Israel dan Hamas Capai Kesepakatan Pembebasan Sandera dan Gencatan Senjata

Beberapa media Israel termasuk berita Channel 12 mengatakan pembebasan sandera pertama oleh Hamas diperkirakan terjadi pada Kamis (23/11).

oleh Khairisa Ferida diperbarui 22 Nov 2023, 10:16 WIB
Sejak perang Hamas melawan Israel pecah pada 7 Oktober lalu, Negeri Zionis menggempur Gaza besar-besaran dengan serangan darat dan udara. Lebih dari 9.770 warga Palestina tewas imbas serangan ini. (AHMAD GHARABLI/AFP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Pemerintah Israel pada Rabu (22/11/2023), mengumumkan menyetujui kesepakatan terkait pembebasan sandera dengan Hamas. Pernyataan dari kantor perdana menteri (PM) Israel menyebutkan bahwa 50 sandera yang terdiri dari perempuan dan anak-anak akan dibebaskan selama empat hari dan selama itu akan ada jeda dalam pertempuran.

Menurut kantor PM Israel, untuk setiap tambahan 10 sandera yang dibebaskan, jeda akan diperpanjang satu hari lagi. Mereka tidak menyinggung soal pembebasan tahanan Palestina, namun menurut seorang pejabat Amerika Serikat (AS), kesepakatan termasuk pembebasan 150 tahanan Palestina di Israel. Demikian seperti dilansir Reuters.

Kesepakatan pembebasan sandera Hamas ini dimediasi oleh Qatar.

Menurut perhitungan Israel, Hamas diyakini menyandera lebih dari 200 orang. Mereka ditawan ketika kelompok itu melakukan serangan ke Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang, dan menandai perang terbaru antar keduanya.

Media Israel, Ynet, melaporkan bahwa semua kecuali tiga menteri dari partai sayap kanan Kekuatan Yahudi (Jewish Power) memberikan suara mendukung kesepakatan pembebasan sandera.

Perjanjian tersebut akan menjadi gencatan senjata pertama dalam perang Hamas Vs Israel, di mana pengeboman Israel telah meratakan sebagian besar Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, menewaskan 13.300 warga sipil dan menyebabkan sekitar dua per tiga dari 2,3 juta penduduk di wilayah itu kehilangan tempat tinggal.

Menjelang pengumuman perjanjian tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan intervensi Presiden AS Joe Biden telah membantu memperbaiki perjanjian tentatif tersebut, sehingga mencakup lebih banyak sandera dan lebih sedikit konsesi.

Namun, Netanyahu mengatakan misi Israel yang lebih luas tidak berubah.

"Kami sedang berperang dan kami akan melanjutkan perang sampai kami mencapai semua tujuan kami. Untuk menghancurkan Hamas, mengembalikan semua sandera, dan memastikan tidak ada entitas di Gaza yang dapat mengancam Israel," kata Netanyahu.

Jeda juga akan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.


4 Sandera Telah Dibebaskan

Sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, melaporkan 60 warga Israel yang disandera milisi meninggal dunia dalam serangan udara Tel Aviv di Jalur Gaza sejak konflik pecah 7 Oktober lalu. (AHMAD GHARABLI/AFP)

Beberapa media Israel termasuk berita Channel 12 mengatakan pembebasan sandera pertama diperkirakan terjadi pada Kamis (23/11). Sejumlah laporan menyebutkan bahwa penerapan kesepakatan tersebut harus menunggu selama 24 jam untuk memberikan kesempatan kepada warga Israel meminta Mahkamah Agung memblokir pembebasan tahanan Palestina.

Hamas hingga saat ini telah membebaskan empat tawanan, yaitu warga AS Judith Raanan (59) dan putrinya Natalie Raanan (17) pada 20 Oktober, dengan alasan alasan kemanusiaan dan dua lainnya adalah lansia perempuan Israel Nurit Cooper (79) dan Yocheved Lifshitz (85) pada 23 Oktober.

Sementara itu, sayap bersenjata Jihad Islam Palestina yang berpartisipasi dalam serangan Hamas pada 7 Oktober mengatakan pada Selasa malam bahwa salah satu sandera mereka tewas.

"Kami sebelumnya menyatakan kesediaan kami untuk melepaskannya karena alasan kemanusiaan, namun musuh mengulur waktu dan hal ini menyebabkan kematiannya," kata Brigade Al Quds via Telegram.


Kekejaman Israel Terus Terjadi

Orang-orang mencari di antara puing-puing di luar lokasi rumah sakit Ahli Arab di pusat kota Gaza pada tanggal 18 Oktober 2023. (MAHMUD HAMS/AFP)

Ketika perhatian terfokus pada kesepakatan pembebasan sandera, pertempuran di lapangan terus berkecamuk. Pejabat otoritas kesehatan Gaza Mounir Al-Barsh mengatakan kepada Al Jazeera TV bahwa militer Israel memerintahkan evakuasi Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara.

Israel, sebut Al-Barsh, menuduh militan beroperasi dari Rumah Sakit Indonesia dan mengancam akan mengambil tindakan terhadap mereka dalam waktu empat jam.

Sebelumnya, Israel telah mengepung dan menyerang Rumah Sakit Al-Shifa yang merupakan rumah sakit terbesar di Jalur Gaza. Mereka membuat klaim senada bahwa Hamas mendirikan pos komando militer di sana, tuduhan yang telah dibantah manajemen rumah sakit dan Hamas sendiri.

Selain rumah sakit, Israel mengaku telah mengepung kamp pengungsi Jabalia.

Kantor berita Palestina WAFA pada Selasa melaporkan bahwa 33 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan udara Israel Jabalia.

Di Gaza selatan, media yang berafiliasi dengan Hamas mengatakan 10 orang tewas dan 22 lainnya luka-luka akibat serangan udara Israel terhadap sebuah apartemen di Khan Younis.

Infografis Israel melanggar hukum internasional (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya