Awasi Pangan Mengandung Kimia Berbahaya, Bapanas Sebar Laboratorium Keliling

Laboratorium keliling ini memicu operasional pengawasan keamanan pangan segar di lapangan semakin lancar, cepat dan juga memberikan kemudahan bagi pelaku usaha.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 20 Nov 2023, 16:50 WIB
Badan Pangan Nasional (Bapanas) meluncurkan sembilan mobil laboratorium keliling di Bogor, Senin (20/11/2023). (Achmad/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) meluncurkan sembilan mobil laboratorium keliling untuk pengawasan keamanan pangan ke sejumlah daerah di Indonesia.

Sembilan kendaraan laboratorium keliling tersebut disebar di sembilan provinsi diantaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Lampung, DIY.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan keberadaan laboratorium keliling ini diharapkan dapat menunjang dan meningkatkan pengawasan post market dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan cakupan lebih luas.

Selain itu, laboratorium keliling ini memicu operasional pengawasan keamanan pangan segar di lapangan semakin lancar, cepat dan juga memberikan kemudahan bagi pelaku usaha.

"Mobil ini dilengkapi peralatan pengujian serta promosi keamanan dan mutu pangan segar," ujar Arief usai meluncurkan mobil laboratorium keliling pengawasan keamanan pangan di Bogor, Senin (20/11/2023).

Di sisi lain, dapat meningkatkan frekuensi sampling pangan segar di pasaran dan meningkatkan respon cepat pengawasan serta tindak lanjutnya. Sehingga pangan segar yang beredar di pasaran bebas dari bahan kimia berbahaya.

"Ini untuk memastikan jaminan keamanan pangan segar di peredaran, salah satunya dengan melakukan pengujian cepat di lokasi dengan rapid test untuk mengetahui ambang batas aman kandungan residu pestisida dan uji formalin pada produk pangan segar," ujarnya.

 

Badan Pangan Nasional (Bapanas) meluncurkan sembilan mobil laboratorium keliling di Bogor, Senin (20/11/2023). (Achmad/Liputan6.com)

Apabila ada temuan makanan yang mengandung zat kimia berbahaya, petugas akan langsung melakukan pelacakan untuk selanjutnya diberikan sanksi.

"Ini bisa kita tracing. Misalnya itu dari impor, kita bisa tahu dari mana, siapa vendornya, sampai negara pengirimnya. Ini sebenarnya salah satu pengamanan berlapis. Pada saat mengirim sampai disebar di pasar itu dicek. Begitu juga sama dengan pangan dari lokal," kata dia.

Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Andriko Noto Susanto mengatakan sesuai dengan roadmap pengawasan keamanan pangan tahun 2022–2024, jumlah sampel ditargetkan sebanyak 2240 sampel pada tahun 2022 dan menjadi sebanyak 10000 sampel pada tahun 2024.

"Banyaknya tes ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keamanan pangan segar yang beredar di pasaran," pungkasnya.


Menuju Ketahanan Pangan, Pestisida dan Pupuk Jadi Perhatian

Petani menanam padi di persawahan di kawasan Tangerang, Kamis (3/12/2020). Kementerian Pertanian menargetkan pada musim tanam pertama 2020-2021 penanaman padi mencapai seluas 8,2 juta hektare menghasilkan 20 juta ton beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Asosiasi Produsen Pestisida Indonesia (APROPI) yang memiliki anggota terdiri dari 10 Perusahaan yang memiliki fasilitas Produsi Pestisida berhasil menggelar Event bagi pelaku usaha Pestisida dan Pupuk.

Dalam kegiatan tersebut APROPI bekerjsama dengan Agrochembiz dan Union Agrochemical Trade (UAT) serta Kementrian Pertanian Republik Indonesia yang memiliki tema “Pestisida Bermutu untuk Menunjang Ketahanan Pangan”.

"Anggota Apropi, khususnya pelaku usaha pestisida dan pupuk diharapkan dapat menghadapi tantangan dan isu-isu yang ada saat ini," kata Kepala Pusat Perlindungan Varitas Tanaman dan Perijinan Pertanian (PPVTPP) Kementerian Pertanian Lely Nuryati dikutip Sabtu (14/10/2023).

Hal tersebut berkaitan dengan ketahanan pangan yang saat ini menjadi isu utama. Apalagi, pertanian memerankan hal penting dalam kehidupan dan sangat berdampak penting bagi kesejahteraan masyarakat dan perekonomian.

 


Ketersediaan Pupuk

Petani memupuk tanaman padi di Karawang, Jawa Barat, Senin (4/7). Untuk mencapai target swasembada pangan 2016, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 20 triliun. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama PT Pupuk Indonesia menjamin ketersediaan pupuk nasional menjelang Musim Tanam I. Dalam kesempatan itu, Plt. Menteri Pertanian (Mentan), Arief Prasetyo Adi, didampingi Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, memonitor gudang dan sejumlah kios pupuk di Kabupaten Karawang untuk memastikan kesiapan distribusi dan stok pupuk bersubsidi dan non subsidi. 

"Saya bersama rombongan turun memastikan ketersediaan pupuk sebelum November 2023 tersedia seluruh Indonesia. Nomor satu ketersediaan dulu. Untuk pupuk subsidi saya telusuri satu satu by name by adress jangan sampai salah dalam jumlah dan quantity harus ada seluruh Indonesia," demikian dikatakan Plt Mentan Arief. 

Dalam kegiatan kunjungan ke kios pupuk ini, Plt. Mentan Arief memastikan bahwa stok pupuk di Kabupaten Karawang cukup untuk mendukung peningkatan produksi dan produktivitas menjelang Masa Tanam I yang akan dimulai pada November 2023.

"Sehingga nanti di masa panen Musim Tanam I kurang lebih Maret-April 2024, produktivitas harus tinggi. Dulu kan saya bilang bahwa produksi padi kurang, karena Bapak Presiden Jokowi perintah untuk menjadi Plt Mentan untuk memastikan produksi. Nah, ini salah satu caranya yang kita lakukan hari ini," ujar Arief.

Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi nasional, Kementan bersama Pupuk Indonesia akan menambah alokasi pupuk subsidi dan nonsubsidi sesuai dengan kebutuhan petani ke seluruh daerah di Indonesia.

Infografis Bahan Pangan Lokal Bernutrisi tapi Jarang Diketahui. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya