Pelaku Pasar Berharap The Fed Pertahankan Suku Bunga Acuan

Hal yang menjadi pertanyaan pasar berapa lama suku bunga bank sentral AS akan tetap bertahan pada level saat ini sebelum akhirnya merosot.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Nov 2023, 18:19 WIB
Rilis inflasi Amerika Serikat (AS) yang terus mengalami tren lebih rendah, pasar mengharapkan suku bunga bank sentral AS telah mencapai puncaknya,(Brandon Mowinkel/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 2,4 persen ke posisi 6.978 pada perdagangan 13-17 November 2023.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (19/11/2023), IHSG menguat didorong sektor saham infrastruktur dan teknologi yang berkontribusi masing-masing 9,42 persen dan 2,74 persen terhadap indeks. Selain itu, investor asing mencatat aksi beli saham USD 56 juta selama sepekan.

Pada pekan ini,  pelaku pasar hadapi rilis data ekonomi. Rilis data ekonomi seperti inflasi utama dari Amerika Serikat lebih rendah dari yang diharapkan. Inflasi di Amerika Serikat (AS) melambat menjadi 3,2 persen pada Oktober 2023 dari prediksi pasar 3,3 persen. Inflasi itu juga lebih rendah dari posisi September dan Agustus sebesar 3,7 persen.

Sementara itu, China merilis data produksi industri data penjualan ritel yang lebih kuat dari yang diharapkan. Penjualan ritel China melonjak 7,6 persen year on year (YoY) pada Oktober 2023, naik dari posisi 5,5 persen pada bulan sebelumnya dan lewati harapan pasar 7 persen.

Selain itu, salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, Jerman juga menunjukkan baik seiring indikator sentimen meraih posisi tertinggi sejak Mei 2023. The ZEW indicator of economic sentimen naik 10,9 poin hingga mencapai 9,8 pada November 2023 melewati harapan pasar 5.

“Keseluruhan, negara dengan ekonomi besar menunjukkan sinyal kabar baik meski terjadi ketegangan geopolitik. Sementara itu, Indonesia mencatat surplus perdagangan pada Oktober yang lebih rendah YoY dan lebih rendah dari perkiraan,” tulis Ashmore.

Surplus perdagangan Indonesia tercatat turun menjadi USD 3,48 miliar pada Oktober 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 5,59 miliar.

 


Suku Bunga The Fed Sudah Capai Puncak?

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Sejak rilis inflasi AS yang terus mengalami tren lebih rendah, pasar mengharapkan suku bunga AS telah mencapai puncaknya, meminimalkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).

"Faktanya inflasi bulan ke bulan mendatar pada Oktober 2023 yang terakhir terlihat pada Juli 2022. Akibatnya imbal hasil obligasi AS bertenor 2 tahun dan 10 tahun masing-masing turun menjadi 4,83 persen dan 4,43 persen,” tulis Ashmore.

Hal yang menjadi pertanyaan berapa lama suku bunga akan tetap bertahan pada level saat ini sebelum akhirnya merosot.

Berdasarkan CME FedWatch mengindikasikan penurunan suku bunga paling cepat pada awal Mei 2024. "Namun, hal ini penting untuk diingat pasar telah melakukan kesalahan memperkirakan puncak suku bunga pada beberapa negara karena volatilitas dari peristiwa global,” tulis Ashmore.

Sejalan dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia juga lebih rendah dari puncaknya baru-baru ini. Imbal hasil obligasi bertenor 2 tahun dan 10 tahun berada pada level yang sama masing-masing 6,89 persen dan 6,95 persen.

"Namun, tingkat imbal hasil saat ini masih relatif menarik dan lebih tinggi dibandingkan rata-rata satu tahun masing-masing 6,24 persen dan 6,67 persen,” tulis Ashmore.

Selain itu, Ashmore juga melihat saham tetap menarik seiring antisipasi belanja sosial dan jelang pemilihan umum (pemilu) sebelum akhir 2023. Rupiah juga menguat kembali di kisaran 15.500 dari posisi hampir mencapai 16.000 pada akhir Oktober 2023.

"Di tengah ketegangan geopolitik terus berlanjut dan meningkat secara globa, Kami terus menjaga diversifikasi di antara produk dan rekomendasikan ASDN dan ADPN untuk saham dan ADON serta ADOUN untuk obligasi,” tulis Ashmore.


Kinerja IHSG pada 13-17 November 2023

Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya diberitakan, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak signifikan pada perdagangan 13-17 November 2023. IHSG bahkan kembali sentuh posisi 6.900.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (18/11/2023), IHSG meroket 2,47 persen ke posisi 6.977,66 pada 13-17 November 2023. Pada pekan lalu, IHSG hanya naik 0,30 persen ke posisi 6.809,26.

Kapitalisasi pasar saham meroket 3,27 persen menjadi Rp 11.040 triliun dari pekan lalu Rp 10.690 triliun.Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian merosot 11,35 persen menjadi 16,94 miliar saham dari pekan lalu 19,11 miliar. Demikian juga rata-rata nilai transaksi harian saham terpangkas 32,42 persen menjadi Rp 8,63 triliun dari pekan lalu Rp 12,77 triliun.

Rata-rata frekuensi transaksi harian saham turun 3,45 persen menjadi 1.076.690 kali transaksi dari 1.115.185 kali transaksi pada pekan lalu. Investor asing mencatatkan aksi jual saham Rp 157 miliar pada Jumat, 17 November 2023.

Namun, selama sepekan, investor asing membeli saham Rp 708,45 miliar. Sepanjang 2023, investor asing jual saham Rp 15,48 triliun.

 

 

 


Total Emisi Obligasi

Ilustrasi Obligasi (Photo created by rawpixel.com on Freepik)

Pada Jumat, 17 November 2023, Obligasi Berkelanjutan VI Federal International Finance Dengan Tingkat Bunga Tetap Tahap II Tahun 2023 yang diterbitkan oleh PT Federal International Finance (FIFA) mulai dicatatkan di BEI senilai Rp 1,1 triliun.

Hasil pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk Obligasi adalah idAAA (Triple A) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini.

Total Emisi Obligasi

Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang 2023 adalah 100 emisi dari 56 emiten senilai Rp111,55 triliun. Dengan pencatatan tersebut, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 535 emisi dengan nilai nominal outstanding Rp456,48 triliun dan USD69,05 juta, diterbitkan oleh 127 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 191 seri dengan nilai nominal Rp5.536,74 triliun dan USD486,11 juta. EBA sebanyak 9 emisi senilai Rp2,84 triliun

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya