. Itulah risiko prajurit kita," katanya.
Advertisement