AI Makin Banyak Dipakai, Kominfo Siapkan Panduan Etika Penggunaan Kecerdasan Buatan

Wamenkominfo mengungkapkan bahwa Kementerian Kominfo bakal merilis Surat Edaran Panduan Etika Penggunaan AI di berbagai sektor.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Nov 2023, 23:31 WIB
Wamenkominfo Nezar Patria dalam Catatan Wens Manggut yang bertajuk Regulasi dan Etika dari Kecerdasan Buatan (AI) pada Selasa (21/11/2023). (Liputan6.com/Iskandar)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria, mengungkapkan Kementerian Kominfo akan merilis panduan etika dalam pemakaian kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di Indonesia.

Hal ini diungkapkan oleh Wamenkominfo dalam acara Catatan Wens Manggut bertajuk 'Regulasi dan Etika dari Kecerdasan Buatan atau AI' yang digelar secara live streaming di Vidio, Selasa (21/11/2023).

Nezar mengungkapkan, berdasarkan pertemuan terkait AI yang dilakukan 28 negara di London, Inggris beberapa waktu lalu, disepakati bahwa ada nilai-nilai dasar yang sudah disepakati terkait kecerdasan buatan.

Menurutnya, memang sejauh ini belum ada aturan secara global soal kecerdasan buatan. Namun, dengan adanya kesepakatan bernama Bletchley Declaration yang disepakati di Inggris itu, bisa jadi sebuah langkah maju.

"Ini memang dia non-legally binding. Jadi, tidak mengikat secara hukum, karena masih bersifat norma, tetapi dari situ nanti bisa maju lebih jauh lagi," kata Nezar mengungkapkan.

Menurut Nezar, masing-masing negara sebetulnya sudah memiliki regulator framework-nya, tapi berbeda-beda tingkatannya.

"Karena watak AI ini sangat dinamis, cepat, tidak terprediksi, serta possibility dan probability-nya, itu luar biasa, sehingga negara-negara yang ikut dalam perlombaan AI ini, membuat pagar-pagarnya supaya tidak harmful ke manusia," kata Wamenkominfo.

Di Indonesia sendiri, Nezar mengungkapkan, Kementerian Kominfo akan segera mengeluarkan Surat Edaran Panduan Pemakaian AI untuk semua sektor.

"(Panduan penggunaannya) lebih ke etika, karena memang untuk sampai ke hard-nya, kita harus me-review semua perkembangannya dulu, dan bicara dengan stakeholders," ujar Nezar.

"Jadi kami tidak mau membatasi inovasinya juga, kami sepakat dengan negara-negara lain untuk memaksimalkan benefitnya, meminimalkan risikonya," Wamenkominfo menambahkan.


Banyak Industri di Indonesia Sudah Pakai AI

Wamenkominfo Nezar Patria dalam Catatan Wens Manggut yang bertajuk Regulasi dan Etika dari Kecerdasan Buatan (AI) pada Selasa (21/11/2023). (Liputan6.com/Iskandar)

Ia mengungkapkan, industri-industri di Indonesia juga telah memanfaatkan teknologi kecerdasan buatannya.

"Media sudah pakai, media paling banyak pakai dan terpapar AI ini. Terus juga transportasi, kesehatan, itu sudah memakai yang namanya AI. Yang paling besar terpapar adalah sektor informasi," kata Nezar.

"Di sektor customer relation management, itu sudah pakai chatbot menggantikan orang. Ini makin canggih, jadi dia bisa berinteraksi lebih intim dan pengembangannya akan sangat personalized," ujarnya menguraikan.

Dalam kesempatan tersebut, Nezar juga mengingatkan masyarakat untuk selalu melakukan check dan recheck, apabila menerima sebuah informasi di media sosial, mengingat saat ini, AI juga dapat disalahgunakan untuk menyebarkan misinformasi.

"Kalau menerima konten yang agak meragukan, misalnya too good to be true, seperti contohnya presiden berbahasa Mandarin, tentu saja menimbulkan pertanyaan, itu bisa cek ke sumber yang otoritatif," tuturnya.

Selain itu, di tengah suasana jelang Pemilu 2024, Kominfo juga menggandeng sejumlah pihak mulai dari media mainstream, Mafindo, Cek Fakta, dan komunitas.

"Kita bisa cek ke situs-situs yang resmi, termasuk ke Cek Fakta, untuk memastikan apakah konten yang beredar itu hoaks, atau deepfake, atau misinformasi/ disinformasi. Yang paling penting adalah jaga pikiran kritis kita dalam menerima informasi," pungkasnya.


Waspadai Hoaks yang Pakai Deepfake dan AI

Ilustrasi deepfake (Foto: Kaspersky)

Kementerian Kominfo sebelumnya juga pernah mengingatkan masyarakat terhadap penyalahgunaan teknologi deepfake dan AI, jelang Pemilu 2024.

Hal ini setelah sempat beredar sebuah video memperlihatkan Presiden Joko Widodo alias Jokowi, berpidato dalam bahasa Mandarin, di mana telah dinyatakan ini adalah hasil editan.

"Kami ingin mengingatkan sudah mulai digunakannya AI dalam menciptakan hoaks," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (27/10/2023), Semuel meminta masyarakat untuk mulai berhati-hati dengan penggunaan AI yang canggih, dan dapat disalahgunakan untuk membuat hoaks.

"Kuncinya adalah carilah informasi dari sumber-sumber terpercaya," kata Semuel, di mana di sini dicontohkan dari portal berita resmi. "Karena tidak mungkin berita-berita besar tidak diliput media."

Dirjen Kominfo itu pun mengakui, video viral tersebut sekilas memang sangat mirip dengan video aslinya. "Dengan kemajuan teknologi, para pemain-pemain pun pasti sudah mulai menggunakan teknologi semacam ini," katanya.

Semuel kembali mengingatkan masyarakat akan banyak hoaks atau disinformasi yang kemungkinan memanfaatkan deepfake AI.

"Untuk itu sangat penting untuk tabayyun, tabayyun, tabayyun, atau check and recheck. Carilah informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya," tuturnya. 

(Dio/Dam)

Infografis Cek Fakta: Kumpulan Hoaks Seputar Covid 19 terbaru yang beredar di WhatsApp (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya