Liputan6.com, London - Jelang perayaan Natal yang umumnya dirayakan setiap tanggal 25 Desember, hal apa yang langsung terlintas dalam benak Anda? Dekorasi, kue atau pohon Natal?
Ya, semua elemen tersebut memang sangat identik dengan perayaan Natal. Namun satu hal yang juga tak boleh ketinggalan adalah karakter Santa Claus, khas dengan pakaian merah dan jenggot putihnya.
Advertisement
Jika Anda berpikir bahwa siapa saja bisa menjadi Santa Claus asal mengenakan kostum tersebut, Anda salah.
Rupanya, ada kelas khusus untuk menjadi Santa Claus yang dibuka di London, Inggris.
Dilansir Mirror, Rabu (22/11/2023), Santa School telah diadakan selama 25 tahun berturut-turut oleh Ministry of Fun. Tahun ini kelas tersebut diadakan di Battersea Power Station, London Selatan. Lokasinya diadakan di dekat sebuah gelanggang es, tempat di mana para Santa akan belajar bermain ice skating.
"Lokasi mana yang lebih baik daripada di sini?" kata Direktur Ministry of Fun sekaligus kepala sekolah Santa School, Matt Grist.
Dalam sekolah tersebut, para Santa akan melatih pita suara mereka supaya dapat memiliki suara "Ho ho ho" yang khas.
Mereka juga harus menciptakan rasa keakraban dan kehangatan, terlebih saat nanti berhadapan dengan banyak anak-anak.
Maka dari itu, dalam kelas tersebut mereka juga melatih ilmu komunikasi mereka. Tidak hanya berbicara, namun mereka juga diajarkan menggunakan bahasa isyarat dalam bahasa Inggris sehingga mereka juga dapat berkomunikasi dengan anak-anak tunarungu.
Pelajaran penting lainnya dalam kelas tersebut adalah bahwa para Santa dilarang untuk menjanjikan hadiah kepada anak-anak.
Asal-Usul Santa Claus
Dilansir kanal Citizen Liputan6.com, legenda tentang Santa Claus atau yang kerap dikenal dengan sebagai Sinterklas berasal dari seorang biarawan bernama St. Nicholas (Saint Nicholas).
Nichoas lahir sekitar tahun 280 Masehi di Patara, dekat dengan Myra, Turki. Nicholas merupakan sosok yang sangat dikagumi karena kesalehan dan kebaikannya pada setiap orang.
Diceritakan, Nicholas (Santa Claus) telah mewariskan seluruh kekayaannya dan berkeliling sekitar pedesaan untuk membantu orang miskin dan sakit.
Salah satu kisah St. Nicholas (Santa Claus) yang paling terkenal kala itu adalah ketika ia menyelamatkan tiga perempuan bersaudara yang miskin dan menjadi budak yang dijual oleh ayah mereka.
Nicholas memberikan sebuah mahar agar tiga perempuan bersaudara itu dapat bebas dari jeratan kotor sang ayah dan dapat hidup dengan layak.
Di saat hari kematiannya pada 6 Desember (tak disebutkan tahunnya), orang-orang memperingatinya sebagai penghargaan atas jasa dan kebaikannya.
Kini, kebaikan Nicholas yang dikenal sebagai Santa Claus atau Sinterklas asli terus dijadikan tradisi di setiap momen Natal di berbagai belahan dunia.
Advertisement
Awal Mula Santa Claus di Mal
Pada tahun 1841, ribuan anak mengunjungi sebuah toko di Philadelphia hanya untuk melihat seorang model yang mengenakan baju khas Santa Claus.
Tradisi kebaikan yang ditanamkan oleh Santa Claus (St. Nicholas) itu ternyata terus berlanjut hingga ke seluruh mal di penjuru negeri.
Bahkan setiap momen natal dan akhir tahun tiba, banyak mal yang kini kerap memberikan diskon istimewa dan juga penawaran terbaik edisi natal dan tahun baru alih-alih melanjutkan kebaikan Santa.
Tak hanya itu, acara-acara natal dengan sosok ikonik Santa Claus pun juga kerap diselenggarakan untuk memikat anak-anak dan para orang tua dalam berbuat kebaikan dan menyambut suka cita Natal.
Santa Claus di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat pada 1890-an, sebuah organisasi bala kesehatan bernama Salvation Army membutuhkan tambahan dana untuk memberikan bantuan makanan natal gratis kepada keluarga yang membutuhkan.
Akhirnya, mereka mencetuskan ide untuk mendandani para pria pengangguran untuk tampil seperti sosok Santa Claus dan mengirim pria-pria tersebut ke jalanan di New York untuk meminta sumbangan.
Advertisement