Gempa Terkini Dianggap Susulan Gempa Dahsyat Ratusan Lalu, Ini Kata Ilmuwan

Jejak seismik dari masa lalu dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap aktivitas gempa saat ini.

oleh Ibrahim Hasan diperbarui 20 Nov 2023, 08:55 WIB
Sebuah papan dengan pesan Kami Rindu Rumah Kami dipasang pasca gempa bumi dan tsunami di pinggir Jalan Trans Sulawesi, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10). (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Penelitian terbaru mengungkap bahwa Amerika Utara mungkin masih merasakan getaran dari gempa susulan dua peristiwa gempa bumi besar yang mengguncang benua itu lebih dari seratus tahun yang lalu. Para ilmuwan telah meneliti kemungkinan dampak gempa bumi dahsyat di masa lalu terhadap kondisi seismik saat ini.

Menurut penelitian ini, sekitar 23-30 persen guncangan seismik di zona seismik New Madrid antara 1980 dan 2016 diduga merupakan hasil dari gempa besar pada tahun 1811 dan 1812. Gempa-gempa ini, dengan kekuatan antara 7,2 dan  8 skala Richter, memiliki dampak signifikan terhadap struktur seismik wilayah tersebut.

Selain itu, penelitian menyoroti peran gempa besar lainnya, terutama yang terjadi di Charleston, Carolina Selatan pada tahun 1886. Temuan menunjukkan bahwa gempa ini mungkin menjelaskan hingga 72 persen guncangan seismik di wilayah tersebut sejak saat itu. Akibatnya adalah bahwa jejak seismik dari masa lalu dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap aktivitas gempa saat ini.

Meski masih menjadi perdebatan, ilmuwan hingga kini masih melakukan penelitian lebih lanjut tentang gempa terkini merupakan hasil gempa susulan dahsyat ratusan tahun silam. Berikut Liputan6.com merangkum temuan baru ilmuwan ini melansir dari Science Alert, Senin (20/11/2023).


Memetakan Tiga Gempa Terdahsyat dalam Sejarah

Peta tiga gempa bumi terbesar dalam sejarah Amerika Utara. (Chen dan Liu, JGR Solid Earth , 2023)

Penulis penelitian, ahli geosains Yuxuan Chen dari Universitas Wuhan dan ahli geologi Mian Liu dari Universitas Missouri, menggunakan metode statistik yang canggih untuk menganalisis tiga peristiwa gempa terbesar dalam sejarah Amerika Utara. Salah satu gempa terjadi pada tahun 1663 di Quebec, yang lain di perbatasan Missouri-Kentucky mulai tahun 1811, dan yang terakhir melanda Carolina Selatan pada tahun 1886.

“Campuran antara gempa susulan yang berlangsung lama dan kegempaan latar mungkin umum terjadi di benua yang stabil,” kata Chen dan Liu.

Ketiga wilayah ini terletak di pedalaman benua, jauh dari batas lempeng tektonik utama, namun terus mengalami serangkaian gempa kontemporer. Dengan memodelkan riak seismik dari tiga guncangan terbesar dalam sejarah, Chen dan Liu berhasil memetakan pusat gempa sekitar 250 kilometer (155 mil).

Selanjutnya, para peneliti mengamati gempa bumi yang terjadi di dekat pusat gempa pada beberapa dekade berikutnya, termasuk gempa berkekuatan di atas 2,5 skala Richter. Dengan menggunakan metode 'tetangga terdekat' pada data mereka. 


Peran Gempa Masa Lalu Terhadap Gempa Masa Kini

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Para peneliti menyimpulkan bahwa jika gempa bumi terjadi dalam jarak, waktu, dan magnitudo yang terlalu dekat untuk dianggap sebagai peristiwa latar belakang yang independen, maka salah satu gempa bumi diasumsikan telah memicu gempa lainnya.

Hasilnya menunjukkan bahwa antara 10 hingga 65 persen gempa masa kini di wilayah New Madrid mungkin merupakan gempa susulan. Meskipun temuan serupa ditemukan di Carolina Utara, Quebec menunjukkan sebagian besar kegempaan latar belakang.

Ini menandakan kemungkinan adanya campuran antara gempa susulan yang berlangsung lama dan kegempaan latar belakang di benua yang stabil.

Chen dan Liu berpendapat bahwa relaksasi stres pasca-gempa yang berkepanjangan di benua yang stabil dapat berkontribusi pada rangkaian gempa susulan yang panjang. 


Teori Masih Diperdebatkan

Warga memeriksa bangunan rumah yang roboh akibat gempa yang melanda Lombok, NTB, Minggu (29/7). Data sementara BPBD Provinsi NTB mencatat, gempa bumi tektonik 6.4 SR itu mengakibatkan 10 orang meninggal dunia dan puluhan rumah rusak. (AFP/Aulia AHMAD)

Meski peneliti tampak yakin akan penemuan baru ini, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi dan memahami sepenuhnya fenomena ini. Temuan ini membuka pintu bagi pemahaman lebih mendalam tentang dinamika gempa bumi di wilayah Amerika Utara.

Seiring dengan itu, debat mengenai apakah gempa yang terjadi di Amerika Utara merupakan kebisingan latar belakang atau gempa susulan dianggap terlalu sederhana. Chen dan Liu menyatakan bahwa keduanya mungkin terjadi secara bersamaan, dan kompleksitas fenomena ini tidak boleh disederhanakan.

Ahli geofisika Susan Hough dari Survei Geologi Amerika Serikat, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mencatat bahwa meskipun gempa bumi tampak seperti gempa susulan dalam sebaran spasialnya, proses merayap yang bukan bagian dari gempa susulan juga mungkin terjadi.

"Salah satunya adalah gempa susulan, tapi mungkin juga terjadi proses merayap yang bukan merupakan bagian dari proses gempa susulan. Apa arti sebenarnya dari hasil gempa susulan masih menjadi pertanyaan," jelas Susan Hough. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya