Liputan6.com, Banyuwangi - Pihak sekolah SDN 1 Mojopanggung Banyuwangi menggelar mediasi bersama perwakilan wali murid, baik dari pihak korban maupun pelaku terkait kasus pengeroyokan siswa kelas 6 berinisial G.
Kepala Sekolah SDN 1 Mojopanggung Suheni mengatakan, pihaknya telah berkomunikasi bersama wali murid korban dan empat orangtua siswa yang merupakan pelaku pengeroyokan.
Advertisement
Kata Suheni, sebagai Kepala Sekolah pihaknya akan bertanggungjawab atas insiden yang terjadi di sekolahnya tersebut.
“Kami akan langsung memeriksakan korban ke dokter untuk mengetahui kondisinya. Ini kita lakukan untuk memastikan tidak terjadi apa- apa seperti luka dalam dan sebagainya,” ujar Suheni, Rabu (22/11/2023).
Menurut Suheni, pada saat kejadian berlangsung, posisi kelas memang sedang tidak ada yang mengawasi. Sebab wali kelas yang bertangung jawab di kelas tersebut sedang ada kepentingan di Dinas Pendidikan setempat.
“Kita ini memang kekurangan guru, jadi pada saat kejadian guru yang biasa menjadi wali kelas sedang keluar ke Dinas Pendidikan, dan biasanya saat wali kelas berhalangan digantikan oleh guru olahraga,” katanya.
Kapolsek Giri Banyuwangi AKP Endro Abrianto mengatakan, hasil mediasi bersama pihak sekolah dan perwakilan keluarga korban dan pelaku, semuanya menyadari bahwa insiden tersebut termasuk bagian dari kenakalan anak- anak di bawah umur.
Sehingga pihaknya meminta agar ada pengawasan ketat terhadap anak- anak, baik dari orang tua ataupun tenaga didik yang ada di sekolah.
“Kami juga mengingatkan pihak sekolah, apabila ada kegiatan mendesak di luar, harus tetap ada guru yang lainnya untuk tetap bisa mengawasi anak- anak di ruang kelas,” tegasnya.
Camat Giri Joko Kuncoro meminta agar pihak sekolah memperketat pengawasan siswa, dia juga mengimbau jangan sampai lepas pengawasan terhadap siswa.
“Kami menegaskan lagi kepada jajaran kami di sekolah wilayah Kecamatan Giri supaya kejadian serupa tidak terulang kembali,” paparnya.
Proses mediasi itu diakhiri dengan penandatanganan kesepakatan yang ditandatangani oleh wali murid baik korban dan pelaku serta pihak sekolah dengan menyatakan bahwa kasus pengeroyokan tersebut diselesaikan secara kekeluargaan.
Diselesaikan Secara Kekeluargaan
Sebelumnya, kasus buliying kembali terjadi di Kabupaten Banyuwangi, Kali ini menimpa siswa kelas 6 di SDN Mojopanggung. Ia diduga menjadi korban bully oleh teman-temannya.
Kasus pembulian tersebut diungkap oleh sang tante, Zivana Silvie melalui unggahan video di akun Facebook pribadinya yang memperlihatkan bagaimana G menjadi korban pengeroyokan oleh teman-teman sekelasnya sendiri.
“Seandainya ini terjadi sama anak kalian, apa yang kalian lakukan. Sekarang bukan zaman senyap-senyapan, apa lagi ada buktinya,” tulis Silvi dalam keterangan video.
Silvi menulis hal tersebut bukan tanpa alasan, melainkan karena ia juga sempat menghadapi permintaan dari pihak sekolah yang melarang penyebaran bukti video penganiayaan tersebut.
Dirinya mengatakan banyak pihak berspekulasi bahwa pelarangan yang disampaikan adalah karena menjaga nama sekolah yang akan menjadi perwakilan Indonesia di turnamen karate tingkat dunia.
Namun Silvi tak serta merta menerima permintaan tersebut karena ia tak terima melihat penderitaan keponkannya yang mengalami lebam di sekujur tubuh bahkan muntah-muntah usai pulang sekolah.
Lebih detail, Silvi mengurai bahwa peristiwa penganiayaan kepada keponakannya terjadi 2 kali, yaitu 1 lawan 1 pada bagian awal dan sempat dibawa ke ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Pelaku juga telah meminta maaf kepada korban.
“Tapi saat kembali ke kelas, ada yang fitnah. Terjadi pengeroyokan, keponakan saya sampai tersungkur,” ujar Silvi
Advertisement