Liputan6.com, Kyiv - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (Menhan AS) Lloyd Austin melakukan kunjungan tanpa pengumuman ke Ukraina, pada Senin (20/11/2023). Menhan AS itu melakukan perjalanan ke Kyiv dengan kereta dari Polandia.
Dalam kunjungannya, Austin bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov, dan Panglima Militer Ukraina Jenderal Valerii Zaluzhnyi.
Advertisement
Selama berada di Ukraina, Austin mengumumkan Pentagon akan mengirimkan tambahan senjata senilai USD 100 juta ke Ukraina dari stok yang tersedia, termasuk artileri dan amunisi untuk sistem pertahanan udara. Paket juga akan termasuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS).
Austin menuturkan upaya bahwa upaya Ukraina untuk mengalahkan pasukan Rusia berarti bagi seluruh dunia dan dukungan AS akan terus berlanjut untuk jangka panjang.
Sementara itu, Zelenskyy mengatakan kunjungan Austin adalah sinyal yang sangat penting bagi Ukraina.
"Kami mengandalkan dukungan Anda," kata Zelenskyy seperti dilansir AP, Selasa (21/11).
Zelenskyy berterima kasih kepada Kongres serta rakyat AS atas dukungan mereka.
"Pertemuan yang baik dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. Dan yang paling penting adalah hal ini terjadi menjelang (pertemuan) Ramstein. Kami membahas situasi di medan perang – pertahanan, prospek, dan dukungan kami.
Kami berterima kasih kepada Presiden AS, timnya, Kongres – kedua partai – dan seluruh warga AS yang menghargai kebebasan sama seperti warga Ukraina," ungkap Zelenskyy di X alias Twitter.
Fokus AS Terbagi pada Ukraina dan Israel
Ini adalah perjalanan kedua Austin ke Kyiv sejak perang Ukraina dimulai pada Februari 2022. Namun, kali ini dia melakukannya dalam keadaan yang jauh berbeda karena perhatian dunia sebagian besar tertuju ke perang Hamas Vs Israel di Gaza, sementara perang Rusia Vs Ukraina yang telah berlangsung selama hampir 21 bulan dinilai menunjukkan sinyal kebuntuan.
Kunjungan pertama Austin terjadi pada April 2022, dua bulan setelah dimulainya perang. Pada saat itu, Ukraina sedang menjadi pusat perhatian menyusul gelombang kemarahan global atas invasi Rusia dan Austin meluncurkan upaya internasional yang kini melibatkan 50 negara yang bertemu setiap bulan untuk berkoordinasi mengenai senjata, pelatihan, dan dukungan lainnya yang dapat diberikan kepada Ukraina.
Adapun perang di Gaza disebut tidak hanya berpotensi menarik perhatian dunia, namun juga sumber daya AS.
Sejak serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober yang disusul dengan serangan Israel terhadap Gaza hingga detik ini, AS telah mencurahkan fokus utamanya untuk mencegah konflik berubah menjadi perang regional.
Bahkan ketika Austin berdiri di Lapangan St. Michael di Kyiv, pertanyaan pertama yang diajukan saat konferensi pers di akhir kunjungan singkat tersebut adalah tentang penggunaan senjata yang disediakan oleh AS dalam konflik oleh Israel, bukan tentang Ukraina.
Namun, baik Israel maupun Ukraina mendapat dukungan militer AS yang signifikan. Untuk mendukung Israel dan mencegah penyebaran konflik, AS telah mengirim dua kelompok kapal induk penyerang, sejumlah jet tempur dan ribuan personel Timur Tengah, mengubah postur pasukannya, serta melakukan serangan udara terhadap militan yang didukung Iran yang kini terus menargetkan pangkalan AS di Irak dan Suriah.
Untuk Ukraina, AS telah menyediakan lebih dari USD 44 miliar – dan sekutunya telah mengirimkan tambahan USD 35 miliar – dalam bentuk paket senjata yang berkisar dari jutaan peluru hingga sistem pertahanan udara, tank tempur canggih, dan yang terakhir adalah janji untuk jet tempur F-16.
Meski demikian, Ukraina mengklaim masih membutuhkan lebih banyak senjata. Di lain sisi, perpecahan dinilai mulai terlihat di blok Barat. Sejumlah negara termasuk Polandia dilaporkan telah mengurangi dukungannya, menggarisbawahi kebutuhan mereka untuk mempertahankan kemampuan tempur yang memadai demi mempertahankan diri.
Advertisement
Ukraina Bantah Perang Alami Kebuntuan
Para pejabat Ukraina dengan tegas menolak anggapan bahwa mereka berada dalam kebuntuan dengan Rusia setelah serangan balasan yang telah lama ditunggu-tunggu selama Musim Panas tidak secara radikal mengubah garis pertempuran di lapangan. Dalam kunjungan ke Washington pekan lalu, kepala kantor kepresidenan Ukraina Andriy Yermak tanpa memberikan rincian menegaskan bahwa pasukan Ukraina akhirnya berhasil menerobos ke tepi timur Sungai Dnieper, yang pada dasarnya berfungsi sebagai garis depan tak tergoyahkan antara Ukraina dan pasukan Rusia selama berbulan-bulan.
Dengan Musim Dingin yang sudah di depan mata maka akan semakin sulit bagi kedua belah pihak untuk memperoleh keuntungan besar karena kondisi lapangan. Ukraina dan AS memperkirakan pada musim dingin ini Rusia akan kembali menyerang infrastruktur Ukraina, termasuk jaringan listrik, sehingga menjadikan pertahanan udara menjadi sangat penting.
"Jika kita berhenti memberikan bantuan ke Ukraina, kebuntuan tidak akan terus berlanjut. Bantuan tersebut sebenarnya penting untuk mencegah Rusia melakukan manuver lagi yang memungkinkan mereka mengalahkan Ukraina," ungkap peneliti senior di American Enterprise Institute Fred Kagan. "Jadi, akibat dari penghentian bantuan adalah Rusia menang, Ukraina kalah, dan NATO kalah."
Yang lebih rumit dari dukungan AS adalah bahwa Pentagon hanya memiliki sisa uang yang semakin sedikit dalam anggaran tahun ini untuk terus mengirim senjata ke Ukraina, sementara Kongres telah berbulan-bulan gagal meloloskan anggaran baru yang mencakup bantuan Ukraina menyusul penolakan sejumlah Republikan.
Rancangan Undang-Undang (RUU) belanja sementara yang disahkan pekan lalu untuk menghindari penutupan pemerintah atau government shutdown selama liburan tidak termasuk kucuran dana untuk Ukraina.