Liputan6.com, Jakarta - Setidaknya 50 orang tewas dalam serangan udara Israel di Sekolah al-Fakhoora, yang dioperasikan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA), di kamp Jabalia, Gaza utara pada Sabtu (18 November).
Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi jumlah korban tewas sedikitnya 50 orang akibat pemboman tersebut, dengan insiden yang terjadi pada Sabtu dini hari.
Advertisement
Ketika perang Israel-Hamas berlanjut, sekolah-sekolah yang dikelola PBB di kamp-kamp pengungsi telah menjadi tempat berlindung bagi banyak orang yang melarikan diri dari krisis kemanusiaan yang tiada henti.
Ratusan orang mencari perlindungan di tempat-tempat ini sementara Israel memasuki mode ofensif untuk melenyapkan kelompok Hamas, dikutip dari laman Wionews, Selasa (21/11/2023).
Laporan menunjukkan bahwa terdapat banyak korban jiwa di kamp pengungsi, dan tim medis berupaya mengevakuasi korban luka.
Philippe Lazzarini, kepala UNRWA, mengecam serangan terhadap sekolah-sekolah yang dikelola PBB di Gaza.
Lazzarini berbicara tentang parahnya situasi tersebut, dengan menyatakan bahwa dia telah menyaksikan "gambar dan rekaman mengerikan dari sejumlah orang yang terbunuh dan terluka" di salah satu sekolah milik badan tersebut yang telah menyediakan perlindungan bagi ribuan pengungsi.
Lazzarini melalui Twitter menyatakan, "Serangan-serangan ini tidak bisa menjadi hal yang biasa; mereka harus dihentikan."
Menurut seorang pejabat dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza, jumlah korban tewas meningkat menjadi lebih dari 80 orang pada Sabtu karena dua serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia.
Sekolah Al-Fakhura yang dikelola PBB, yang diubah menjadi tempat penampungan bagi pengungsi Palestina, menyaksikan sedikitnya 50 korban jiwa dalam serangan fajar tersebut, seperti yang dilaporkan oleh pejabat tersebut kepada AFP.
Dalam serangan terpisah di gedung lain di kamp tersebut, 32 orang dari keluarga yang sama tewas, termasuk 19 anak-anak, kata kementerian kesehatan.
Prancis Kirim Kapal Perang Berisi Bantuan Medis untuk Rakyat Gaza Palestina
Prancis bersiap mengirim kapal induk helikopter Dixmude ke Mediterania timur untuk menawarkan bantuan medis ke Gaza yang dilanda perang.
Hal ini dikonfirmasi langsung oleh kantor kepresidenan Prancis pada Minggu (19/11).
Dixmude akan berlayar “pada awal minggu ini dan tiba di Mesir dalam beberapa hari mendatang,” kata kantor Presiden Emmanuel Macron.
Penerbangan sewaan yang membawa lebih dari 10 ton pasokan medis juga direncanakan pada awal minggu ini.
“Prancis juga akan berkontribusi pada upaya Eropa dengan menyediakan peralatan medis,” kata kantor kepresidenan.
Ia menambahkan, “Prancis memobilisasi semua sarana yang tersedia untuk berkontribusi pada evakuasi anak-anak yang terluka dan sakit yang memerlukan perawatan darurat dari Jalur Gaza ke rumah sakitnya.”
Macron kemudian mengatakan di X, sebelumnya Twitter, bahwa hingga 50 anak dapat diterbangkan untuk perawatan di rumah sakit di Prancis jika diperlukan.
Israel telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas, setelah kelompok Palestina itu melakukan serangan pada 7 Oktober, dikutip dari VOA News, Selasa (21/11/2023).
Sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas di Israel selama serangan itu dan sekitar 240 orang disandera, menurut pejabat Israel.
Di Gaza, 13.000 orang, sebagian besar warga sipil dan lebih dari 5.000 di antaranya anak-anak, tewas akibat respons militer Israel, menurut pejabat Hamas.
Advertisement
Pernyataan Macron ke Netanyahu
Macron mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa "terlalu banyak korban sipil" di Gaza.
Pemimpin Perancis itu juga mengingatkan Netanyahu tentang “kebutuhan mutlak untuk membedakan teroris dari masyarakat” dan pentingnya mencapai gencatan senjata kemanusiaan segera yang mengarah pada gencatan senjata.
Macron pada Sabtu (18/11) berbicara dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani dan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi tentang negosiasi yang sedang berlangsung untuk membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza.
Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu pada Sabtu (18/11) berada di Qatar, yang memimpin upaya mediasi.
Presiden Prancis dan Presiden Mesir sepakat mengenai “perlunya meningkatkan jumlah truk yang memasuki Gaza dan memperkuat koordinasi untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan dan merawat korban luka,” kata kantor Macron.